Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Anak-anak Korban Perang di Tengah Konflik Global

6 Juni 2024   16:57 Diperbarui: 6 Juni 2024   17:06 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
s3.ap-southeast-1.amazonaws.com

Sebuah video pendek di Youtube memperlihatkan dua kelompok anak-anak. Kelompok pertama mereka sedang bermain di tepi pantai Gaza dengan wajah lesu. Badan mereka basah kuyup oleh air laut dan berusaha menyembunyikan kesedihan dan kepedihan hidup di sana, tanpa rumah dan tanpa sekolah. Dua anak pertanya ditanya tentang apa yang paling mereka inginkan saat ini. 


Tahukah anda apa yang mereka inginkan? 

Dengan polos mereka menjawab, hanya menginginkan kematian

Jawaban mereka di luar harapan kita, mungkin kita berharap mendengar mereka mengungkapkan ingin perdamaian atau ingin beli baju atau bahkan ingin sekolah. Jawaban mereka membuat buluk kuduk saya merinding. Mereka menjawab hanya ingin mati saja karena tidak ada lagi harapan, rumah dan keluarga sudah tidak ada dan tidak mungkin sekolah, tidak ada harapan.

Mendengar anak-anak mengungkapkan keinginan untuk mati sungguhlah memilukan. Rasa putus asa dan ketiadaan yang mereka alami sangat menyentuh hati. Untuk diingat bahwa mereka masih kecil dan belum memiliki kapasitas untuk memahami kompleksitas kehidupan. 

Rasa lelah, lapar, dan tidak memiliki tempat tinggal adalah situasi yang sangat sulit bagi siapapun, terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan. Suara-suara keputusasaan dan penderitaan dari anak-anak di medan perang seperti Ukraina, Palestina, Rohingya, dan banyak tempat lain di dunia sungguh memilukan. 

Rasa empati kita tergerak ketika mendengar mereka mengungkapkan keinginan untuk mati karena lelah dengan kehidupan yang penuh rasa lapar dan ketidakamanan. Situasi di wilayah-wilayah tersebut sangat kompleks dan penuh konflik. 

Kekejaman perang dan penindasan telah menyebabkan banyak korban, terutama anak-anak yang tidak berdosa. Mereka kehilangan keluarga, rumah, dan masa depan mereka.


Di tengah situasi penuh keputusasaan dan penderitaan, masih ada secercah harapan yang terlihat dari semangat dan keceriaan anak-anak yang bermain. Di tengah kelompok yang berbeda, mereka menemukan cara untuk menghibur diri dan melupakan kesedihan sejenak. Permainan bagi anak-anak adalah kebutuhan esensial, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk belajar dan berkembang. 

Melalui bermain, anak-anak dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan memecahkan masalah. Melihat anak-anak yang masih bisa bermain di tengah situasi sulit merupakan pengingat bagi kita bahwa mereka memiliki kekuatan dan ketahanan luar biasa. 

Semangat mereka untuk hidup dan bermain adalah sumber inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan berharap akan masa depan yang lebih baik. Kita perlu terus mendukung anak-anak di seluruh dunia, baik dengan memberikan bantuan langsung maupun dengan menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang.

Perang dan konflik membawa dampak mengerikan bagi semua orang, terutama anak-anak. Mereka kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan mereka. Akses terhadap pendidikan pun menjadi terhambat, bahkan terputus sama sekali. 

Di tengah situasi penuh keputusasaan ini, muncul pertanyaan penting: Bagaimana mengelola pendidikan anak-anak korban perang? Apakah mereka harus tetap bersekolah di negaranya sendiri, atau dipindahkan ke tempat yang lebih aman?

Keputusan tentang lokasi pendidikan anak-anak korban perang harus diambil dengan hati-hati, mempertimbangkan beberapa faktor penting. Pertama, keamanan adalah faktor utama. Jika negara asal mereka masih dalam kondisi perang aktif, memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman mungkin menjadi pilihan terbaik. 

Kedua, akses terhadap pendidikan harus dipastikan, baik di negara asal maupun negara tujuan, untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Ketiga, dukungan sosial dan emosional sangat penting. Memindahkan mereka ke tempat yang asing dapat memperburuk trauma, namun tetap di negara asal dapat membuat mereka terus terpapar kekerasan dan trauma. 

Keempat, keinginan anak dan keluarga perlu dipertimbangkan. Jika mereka merasa lebih aman dan nyaman di negara asal dengan akses pendidikan yang tersedia, mereka mungkin lebih memilih untuk tetap di sana.

Tidak ada solusi tunggal yang tepat untuk semua situasi. Solusi terbaik mungkin berbeda tergantung pada keadaan individu dan komunitas. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain mendirikan sekolah darurat di daerah aman di negara asal, menggunakan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh, serta memberikan dukungan psikososial. 

Selain itu, memindahkan anak-anak ke negara lain yang aman dan memiliki sistem pendidikan berkualitas, membangun sekolah khusus untuk anak-anak pengungsi di negara-negara tetangga, dan menyediakan program pendidikan online khusus untuk anak-anak pengungsi juga dapat menjadi alternatif.

Menangani pendidikan anak-anak korban perang membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, komunitas lokal, dan organisasi internasional. Dengan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa setiap anak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka. 


Pendidikan adalah kunci bagi masa depan anak-anak korban perang. Dengan memberikan mereka akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan dukungan yang tepat, kita dapat membantu mereka membangun kembali kehidupan dan berkontribusi pada masa depan yang lebih damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun