Air mata belum lagi kering, dan kesedihan juga belum terobati karena banjir dan longsor sebelum Ramdhan, kini musibah kembali menerjang menjelang perayaan Iedul Fitri tahun ini.
Di penghujung Ramadhan, ketika umat Muslim bersiap menyambut hari kemenangan, Sumatera Barat dikejutkan oleh bencana alam yang meluluhlantakkan. Cuaca ekstrim telah menyebabkan banjir dan longsor di berbagai kota dan daerah, menambah derita di tengah kesucian bulan puasa.
Hari-hari awal Ramadhan disambut dengan cuaca panas dan langit yang cerah, namun keadaan berubah drastis sejak sepuluh hari terakhir. Hujan turun hampir setiap hari, membasahi tanah yang sudah tidak mampu menyerap air lagi. Puncaknya terjadi pada tanggal 5 April, ketika hujan lebat di kawasan Gunung Marapi memicu banjir lahar dingin yang menghancurkan.
Banjir lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) terjadi pada Jumat, 5 April 2024. Bencana itu tepatnya berada di Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang dan Batu Taba di Kecamatan Ampek Angkek.Â
Setidaknya delapan orang telah dilarikan ke rumah sakit akibat banjir yang diduga terjadi akibat curah hujan tinggi di kawasan Gunung Marapi yang tengah erupsi.Â
Banjir lahar dingin ini mengakibatkan ruas jalan lintas Bukittinggi-Padang putus total. Aliran lahar dingin juga terpantau merusak sawah dan pekarangan warga serta memutus akses jalan hingga beberapa kendaraan ikut terjebak.
Disitir dari berbagai sumber bahwa Lahar dingin di Gunung Marapi terjadi karena kombinasi dari material vulkanik yang telah menumpuk di puncak gunung dan intensitas hujan yang tinggi. Ketika hujan turun, air mengalir ke bawah gunung, membawa bersama material vulkanik seperti abu, pasir, dan batu kecil.Â
Proses ini diperburuk oleh drainase air yang tersumbat di daerah kaki Gunung Marapi, yang menyebabkan air dan material vulkanik tersebut tidak dapat mengalir dengan lancar dan akhirnya meluap ke daerah sekitarnya.
Material vulkanik ini, ketika bercampur dengan air hujan, membentuk lahar dingin yang dapat mengalir dengan cepat dan memiliki kekuatan yang cukup untuk merusak apa saja yang ada di jalurnya, termasuk infrastruktur dan lahan pertanian.. Oleh karena itu, lahar dingin ini menjadi salah satu dampak paling merusak dari aktivitas vulkanik, terutama di daerah yang padat penduduk seperti di sekitar Gunung Marapi
Dari video yang beredar, terlihat dengan jelas bagaimana dahsyat dan mengerikanya aliran lahar dingin mengalir dengan ganas di jalan raya. Jalan raya yang seharusnya untuk manusia dan kendaraan, sudah tidak bisa dilewati dan berubah seketika menjadi sungai lumpur berwarna hitam pekat. Juga terlihat beberapa pengendara motor dan manusia terjebak di daerah banjir. Beberapa bangunan penduduk juga terlihat hanyut terbawa aliran lahar dingin ini.
Aliran lahar dingin yang cepat dan ganas melintasi jalan raya, menghanyutkan apa saja yang menghalanginya. Penduduk yang sedang berpuasa dan bersiap untuk Lebaran terpaksa menghadapi kenyataan pahit ini. Pemerintah Sumatera Barat telah menerapkan kebijakan jalan searah menuju Bukittinggi melalui Malalak, namun bencana ini memaksa mereka untuk merevisi kebijakan tersebut.
Penyumbatan saluran air akibat bawaan lahar seperti potongan kayu dan padatan lainnya, ditambah curah hujan yang tinggi, menjadi penyebab utama banjir lahar dingin ini. Dampaknya tidak hanya terasa pada kerusakan infrastruktur, tetapi juga pada perekonomian yang terhenti. Sawah dan pekarangan warga rusak, aktivitas warga terhambat, dan kerugian ekonomi yang belum bisa dihitung.
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam menuju ke lokasi untuk memantau kondisi dan menolong warga yang terdampak. Meskipun demikian, pihak berwenang belum menerima laporan adanya korban jiwa.Â
Aparat kepolisian setempat terpaksa menutup akses jalan sampai kondisi memungkinkan untuk dilewati. Pengendara dari Padang menuju Bukittinggi atau sebaliknya diminta melewati jalur alternatif lewat Malalak.
Evakuasi penduduk menjadi prioritas utama. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam bergerak cepat menuju lokasi untuk memantau kondisi dan menolong warga yang terdampak. Meskipun belum ada laporan korban jiwa, kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir lahar dingin ini sangatlah besar.
Tindakan Cepat dan Kewaspadaan Lebaran di Tengah Bencana Lahar Dingin
Ketangguhan dan kecepatan tindakan masyarakat, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam merespons bencana lahar dingin Gunung Marapi patut diapresiasi. Berkat kerja keras dan koordinasi yang efektif, beberapa ruas jalan yang sempat terputus kini telah kembali pulih, memungkinkan arus lalu lintas dan distribusi bantuan berjalan kembali.
Namun, Lebaran tahun ini diwarnai dengan kewaspadaan yang tinggi. Mereka yang berada di kawasan terdampak dan para perantau yang pulang kampung diharapkan untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya yang masih mengintai. Pemerintah setempat telah mengeluarkan peringatan dan arahan untuk memastikan keselamatan warga, mengingat Gunung Marapi yang masih aktif dan cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana susulan.
Kesiapsiagaan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Dengan mematuhi arahan dan tetap siaga, diharapkan Lebaran kali ini dapat berlangsung dengan aman dan damai, meskipun di tengah ujian bencana alam. Semoga semangat kebersamaan dan gotong royong menjadi pilar kekuatan bagi masyarakat Ranah Minang untuk melewati masa-masa sulit ini.
Kesiapsiagaan Menghadapi Lahar Dingin Gunung Marapi
Pemerintah setempat perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi risiko dan dampak yang mungkin terjadi akibat aktivitas Gunung Marapi dan cuaca ekstrem. Salah satu tindakan yang diambil adalah peningkatan pemantauan terhadap aktivitas gunung dan kondisi cuaca di sekitarnya.
Tim pemantau terlatih diposisikan untuk memantau secara aktif setiap perkembangan, sehingga memungkinkan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat terkait potensi bahaya yang mungkin timbul.
Selain itu, pemasangan sistem peringatan dini juga perlu dilakukan di sepanjang aliran sungai dan daerah rawan bencana. Sistem ini membantu memberikan peringatan awal kepada warga sekitar apabila terjadi ancaman bencana, seperti banjir atau lahar dingin. Dengan demikian, masyarakat dapat segera mengambil tindakan pencegahan atau evakuasi yang diperlukan.
Pengelolaan saluran air juga menjadi fokus utama dalam upaya mitigasi bencana. Pembersihan rutin saluran air dilakukan secara teratur guna mencegah terjadinya penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir. Selain itu, pembangunan dan perbaikan bendungan sementara juga dilakukan untuk mengendalikan aliran lahar jika terjadi erupsi gunung. Langkah-langkah ini bertujuan untuk meminimalkan kerugian yang mungkin timbul akibat bencana alam tersebut.
Edukasi masyarakat juga menjadi bagian penting dari strategi mitigasi bencana. Program sosialisasi tentang cara bertindak saat terjadi bencana lahar dingin secara aktif disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah rawan bencana. Selain itu, pelatihan evakuasi dan penyelamatan diri juga diselenggarakan secara berkala bagi warga di daerah berisiko tinggi. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, diharapkan masyarakat dapat lebih siap dan tanggap menghadapi situasi darurat.
Kolaborasi lintas sektor juga menjadi kunci dalam upaya mitigasi bencana ini. Pemerintah bekerja sama dengan lembaga penelitian geologi dan berbagai pihak terkait untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam pemantauan dan penanganan bencana. Selain itu, penyediaan sumber daya dan dukungan logistik juga menjadi prioritas, sehingga tim tanggap darurat dapat bertindak dengan cepat dan efektif saat dibutuhkan.
Dengan adanya langkah-langkah proaktif ini, diharapkan risiko dan dampak dari bencana alam seperti erupsi gunung atau cuaca ekstrem dapat diminimalkan seoptimal mungkin. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan bersama, serta meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Membangun Kembali Sumatera Barat Pasca-Banjir Lahar Dingin
Dalam menghadapi bencana lahar dingin yang telah melanda Sumatera Barat, pemerintah dan masyarakat setempat dihadapkan pada tugas berat untuk membangun kembali.Â
Rembuk ulang tentang pembangunan saluran air menjadi agenda mendesak, bukan hanya sebagai respons terhadap kejadian yang telah lalu, tetapi juga sebagai langkah antisipatif untuk masa depan.
Kecerdasan sosial dan kebijakan antisipatif harus menjadi fondasi dalam perencanaan pembangunan kembali. Saluran air di kiri dan kanan jalan harus diperlebar dan diperdalam, termasuk jalan itu sendiri, untuk memastikan bahwa aliran lahar dingin dapat disalurkan dengan aman tanpa mengancam permukiman dan lahan pertanian.
Di tengah upaya pemulihan ini, kita juga harus mempertimbangkan mereka yang pulang kampung, yang ingin bersilaturahmi dengan aman dan berbagi kesejahteraan dengan keluarga mereka. Ironisnya, jika yang diperoleh adalah kerugian dan kesedihan, maka itu menjadi cerminan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki dalam sistem mitigasi bencana kita.
Lebaran tahun ini mungkin akan berbeda bagi warga Sumatera Barat. Namun, semangat gotong royong dan kebersamaan yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Minangkabau, diharapkan akan menjadi pilar utama dalam upaya pemulihan ini. Dengan kerja keras dan kebijakan yang tepat, kita dapat membangun kembali Sumatera Barat menjadi lebih kuat dan tangguh terhadap bencana alam.
Kisah sedih ini menjadi pengingat bahwa bencana alam dapat terjadi kapan saja, dan kesiapsiagaan kita dalam menghadapinya harus selalu ditingkatkan. Mitigasi bencana, perawatan infrastruktur, dan edukasi masyarakat adalah kunci untuk mengurangi risiko dan dampak yang mungkin terjadi di masa depan. Semoga Ranah Minang dapat segera pulih dari tragedi ini dan kembali menyambut hari-hari yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H