Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekurangan Dokter Spesialis: Biaya Pendidikan Digratiskan Saja?

6 Mei 2024   14:54 Diperbarui: 6 Mei 2024   17:07 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pilihprofesi.com/wp-content/uploads/2021/05/Gaji-Dokter-Bedah-Perbulan-di-Indonesia-Luar-Negeri.jpg

Pengantar

Indonesia masih menghadapi tantangan yang signifikan dalam hal kekurangan dokter spesialis. Data menunjukkan bahwa rasio ideal dokter spesialis per 1.000 penduduk seharusnya adalah 0,28, tetapi kenyataannya hanya 0,15. Ini berarti masih ada kekurangan sebanyak 31.481 dokter spesialis untuk mencapai standar tersebut.

Dampak dari kekurangan ini sangat dirasakan, dengan antrian panjang pasien di rumah sakit, waktu tunggu yang melelahkan untuk mendapatkan layanan kesehatan, dan kesulitan menemukan dokter spesialis terutama di daerah terpencil menjadi beberapa contoh nyata dari masalah ini.

Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk menangani kekurangan ini, termasuk peningkatan jumlah mahasiswa kedokteran, perluasan program pendidikan dokter spesialis, dan pemberian insentif kepada dokter spesialis yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Namun, upaya ini belum sepenuhnya memadai. Dibutuhkan strategi yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dari berbagai pihak untuk mencapai rasio ideal dokter spesialis di Indonesia.

Beberapa faktor yang menyebabkan kekurangan dokter spesialis di Indonesia antara lain jumlah lulusan fakultas kedokteran yang masih belum mencukupi. Hal ini disebabkan oleh daya tampung fakultas kedokteran yang terbatas dan biaya pendidikan yang tinggi.

Selain itu, lama pendidikan dokter spesialis yang memakan waktu 4-6 tahun juga menjadi hambatan, karena banyak dokter enggan mengambil pendidikan spesialis akibat khawatir akan kehilangan waktu produktif.

Kurangnya pemerataan dokter spesialis juga menjadi masalah serius. Mayoritas dokter spesialis terkonsentrasi di pulau Jawa, sehingga daerah-daerah di luar Jawa masih kekurangan tenaga medis yang spesialis. Sementara itu, gaji dan kesejahteraan dokter spesialis yang masih rendah dibandingkan dengan negara lain juga membuat banyak dokter memilih untuk bekerja di luar negeri.

Dampak dari kekurangan dokter spesialis sangatlah merugikan. Antrian panjang pasien di rumah sakit, waktu tunggu yang melelahkan untuk mendapatkan layanan kesehatan, dan kesulitan menemukan dokter spesialis di daerah terpencil menjadi beberapa dampak nyata dari kekurangan ini.

Selain itu, beban kerja yang meningkat bagi dokter spesialis yang ada juga menjadi masalah serius, yang dapat mengakibatkan kelelahan dan stres, serta menurunkan kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis, beberapa solusi perlu dipertimbangkan. Pemerintah harus meningkatkan jumlah lulusan fakultas kedokteran dengan memperluas daya tampung fakultas dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa kurang mampu. Selain itu, lama pendidikan dokter spesialis perlu dievaluasi ulang untuk membuatnya lebih efisien.

Pemerintah juga perlu memperbaiki pemerataan dokter spesialis dengan memberikan insentif kepada mereka yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Terakhir, peningkatan gaji dan kesejahteraan dokter spesialis perlu dilakukan untuk menarik minat dokter untuk mengambil pendidikan spesialis dan bekerja di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun