Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kebijakan Pabean Menahan Barang Kiriman Merugikan Pekerja Migran: Sebuah Pendekatan yang Perlu Evaluasi

13 April 2024   10:22 Diperbarui: 13 April 2024   11:59 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pengantar

Beberapa minggu terakhir sampai hari ini pemberitaan terkait tertahannya barang kiriman warga Indonesia yang bekerja di luar negeri tertahan di salah satu kantor pabean di Surabaya. Barang-barang ini disimpan di 5 buah gudang. Sewaktu pejabat terkait kunjungi tempat tersebut dia sangat marah dan tidak habis pikir bagaimana kebijakan ini diambil dan diterapkan secara tidak tepat sehingga cenderung merugikan pekerja migran Indonesia atau PMI.

Kasus yang viral ini memang terjadi di Surabaya tetapi tidak menutup kemungkinan kejadian yang sama juga terjadi di beberapa pelabuhan yang melayani pengiriman barang dari luar negeri seperti Tanjung Priok.

Di era globalisasi saat ini, pergerakan barang dan manusia melintasi batas negara menjadi hal yang lumrah. Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tersebar di berbagai penjuru dunia turut serta dalam dinamika ini, mengirimkan barang-barang ke tanah air sebagai bentuk koneksi dengan keluarga dan kerabat mereka. Namun, kebijakan pabean yang ketat dan seringkali tidak fleksibel telah menyebabkan banyak barang kiriman PMI tertahan di pabean, menimbulkan kerugian baik secara material maupun emosional.

Kebijakan pabean yang ada seharusnya menjadi alat untuk mengatur dan memfasilitasi aliran barang yang masuk ke dalam negeri, namun kenyataannya sering kali berujung pada situasi yang merugikan bagi PMI. Dengan adanya kasus-kasus penahanan barang yang berlarut-larut, muncul pertanyaan tentang efektivitas dan keadilan dari sistem yang berlaku saat ini.

Pekerja Migran Indonesia (PMI) telah lama menjadi bagian penting dari ekonomi dan masyarakat Indonesia, mengirimkan remitansi yang signifikan yang mendukung keluarga dan berkontribusi pada pembangunan nasional. Selain uang, PMI juga sering mengirimkan barang-barang pribadi dan hadiah untuk keluarga mereka di Indonesia. Namun, proses pengiriman barang ini tidak selalu berjalan mulus, terutama ketika berhadapan dengan kebijakan pabean yang ketat.

Kebijakan pabean yang dirancang untuk mengatur impor dan ekspor barang kiriman sering kali tidak mempertimbangkan keunikan dan kebutuhan khusus dari barang-barang kiriman PMI. Akibatnya, banyak PMI yang menghadapi kendala ketika barang-barang yang mereka kirimkan tertahan di pabean, menyebabkan frustrasi dan kerugian finansial, serta menimbulkan dampak emosional bagi mereka dan keluarga yang menanti di tanah air.

Dengan meningkatnya jumlah kasus penahanan barang kiriman PMI, masyarakat dan berbagai organisasi mulai mempertanyakan efektivitas dan keadilan dari kebijakan pabean yang ada. Kritik yang muncul menyoroti perlunya evaluasi dan revisi kebijakan untuk memastikan bahwa barang-barang kiriman dapat diterima dengan aman dan efisien oleh keluarga PMI di Indonesia.

Analisis Kebijakan Pabean Saat Ini

Kebijakan pabean merupakan salah satu instrumen penting dalam pengaturan lalu lintas barang yang masuk dan keluar dari suatu negara. Di Indonesia, kebijakan ini memiliki peran krusial dalam menentukan nasib barang kiriman yang dikirim oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan pabean telah menimbulkan berbagai tantangan bagi PMI, terutama terkait dengan penahanan barang kiriman mereka.

Kebijakan pabean saat ini dirancang untuk mengontrol impor barang dengan tujuan melindungi ekonomi domestik dan keamanan nasional. Namun, dalam implementasinya, kebijakan ini sering kali tidak membedakan antara barang komersial dan barang pribadi kiriman PMI. Akibatnya, banyak barang pribadi yang tidak seharusnya menjadi subjek pemeriksaan ketat malah tertahan di pabean, menyebabkan keterlambatan dan kerugian bagi PMI dan keluarga mereka.

Beberapa aspek penting dari kebijakan pabean melibatkan pemahaman mendalam tentang regulasi yang ada, bagaimana regulasi tersebut diterapkan, dan dampaknya terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Regulasi yang Berlaku

Kebijakan pabean di Indonesia diatur oleh serangkaian peraturan yang bertujuan untuk mengontrol impor dan ekspor barang. Regulasi ini mencakup ketentuan tentang nilai barang, jenis barang yang diperbolehkan, dan prosedur yang harus diikuti oleh pengirim dan penerima. Untuk barang kiriman PMI, regulasi ini sering kali tidak membedakan antara barang pribadi dan barang komersial, yang dapat menyebabkan penahanan barang pribadi yang seharusnya tidak diperlakukan dengan ketat.

Proses pemeriksaan di pabean melibatkan verifikasi dokumen, inspeksi fisik barang, dan penilaian terhadap klasifikasi barang. Dalam kasus barang kiriman PMI, proses ini dapat menjadi rumit dan memakan waktu, terutama jika terdapat ketidakjelasan dalam dokumen atau ketidaksesuaian dengan regulasi yang berlaku. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dan biaya tambahan yang tidak diantisipasi oleh PMI.

Dampak dari kebijakan pabean terhadap PMI sangat signifikan. Penahanan barang kiriman dapat menyebabkan kerugian finansial langsung, seperti biaya penyimpanan atau denda. Selain itu, ada juga dampak emosional dan psikologis, karena barang-barang yang dikirimkan sering kali memiliki nilai sentimental atau dimaksudkan untuk keperluan penting keluarga di Indonesia.

Stakeholder yang terlibat dalam proses pabean, termasuk pemerintah, lembaga perlindungan PMI, dan organisasi masyarakat sipil, memiliki pandangan yang beragam terhadap kebijakan pabean. Beberapa mendorong reformasi untuk mempermudah proses bagi PMI, sementara yang lain menekankan pentingnya menjaga keamanan dan kepentingan ekonomi nasional.

Dari uraian diatas  kita dapat dilihat bahwa kebijakan pabean memerlukan pendekatan yang lebih seimbang, yang dapat melindungi kepentingan ekonomi nasional tanpa mengabaikan kebutuhan dan hak-hak PMI. Kebijakan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap situasi PMI akan membantu memastikan bahwa barang kiriman mereka dapat diterima dengan lancar dan efisien oleh keluarga di Indonesia.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Kebijakan pabean yang berlaku terhadap barang kiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI) tidak hanya memiliki implikasi hukum dan administratif, tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Barang-barang yang dikirim oleh PMI seringkali merupakan hasil dari kerja keras dan penghematan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di luar negeri, dan penahanan barang ini di pabean dapat merugikan secara finansial serta menimbulkan kekecewaan dan stres emosional.

PMI yang barang kiriman mereka tertahan di pabean sering mengalami kerugian finansial, baik dari biaya pengiriman yang sudah dibayar maupun nilai barang yang tidak dapat dimanfaatkan oleh keluarga di Indonesia.

Penahanan barang seringkali membutuhkan pembayaran biaya tambahan untuk penyimpanan atau denda, yang menambah beban finansial bagi PMI.

Penahanan barang juga dapat mempengaruhi jumlah remitansi yang dikirim PMI, karena dana yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan keluarga di rumah harus dialihkan untuk menyelesaikan masalah pabean.

Barang yang tertahan seringkali dimaksudkan sebagai hadiah atau kebutuhan penting bagi keluarga, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan barang tersebut dapat menimbulkan ketegangan dan kekecewaan dalam hubungan keluarga.

