Dengan kontrak yang diperpanjang hingga 2027, Shin Tae-yong menjadi pelatih kedua terlama yang memimpin Timnas Indonesia, menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan sepak bola di Indonesia. Dia juga dikenal karena memantau langsung pemain diaspora yang tersebar di berbagai negara, yang berujung pada naturalisasi beberapa pemain keturunan untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Sebelum Shin Tae-yong menjadi pelatih Timnas Indonesia, ia menghadapi masa-masa sulit di negaranya sendiri, Korea Selatan. Setelah Piala Dunia FIFA 2018, di mana Korea Selatan tidak berhasil melampaui fase grup, Shin Tae-yong mengalami kekecewaan yang besar dari para penggemar sepak bola di Korea.
Kekecewaan itu mencapai puncaknya ketika ia dan timnya dilempari telur busuk oleh penggemar saat kembali ke Korea. Insiden tersebut menjadi simbol dari frustrasi dan harapan yang tinggi yang dimiliki penggemar terhadap tim nasional mereka.
Meskipun demikian, Shin Tae-yong tidak membiarkan pengalaman pahit tersebut menghalangi karir kepelatihannya. Ia tetap berkomitmen untuk memajukan sepak bola dan melanjutkan perjalanannya sebagai pelatih. Ketika ia menerima tawaran untuk melatih Timnas Indonesia, ia membawa semangat baru dan pendekatan yang berbeda, yang akhirnya membawa perubahan signifikan bagi sepak bola Indonesia.
Pengalaman di Korea Selatan, termasuk insiden telur busuk, mungkin telah memberikan pelajaran berharga bagi Shin Tae-yong tentang ketahanan dan pentingnya menghadapi kritik dengan kepala tegak. Ini juga menunjukkan bahwa dalam sepak bola, seperti dalam kehidupan, kegagalan bisa menjadi batu loncatan untuk kesuksesan di masa depan. Dengan Timnas Indonesia, Shin Tae-yong telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan strategi yang tepat, ia mampu mengatasi tantangan dan membawa tim ke tingkat prestasi yang lebih tinggi.
Kebanggaan Kawasan
Kemenangan Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Indonesia, tetapi juga telah mendapat apresiasi luas dari kawasan ASEAN dan Asia. Penyuka sepak bola di kawasan ini merasa bangga dan mendukung perjuangan Garuda Muda U-23. Khususnya dari Malaysia, reaksi pengamat bola dan netizen menunjukkan dukungan dan kegembiraan atas hasil yang diraih Timnas Indonesia U-23.
Thailand, yang sebelumnya telah mencapai level serupa, juga ikut bangga dengan pencapaian Indonesia. Ini menunjukkan solidaritas dan semangat persaudaraan di antara negara-negara di kawasan ASEAN, di mana prestasi satu negara dirayakan bersama sebagai kemajuan untuk seluruh kawasan.
Keunikan Timnas Garuda muda U23
Timnas Garuda Muda U23 Indonesia memang memiliki keunikan tersendiri dengan adanya campuran pemain yang tumbuh di Indonesia dan pemain keturunan yang lahir serta berkembang di negara lain, seperti Belanda. Kebijakan kewarganegaraan Indonesia yang berdasarkan garis keturunan memungkinkan talenta sepak bola dari seluruh dunia yang memiliki darah Indonesia untuk mendapatkan kewarganegaraan dan berkesempatan membela Timnas Indonesia. Ini memberikan keuntungan tersendiri bagi pengembangan sepak bola nasional.
Pemain seperti Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan, yang bermain di Eropa dan Korea, adalah contoh nyata dari strategi ini. Mereka telah mendapatkan pengalaman dan pelatihan di beberapa negara Eropa, yang merupakan bagian dari program pengembangan yang diprakarsai oleh pelatih Shin Tae-yong.
Wajah pemain keturunan terlihat jelas sangat berbeda dan sudah seperti orang eropa alias bule. Namun kalau kita perhatikan ciri khas rambut hitam dan ujung mata lancip masih terlihat. Dan yang tidak kalah penting, sifat ramah orang Indonesia juga masih mengalir dari prilaku mereka. Sementara wajah mereka yang full keturunan Indonesia, terlihat jelas dari kulit sawomatang dan hidung yang tidak begitu mancung, he..he...
Dengan pendekatan ini, Timnas Indonesia U-23 tidak hanya menguatkan skuad dengan talenta lokal tetapi juga menambah keberagaman dan pengalaman internasional yang dapat meningkatkan kualitas permainan dan persaingan di kancah internasional.