Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Normalisasi DAS dan Relokasi: Langkah Strategis Harus Diambil walaupun Berat

18 Mei 2024   08:05 Diperbarui: 18 Mei 2024   08:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar 

Bencana galodo yang melanda lereng Gunung Marapi pada bulan Mei 2024 membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat Sumatera Barat. Hujan deras yang mengguyur selama beberapa hari menyebabkan banjir bandang dan longsor, menghancurkan ratusan rumah, merusak infrastruktur, dan menelan korban jiwa. Tragedi ini menjadi pengingat keras akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana.

Sebagai langkah konkret dalam mencegah terulangnya tragedi serupa, pemerintah bergerak cepat dengan dua program utama: normalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan relokasi rumah warga terdampak. Kedua program ini diharapkan dapat memberikan solusi jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana dan memberikan rasa aman bagi masyarakat.

Normalisasi DAS

Normalisasi DAS menjadi langkah krusial dalam mencegah banjir bandang di masa depan. Rencana normalisasi akan dilakukan di 20 sungai yang rawan banjir di sekitar Gunung Marapi. Beberapa langkah penting dalam normalisasi DAS meliputi:

Pengerukan sungai adalah langkah pertama yang akan diambil. Proses ini melibatkan pembersihan sungai dari sedimentasi dan sampah yang dapat menyumbat aliran air. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (https://bpbd.sumbarprov.go.id/), sedimentasi di DAS Batang Agam, salah satu sungai yang terkena dampak galodo, mencapai ketinggian 2 meter. Hal ini mempersempit aliran air, sehingga saat hujan deras datang, sungai tidak mampu menampung volume air yang besar dan meluap ke permukiman warga. Dengan pengerukan, kapasitas tampung sungai dapat ditingkatkan, mengurangi risiko banjir bandang.

Cekdam atau bendungan kecil akan dibangun di beberapa titik strategis sepanjang aliran sungai. Bendungan ini berfungsi untuk menahan aliran air sementara waktu, sehingga debit air yang mengalir ke hilir dapat dikendalikan. Selain itu, cekdam juga berfungsi untuk menahan material sedimen yang terbawa air, mencegah erosi tanah lebih lanjut, dan menjaga kestabilan tebing sungai. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) (https://pu.go.id/), beberapa buah cekdam akan dibangun di DAS Gunung Marapi.

Reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon di sekitar sungai merupakan langkah penting dalam meningkatkan daya serap air tanah dan mencegah longsor. Pohon-pohon besar dengan akar yang kuat dapat membantu menahan air hujan, mengurangi laju aliran air ke sungai, dan menjaga kestabilan tanah di daerah lereng. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) (https://www.menlhk.go.id/), kawasan hutan di sekitar Gunung Marapi mengalami kerusakan parah akibat deforestasi dan alih fungsi lahan. Upaya reboisasi akan dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat dan organisasi terkait.

Relokasi Rumah

Selain normalisasi DAS, relokasi rumah warga yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir juga menjadi prioritas utama. Langkah ini diambil untuk mengurangi risiko bencana di masa depan dan memberikan tempat tinggal yang lebih aman bagi masyarakat.

Kementerian Sosial (Kemensos) (https://kemensos.go.id/) telah mendirikan posko-posko darurat dan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mempersiapkan relokasi. Pada tahap pertama, sebanyak 350 unit rumah akan dibangun di lokasi yang lebih aman, jauh dari daerah rawan bencana. Proses relokasi ini melibatkan dialog dan persetujuan dari warga terdampak, memastikan bahwa mereka menerima bantuan yang memadai dan merasa nyaman dengan tempat tinggal baru mereka.

Fasilitas dan Infrastruktur Pendukung

Di lokasi relokasi, pemerintah per menyediakan berbagai fasilitas dan infrastruktur pendukung, seperti jalan, air bersih, listrik, dan fasilitas kesehatan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa masyarakat yang direlokasi dapat menjalani kehidupan yang layak dan nyaman di tempat baru mereka. Selain itu, sekolah dan pusat kegiatan masyarakat juga harus diperhatikan untuk mendukung pendidikan dan aktivitas sosial.

Upaya normalisasi DAS dan relokasi rumah hanyalah langkah awal. Di tahap selanjutnya, perlu dilakukan berbagai upaya untuk membantu masyarakat terdampak galodo Marapi membangun kembali kehidupan mereka. Salah satu fokus utama adalah pemulihan ekonomi dan sosial.

Banyak masyarakat yang kehilangan sumber penghasilan akibat bencana ini. Pemerintah berencana untuk memberikan bantuan modal usaha, pelatihan keterampilan, dan akses ke pasar untuk membantu menghidupkan kembali kegiatan ekonomi masyarakat. Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat bangkit dari keterpurukan ekonomi dan kembali produktif.

Edukasi dan Kesadaran Bencana

Edukasi dan kesadaran bencana menjadi aspek penting dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana di masa depan. Pemerintah akan mengadakan pelatihan dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, mengenali tanda-tanda bencana, dan cara evakuasi yang aman. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi risiko bencana di masa depan.

Pembentukan komunitas relawan di desa-desa terdampak juga menjadi bagian dari upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana. Komunitas relawan ini akan dilatih untuk membantu dalam peringatan dini, evakuasi, dan penanganan bencana. Dengan adanya komunitas relawan, diharapkan masyarakat dapat lebih cepat dan tanggap dalam menghadapi bencana.

Meskipun upaya normalisasi DAS dan relokasi rumah merupakan langkah positif, pelaksanaannya tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan keberlanjutan program-program ini. Reboisasi membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan hasil yang signifikan, dan pengerukan sungai perlu dilakukan secara rutin untuk menjaga kapasitas tampungnya.

Selain itu, proses relokasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa masyarakat tidak merasa kehilangan identitas dan ikatan sosial mereka.

Pemerintah juga harus berkomitmen untuk menegakkan aturan tata ruang dengan lebih ketat. Pembangunan di daerah rawan bencana harus dilarang atau diatur dengan ketat untuk mencegah kerugian yang lebih besar di masa depan. Sanksi bagi pelanggar harus diterapkan untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan yang ada.

Penutup

Bencana galodo di Sumatera Barat mengajarkan kita bahwa harmoni antara manusia dan alam adalah kunci untuk mengurangi dampak bencana. Dengan memahami dan menghormati batas-batas alam, serta bertindak secara bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih aman dan lestari.

Normalisasi DAS dan relokasi rumah adalah langkah penting yang akan diambil pemerintah untuk mengurangi risiko bencana di masa depan. Namun, upaya ini harus didukung oleh komitmen semua pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. Hanya dengan kerjasama yang kuat, kita dapat memastikan bahwa tragedi serupa tidak terulang kembali.

Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan kesiapsiagaan bencana harus terus dilakukan. Dengan pengetahuan ini, kita dapat merencanakan dan membangun komunitas yang lebih aman dan tangguh terhadap bencana alam di masa depan.

Tragedi galodo di Sumatera Barat menjadi pengingat bahwa kelestarian alam dan penataan ruang yang berkelanjutan sangatlah penting untuk mencegah bencana di masa depan. Upaya rehabilitasi hutan, edukasi masyarakat, dan penegakan aturan tata ruang yang tegas perlu dilakukan secara berkelanjutan.

Dengan komitmen bersama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik dan melindungi generasi mendatang dari risiko bencana yang serupa. Kita harus belajar dari pengalaman ini dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi Sumatera Barat dan Indonesia secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun