Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Pemilihan Kepala Desa: Kekuasaan dan Intrik

24 April 2024   13:52 Diperbarui: 24 April 2024   14:01 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kompas.com/

Di sebuah desa yang penuh dengan intrik dan kepentingan politik, dilaksanakan sebuah pemilihan kepala desa yang memicu gelombang diskusi dan kontroversi di seluruh masyarakat. Dua pasangan calon bersaing ketat: pasangan yang didukung oleh Kepala Desa yang sedang berkuasa (petahana) yang didukung oleh sebagian besar aparat desa, dan pasangan lain yang diharapkan membawa angin segar dengan pengalaman dan kecerdasan mereka untuk perubahan desa

Pasangan calon 01 di dukung penuh oleh petahana, namanya Pak Purba dan Pak Gira. Sang petahana sendiri telah berkuasa sejak 10 tahun terakhir dan memegang kendali atas kekuasaan di desa tersebut. Dukungan Paslon 01 berasal dari jaringan yang kuat dan terorganisir dengan baik, terutama dari kalangan aparat desa dan kelompok-kelompok yang terkait dengan kepentingan mereka.

Paslon 01, yang didukung dengan kuat oleh sang kepala desa petahana, mendapati diri mereka di ambang persaingan yang semakin berat. Kekuatan petahana yang telah berkuasan sejak 10 tahun terakhir tampaknya mengalirkan segala upaya untuk mempertahankan status quo. Namun, di balik bayang-bayang kekuasaan itu, tersembunyi cerita yang lebih rumit.

Dalam masa kampanye di desa, ia tak segan memberikan dukungan yang tak terhingga kepada paslon 01. Dari urusan sehari-hari hingga alokasi dana bantuan sosial, semuanya dikendalikan untuk kepentingan paslon 01. Kode-kode tersembunyi dipertukarkan, dan janji-janji tersirat terucap untuk memperkuat solidaritas paslon 01.

Sementara itu, pasangan calon 02 yang menantang, Pak Abas dan Pak Muha, mewakili harapan baru bagi sebagian besar masyarakat desa. Meskipun tidak memiliki dukungan politik yang sekuat lawan mereka, mereka berdua dikenal sebagai individu yang cerdas dan memiliki pengalaman luas dalam forum-forum lintas kabupaten.

Namun, nasib baik tak berpihak pada pasangan calon 02 yang diharapkan membawa perubahan tersebut. Meskipun Pak Abas memiliki kecerdasan dan pengalaman, serta Pak Muha berasal dari kelompok masyarakat yang cukup kuat, dukungan mereka tidak cukup untuk mengalahkan kekuatan politik yang telah lama menguasai desa.

Hal yang membuat kisah ini semakin menarik adalah kehadiran wakil dari pasangan calon petahana, yakni anak dari kepala desa yang bernama Gira masih berusia di bawah batas minimal yang diatur dalam peraturan desa. Meskipun demikian, melalui gugatan kepada tetua desa, akhirnya anak tersebut berhasil lolos dan berkas pencalonannya pun tetap sah.

Kejadian ini menimbulkan kehebohan di seluruh desa. Banyak masyarakat yang merasa bahwa keputusan ini tidaklah adil dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Namun, ketidakadilan tersebut tidaklah cukup untuk mengubah hasil pemilihan.

Meskipun pasangan calon yang diharapkan membawa perubahan harus menerima kekalahan, kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Kekuasaan dan intrik politik kadang-kadang dapat mengalahkan kecerdasan dan pengalaman. Namun, semangat untuk terus berjuang demi keadilan dan kebenaran tidak boleh padam.

Selanjutnya, sejarah akan menentukan apakah paslon 01 akan menjadi sejarah gemilang bagi desanya atau menjadi pencundang. Tugas paslon 01 bukanlah sekadar mempertahankan kekuasaan, melainkan membuktikan bahwa kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat tidak disia-siakan. Dan sementara itu, paslon 02 akan tetap menjadi simbol perlawanan dan harapan, siap untuk kembali berjuang jika diberi kesempatan di masa mendatang.

Mudah-mudahan suatu hari nanti, desa ini akan melihat perubahan yang sesungguhnya, di mana kekuasaan tidak lagi dikuasai oleh kepentingan sempit, melainkan oleh kebijaksanaan dan keadilan bagi seluruh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun