Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kisah Dibalik Banjir Bandang Lahar Dingin Sumatera Barat

7 April 2024   17:09 Diperbarui: 7 April 2024   18:22 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen shoot https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2024/04/06/00015IMG_00015_BURST20240405174115.jpg.webp


Ditulis ulang dari berbagai postingan di grup WA.


Ketika Gubernur Mahyeldi meninjau dampak Banjir Bandang Abu Vulkanik di Jembatan Kasiak pada Sabtu, 6 Maret 2024, sebuah legenda kuno terkuak kembali. Menurut masyarakat setempat, jembatan yang baru berumur satu dekade itu diduga salah konstruksi, menyebabkan air bah melimpah dan membanjiri jalan alternatif sepanjang 800 meter di Centra Business Nagari Bukikbatabuah.

Kisah ini tidaklah baru bagi penduduk sekitar. Sejak zaman dahulu kala, legenda Galodo Ampuah telah menghiasi dinding-dinding sejarah. Diceritakan bahwa Galodo, sang banjir bandang, melanda Jembatan Kasiak sebagai benteng terakhir penahan arusnya. Setiap 1 kilometer ke hulu, terdapat jembatan-jembatan lain seperti Batu Bajolang, Kubu Sarunai, dan Madang yang dilalui oleh Galodo. Namun, hanya Jembatan Kasiak yang menyimpan kisah dramatis dalam ingatan masyarakat.

Nama-nama nagari dan jorong di sepanjang sungai yang sama turut meramaikan cerita ini; Nagari Batutaba, Nagari Pasia, Nagari Ampanggadang, dan Jorong Aiatabik yang terletak paling hilir. Menurut legenda, Galodo disebutkan hanya mencapai Jembatan Madang, Kubu Sarunai, Batu Bajolang, dan terakhir Jembatan Kasiak, tempat dimana air bah menghanyutkan batu dan kayu dengan dahsyatnya.

Di tempat yang rendah sepanjang 800 meter dari Jembatan Kasiak, material banjir seperti kasiak (kerekel) menimbun jalan dan sawah. Timbunan-timbunan ini kemudian membentuk nama-nama tempat seperti Nagari Batutaba dan Nagari Pasia. Fenomena alam ini berlanjut hingga terbentuknya Nagari Ampang Gadang oleh pembuatan bendungan oleh masyarakat. Air tetap mencari tempat yang rendah, sehingga terbentuklah Jorong Aiatabik di Nagari Ampanggadang sepanjang 4 kilometer dari Jembatan Kasiak.

Menurut tokoh senior, lnyiak Asbir Dt Rajo Mangkuto dari Nagari Simarasok, persawahan IV Angkek di Agam Timur dahulu kala merupakan Danau Agam. Jembatan Kasiak adalah tepian dari danau tersebut. Arah ke Gunung Marapi di selatan adalah daratan. Ciri-ciri daratan sungainya dalam, sedangkan ciri-ciri bekas danau, sungainya dangkal. Di daerah yang sungainya dalam, oleh masyarakat disebut Ampuah. Sungai yang sama di hiliran Jembatan Kasiak dinamakan Batang Katiak (kecil). Filosofisnya, pada bagian hulu mereka namakan Ampuah karena mengancam kehidupan, sedangkan Batang Aia Katiak dianggap kecil dan tidak berbahaya. Ke hilirnya lagi, sungai ini bergabung ke Batang Agam. Begitulah legenda hiliran Ampuah dan sebutan Galodo untuk peristiwa Banjir Bandang.

Menurut Usman Alnas Dt Bagindo Basa, sebutan Galodo untuk Aia Gadang di Nagari Pasialaweh Tanahdatar baru dipopulerkan oleh Wartawan Senior DR Yalvema Mias pada Koran Haluan di Tahun 1979. Sebelum itu, Galodo hanya merupakan istilah lokal di Agam Timur.

Munculnya pemberitaan tentang dampak Galodo di sekitar Jembatan Kasiak pada 5 April dan kunjungan Gubernur Mahyeldi Ansharullah pada 6 April 2024, menimbulkan harapan akan adanya penataan lingkungan dari hulu ke hilir Jembatan Kasiak. Diharapkan pihak berwenang dapat menyusun naskah akademik yang memuat legenda dan cerita rakyat sebagai landasan filosofis sebuah proyek. Semoga dengan langkah-langkah ini, Ranah Minang dapat terlindungi lebih baik dari bencana alam di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun