Idulfitri kali ini tak seperti Idulfitri lainnya, karena adanya perang. Warga Gaza, yang seharusnya merayakan dengan sukacita, malah menghadapi kenyataan yang menyedihkan. Di jantung Jalur Gaza Palestina, di mana Idul Fitri seharusnya menjadi waktu perayaan, kenyataannya sangat berbeda karena perang dengan Israel yang sedang berlangsung. Mari kita lihat lebih dalam tentang situasi yang memilukan ini.
Ketika bersiap menyambut Idul Fitri 2024, warga Gaza yang kembali ke Kota Khan Younis dihadapkan pada rumah mereka yang telah menjadi gundukan puing-puing. "Saya datang untuk melihat rumah saya, hanya untuk menemukan rumah saya hancur dan menjadi tumpukan puing-puing," kata Ummu Ahmad al-Fagawi setelah kembali ke Khan Younis dari Rafah. Ia pun mengaku terkejut dengan kondisi yang disebabkan oleh serangan Israel tersebut.
Seorang pengungsi lain mengatakan bahwa dirinya kembali untuk menemukan tempat yang hancur. "Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada tiang, tidak ada tembok, dan tidak ada pintu, tidak ada apa-apa. Gaza bukan Gaza lagi," katanya. Penarikan pasukan dari Khan Younis dilakukan ketika Israel menghadapi tekanan internasional luar biasa untuk menghentikan perangnya dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Badan-badan bantuan melaporkan bahwa serangan Israel sejak Oktober lalu telah mendorong Gaza ke ambang kelaparan. Meski sejumlah bantuan mulai mengalir, kekurangan makanan masih terjadi hingga hari menjelang Lebaran 2024. Idul Fitri di Gaza diperkirakan akan jatuh pada Rabu, tetapi hanya sedikit yang bisa membuat warga Palestina bergembira tahun ini.Â
Warga Palestina di Gaza mengatakan bahwa pasokan tambahan masih belum cukup untuk meringankan kondisi yang sulit karena hampir semua penduduk mengungsi dari rumah masing-masing. "Tidak ada cukup makanan. Saya belum menerima kotak kardus bantuan dalam dua bulan," ujar salah seorang warga Gaza.
Saat umat Islam di penjuru dunia bersiap merayakan Idulfitri, anak-anak di Gaza menuturkan bahwa kebahagiaan Idulfitri telah dirampas dari mereka. Anak-anak yang kini menjadi yatim piatu atau terpaksa hidup tanpa orang dewasa yang merawat mereka berjumlah sekitar 1% dari total populasi pengungsi di Gaza, menurut organisasi PBB yang mengurusi masalah anak, Unicef. Saat ini di Gaza tak ada kamp pengungsi tanpa anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.
Semoga situasi di Gaza segera membaik dan warga dapat merayakan Idulfitri dengan lebih baik di masa depan. Semoga perdamaian dan keadilan segera menggantikan pilu dan penderitaan yang mereka alami saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H