PMI yang mengalami penahanan barang kiriman mereka dapat menghadapi stigma sosial atau rasa malu, karena dianggap gagal memenuhi harapan keluarga.

Masalah penahanan barang dapat berdampak pada kesejahteraan psikologis PMI dan keluarga mereka, menimbulkan stres, kecemasan, dan perasaan tidak berdaya.

Solusi dan Rekomendasi

Menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh kebijakan pabean terhadap barang kiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI), diperlukan serangkaian solusi dan rekomendasi yang dapat mengatasi masalah ini. Solusi ini harus mempertimbangkan kepentingan PMI dan keluarga mereka, serta memastikan bahwa proses pengiriman barang menjadi lebih efisien dan manusiawi

Dari 5 gudang yang ada di Surabaya, baru dua buah yang dilakukan kunjungan lapangan oleh lembaga terkait. Dari kunjungan tersebut ditemukan ribuan paket BNI terbiar dan sebagian sudah dibongkar oleh petugas. Melihat hal yang seperti ini diperlukan kebijakan dan kebijaksanaan yang mendesak.

Hal-hal berikut bisa membuat penanganan barang tersebut lebih cepat seperti membuat kategori khusus dalam kebijakan pabean untuk barang kiriman PMI, membedakan antara barang pribadi dan barang komersial. Berikutnya adalah mengembangkan prosedur pabean yang disederhanakan dan diprioritaskan untuk barang kiriman PMI, dengan penekanan pada efisiensi dan pengurangan birokrasi. Yang terakhir adalah menyediakan layanan informasi yang lebih baik bagi PMI tentang proses pabean, termasuk panduan langkah demi langkah dan dukungan pelanggan yang responsif.

Rekomendasi

Melihat begitu pentingnya penanganan terhadap barang kiriman PMI maka pemerintah dan pihak terkait perlu melakukan evaluasi berkala terhadap kebijakan pabean untuk memastikan bahwa regulasi tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan PMI. Berikutnya adalah memberikan pelatihan kepada petugas pabean untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang situasi PMI dan memperlakukan barang kiriman dengan lebih sensitif. Terakhir yang tak kalah pentingnya adalah membuka dialog dengan PMI dan stakeholder lainnya untuk mendapatkan masukan dan membangun kebijakan yang lebih inklusif dan adil.

PMI harus memahami regulasi pabean yang berlaku dan mempersiapkan dokumen serta prosedur pengiriman dengan benar. Berikutnya adalah memanfaatkan asuransi pengiriman untuk melindungi barang kiriman dari risiko kerusakan atau kehilangan. Dan yang terakhir adalah PMI perlu berkomunikasi secara aktif dengan perusahaan pengiriman dan pabean jika terjadi masalah atau penundaan.

Penutup

Melalui pembahasan yang mendalam dalam artikel ini, kita telah mengeksplorasi berbagai aspek kebijakan pabean yang mempengaruhi barang kiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dari latar belakang kebijakan, analisis implementasi, dampak ekonomi dan sosial, hingga studi kasus yang spesifik, kita dapat melihat bahwa kebijakan pabean saat ini memiliki ruang yang signifikan untuk perbaikan.

Kritik dan evaluasi yang disampaikan oleh berbagai pihak menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meninjau kembali pendekatan yang diambil dalam menangani barang kiriman PMI. Solusi dan rekomendasi yang diusulkan menawarkan langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk memastikan bahwa kebijakan pabean tidak hanya efektif dalam mengatur lalu lintas barang, tetapi juga adil dan manusiawi, terutama dalam mempertimbangkan kebutuhan dan kenyamanan PMI.

Kesimpulannya, kebijakan pabean harus dievaluasi dan disesuaikan untuk mencerminkan realitas dan tantangan yang dihadapi oleh PMI. Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan responsif, kita dapat membangun sistem yang mendukung PMI dalam mengirimkan barang ke keluarga mereka di Indonesia, memperkuat ikatan keluarga, dan pada akhirnya, memberikan penghormatan yang layak atas kontribusi mereka kepada negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun