Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bingkisan Lebaran Terindah dari Rantau Palembang untuk Mande

2 April 2024   17:56 Diperbarui: 2 April 2024   18:00 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.riauonline.co.id/foto/bank/images2/Kartu-lebaran.jpg

Di atas atap ruko rumah makan mamaknya, Reza duduk bersandar santai di atas sebuah bangku yang telah lama menjadi tempat favoritnya. Dari sana, pandangannya beredar melintasi langit, bebintang dan jalan raya yang sibuk hingga merambah ke pinggir sungai yang mengalir tenang di kejauhan. Bulan Ramadan telah tiba, dan suasana lebaran semakin dekat, tetapi hati Reza dipenuhi oleh kekosongan yang sulit dijelaskan.

Reza sangat merindukan kehangatan keluarganya, terutama Mande (ibu), Abak (ayah) dan adik kecilnya, Alya. Beberapa tahun yang lalu, musibah longsor di Pesisir Selatan telah merenggut mereka, meninggalkan Reza dengan rasa kehilangan yang mendalam. Meskipun rumah mereka tinggal tiga buah fondasi, ingatan akan lebaran bersama keluarga masih terukir jelas dalam pikiran Reza.

Setiap tahunnya, Reza tetap ingin mempertahankan tradisi mengirimkan kartu sebagai bingkisan lebaran kepada mereka. Meskipun sadar bahwa alamat mereka telah lenyap bersama dengan rumah mereka, namun tetap saja Reza memutuskan untuk mengirimkan kartu lebaran. Ia merasa bahwa dengan cara itu, ia bisa sedikit merasakan kehangatan dan kebersamaan dengan keluarganya, bahkan di alam lain.

Dengan hati yang penuh emosi, Reza menulis pesan-pesan singkat yang penuh rindu dan doa untuk Mande, Abak, dan terutama untuk Alya. Setelah selesai, ia membungkus kartu-kartu lebaran itu dengan rapi lalui menuliskan alamat lama mereka seolah-olah mereka masih berada di sana.

Dengan langkah yang berat, Reza pergi ke kantor pos terdekat. Di sana, ia meletakkan paket kartu lebaran itu di meja petugas pos, dengan harapan yang kecil namun tetap kuat.

Ia berdoa agar pesan-pesannya sampai ke langit, dan di sana, di tempat yang lebih baik, keluarganya bisa merasakan kehangatan dan cinta yang ia kirimkan.

Hari lebaran tiba, dan Reza duduk di atas bangku santai di atap ruko rumah makan mamaknya. Meskipun kartu lebarannya tidak pernah sampai, ia merasa seperti telah berbicara langsung dengan keluarganya di surga.

Setiap perayaan lebaran, Reza akan mengirimkan kartu lebaran yang sama, sebagai penghormatan untuk kenangan dan kasih sayang yang tak akan pernah pudar.

*****

Pada tahun ketiga telah berlalu, tukang pos yang bertugas di daerah tersebut terkejut ketika melihat alamat yang tertera pada kartu lebaran yang harus dia antar. Alamat itu adalah pinggiran sungai yang menyisakan beberapa fondasi rumah kayu. Dia heran Kenapa kartu ini tetap datang tiap menjelang lebaran.

Dia berpikir bahwa pasti ada sesuatu yang tak biasa terjadi, sehingga kartu tersebut tetap datang setiap tahun. Dan meskipun tak bisa dipastikan kemana kartu tersebut pergi, ia tetap membawanya dengan penuh kehormatan, karena di dalamnya terdapat cerita tentang kasih sayang yang tak tergoyahkan, bahkan oleh waktu dan jarak.

*****

Mamak Reza, yang bergelar Sutan Bagindo, selalu memperhatikan dengan cermat perilaku kemenaka, terutama pada bulan Ramadan dan menjelang lebaran. Ia melihat bagaimana Reza, anak semata wayang almurhumah adiknya, berjuang menjalani kehidupan tanpa kehadiran keluarganya kandungnya. Ia merasa iba melihat keadaan Reza, terutama saat rindunya pada lebaran semakin memuncak.

Reza, sebenarnya adalah seorang mahasiswa di jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya (UNSRI), bukanlah anak yang mengecewakan. Dengan tekun dan gigih, Reza telah meraih pencapaian akademik yang luar biasa, dengan IPK yang gemilang mencapai 3.5 pada 7 semester ini. Angka tersebut bukanlah pencapaian yang mudah, terutama di jurusan yang serba teknis seperti Teknik Elektro.

Mamak Reza selalu mengagumi dedikasi dan ketekunan kemenakanya ini dalam mengejar kesuksesan akademiknya. Namun, di balik keberhasilan itu, Sutan Bagindo bisa merasakan betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh Reza. Rasa rindu pada Mande, Abak, dan adiknya, Ayla, yang telah meninggalkan sebuah kekosongan yang tak tergantikan, menjadi beban tersendiri bagi Reza.

Setiap tahunnya, Sutan Bagindo menyaksikan bagaimana Reza tetap menjalankan tradisi mengirimkan kartu lebaran, meskipun ia tahu bahwa alamat tujuan sudah tidak berlaku lagi. Ia bisa melihat betapa perjuangan dan cinta yang terkandung dalam setiap kartu yang dikirimkan oleh Reza. Mamak yang bijaksana ini tahu betul bagaimana "taragaknyo" (kangen) yang dirasakan oleh Reza terhadap kemenangan yang baik dari saudara-saudaranya yang telah tiada, terutama Ayla, yang selalu menjadi keceriaan keluarga.

Melihat semangat dan ketekunan Reza dalam menjalani hidup, Sutan Bagindo merasa bangga dan bersyukur memiliki cucu sepertinya. Ia berharap Reza akan terus tegar menghadapi cobaan hidup, dan semoga satu hari nanti, keluarganya akan kembali bersatu di surga, sementara Reza terus menjalani hidup dengan kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun