Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memahami Pentingnya Konsep Work-Life Balance Untuk Mencegah Stress

23 Maret 2024   11:27 Diperbarui: 23 Maret 2024   11:38 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lucid.me/wp-content/uploads/2018/09/lucid-work-life-balance.png

Pengantar

Keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi adalah konsep yang melibatkan pengelolaan aktivitas profesional dan pribadi Kita agar tidak ada yang mengganggu yang lain. Ini tentang menemukan harmoni yang memungkinkan kesuksesan dalam pekerjaan Kita sambil juga memiliki waktu dan energi untuk kehidupan pribadi dan minat Kita.

Pengertian

Secara kebahasaan, "work" dan "life" memiliki perbedaan yang jelas:

Work merujuk pada aktivitas atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya berkaitan dengan pekerjaan atau karir. Ini melibatkan tugas-tugas yang kita lakukan untuk mendapatkan penghasilan atau mencapai prestasi profesional.

Life, di sisi lain, adalah konsep yang lebih luas yang mencakup semua aspek eksistensi manusia. Ini tidak hanya mencakup pekerjaan, tetapi juga kesehatan, hubungan, hobi, dan kegiatan lain yang memberikan makna dan kepuasan dalam kehidupan seseorang2.

Perbedaan ini penting dalam diskusi tentang keseimbangan kerja-hidup (work-life balance), di mana tujuannya adalah untuk mencapai harmoni antara tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan pribadi atau keluarga.

https://sprigghr.com/wp-content/uploads/2020/10/Work-Life-Balance-e1603200390595.png
https://sprigghr.com/wp-content/uploads/2020/10/Work-Life-Balance-e1603200390595.png

Sejarah Munculnya Work-life Balance

Topik keseimbangan kerja dan kehidupan (work-life balance) menjadi isu yang penting dan dikenal secara luas sejak pertengahan hingga akhir abad ke-20. Namun, konsep dasar tentang mencari keseimbangan antara waktu kerja dan waktu pribadi telah ada sejak lama, meskipun tidak selalu dengan label "work-life balance" seperti yang kita kenal sekarang.

Misalnya, gagasan tentang pembagian waktu kerja yang adil muncul seiring dengan pemberlakuan delapan jam kerja sehari pada awal abad ke-20, yang diperjuangkan oleh para pekerja melalui serikat pekerja dan pemogokan. Ini merupakan langkah besar dalam sejarah keseimbangan kerja dan kehidupan karena memungkinkan pekerja untuk memiliki waktu lebih banyak untuk kehidupan pribadi mereka di luar jam kerja.

Sementara itu, dalam konteks filosofis, tokoh-tokoh seperti Socrates memang membahas tentang pentingnya kehidupan yang seimbang dan terpenuhi, tetapi mereka tidak secara khusus membahas keseimbangan antara pekerjaan dan aspek lain dari kehidupan dalam cara yang sama dengan pemahaman modern kita tentang work-life balance.

Istilah "work-life balance" sendiri pertama kali dikenalkan di Inggris pada tahun 1970-an dan kesadaran akan pentingnya keseimbangan ini mulai diperhatikan lebih serius di dunia industri2. Sejak itu, topik ini telah berkembang menjadi bagian penting dari diskusi tentang kesejahteraan di tempat kerja dan kehidupan pribadi.

Namun, informasi spesifik tentang siapa yang pertama kali mencetuskan istilah ini tidak jelas, karena konsep ini berkembang dari berbagai teori dan praktik yang ada pada waktu itu. Konsep berpikirnya didasarkan pada pengakuan bahwa kesejahteraan karyawan dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi adalah penting untuk produktivitas dan kepuasan kerja. Konsep ini juga muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial dan ekonomi yang mempengaruhi cara kerja dan kehidupan keluarga.

Walaupun demikian menurut pendapat saya tekanan kerja dan kondisi kerja yang tidak manusiawi, seperti yang ditemukan dalam perbudakan dan eksploitasi buruh, telah mendorong perubahan dalam cara kita memandang pekerjaan dan waktu luang.

Pendidikan dan kesadaran sosial yang berkembang telah memainkan peran penting dalam mengubah norma-norma ini. Pendidikan tidak hanya meningkatkan kesadaran individu tentang hak dan kesejahteraan mereka tetapi juga memperkuat tuntutan untuk kesetaraan dan perlakuan yang adil di tempat kerja. Ini termasuk pengenalan undang-undang tenaga kerja yang lebih baik, jam kerja yang lebih pendek, dan hak-hak pekerja untuk waktu luang dan liburan.

Selain itu, pengakuan bahwa pekerja adalah makhluk sosial dengan tanggung jawab keluarga dan komunitas telah memperkuat argumen untuk keseimbangan kerja-hidup yang lebih baik. Ini mencerminkan pemahaman bahwa pekerjaan bukanlah satu-satunya aspek kehidupan seseorang dan bahwa kehidupan pribadi yang sehat dan memuaskan adalah penting untuk kesejahteraan keseluruhan.

Dengan demikian, konsep keseimbangan kerja-hidup telah berkembang sebagai respons terhadap berbagai faktor, termasuk perubahan dalam struktur keluarga, peran gender, dan dinamika ekonomi. Ini adalah bagian dari evolusi berkelanjutan tentang bagaimana masyarakat memKitang pekerjaan dan waktu luang, serta bagaimana kedua aspek tersebut dapat diintegrasikan untuk mencapai kehidupan yang lebih memuaskan dan berkelanjutan.

Ilustrasi

Dari sudut pandang finansial, saya melihat "work" sebagai upaya menghasilkan uang, sedangkan "life" adalah tentang bagaimana kita membelanjakannya. Menemukan keseimbangan atau "balance" antara keduanya menjadi kunci untuk menghindari berbagai permasalahan.

Mari kita telusuri lebih dalam konsep ini. Misalkan, penghasilan Kita per bulan adalah 10 juta rupiah. Jika pengeluaran Kita melebihi 10 juta, maka Kita berisiko terjebak dalam lilitan hutang. Di sisi lain, jika penghasilan dan pengeluaran seimbang, situasi keuangan Kita stabil, namun tidak ada tabungan yang terbentuk.

Namun, jika pengeluaran Kita per bulan kurang dari 10 juta, Kita berpeluang untuk menabung. Tabungan ini dapat digunakan untuk situasi darurat, mencicil kendaraan, membangun rumah, menyekolahkan anak, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Oleh karena itu, dalam konsep "work" dan "life", banyak hal yang perlu dipertimbangkan agar tidak membebani diri sendiri maupun keluarga. Kita harus belajar dari realitas kehidupan kita sendiri. Jika penghasilan rendah, maka pengeluaran pun harus rendah. Jika penghasilan tinggi dan melimpah, Kita mungkin bisa berbelanja lebih, namun tetaplah bijak dan tidak berfoya-foya. Berikut adalah formula sederhana yang dapat menggambarkan konsep ini:

Jika P adalah penghasilan per bulan dan G adalah pengeluaran per bulan, maka keseimbangan finansial dapat dijelaskan sebagai:

PG=S, di mana S adalah tabungan.

Idealnya, kita ingin S menjadi positif, yang berarti kita menghabiskan kurang dari yang kita hasilkan:

P>G, Jika S negatif, ini berarti kita menghabiskan lebih dari penghasilan kita, yang dapat menyebabkan hutang: P ==> P=G

Menerapkan prinsip ini membutuhkan disiplin dan perencanaan, serta pemahaman bahwa keputusan finansial yang kita buat hari ini akan mempengaruhi kualitas hidup kita di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan anggaran, menghindari hutang yang tidak perlu, dan menabung untuk tujuan jangka panjang. Ini tidak hanya membantu kita secara finansial tetapi juga memberikan ketenangan pikiran dan memungkinkan kita untuk menikmati aspek-aspek lain dari kehidupan tanpa tekanan finansial yang berlebihan.

Ketidakseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi dapat memiliki konsekuensi yang serius. Stres kronis dari beban kerja yang berlebihan atau tekanan finansial dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental dan fisik, termasuk depresi dan kelelahan. Ini juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Penting untuk mengakui bahwa mencapai keseimbangan bukan hanya tanggung jawab individu tetapi juga perusahaan dan masyarakat. Perusahaan dapat membantu dengan menyediakan lingkungan kerja yang mendukung, seperti kebijakan kerja fleksibel, sumber daya kesehatan mental, dan budaya kerja yang tidak menuntut lembur berlebihan. Masyarakat juga dapat berkontribusi dengan mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental dan mendukung inisiatif yang mempromosikan kesejahteraan.

KompleksitasWork-Life and Balance

Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, keseimbangan kerja-hidup menjadi semakin sulit untuk dicapai. Tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang semakin kabur telah menyebabkan banyak orang merasa tertekan. Kasus-kasus ketidakseimbangan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta tetapi juga di kota-kota kecil di seluruh dunia.

Kasus di Kota Metropolitan

Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, merupakan contoh kota metropolitan yang menghadapi tantangan keseimbangan kerja-hidup. Dengan jam kerja yang panjang dan macet yang parah, banyak pekerja di Jakarta menghabiskan waktu lebih banyak di perjalanan daripada bersama keluarga.

Studi terbaru menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi ini, dengan banyak pekerja yang harus beradaptasi dengan bekerja dari rumah sambil mengurus tanggung jawab keluarga.

Kasus nyata dari Jakarta menunjukkan bahwa urbanisasi dan kepadatan kota dapat mempengaruhi keseimbangan kerja-hidup. Misalnya, seorang pekerja kantoran di Jakarta mungkin menghabiskan hingga tiga jam sehari hanya untuk berkomuter. Ini berarti kurangnya waktu untuk rekreasi, olahraga, atau bahkan tidur yang cukup. Akibatnya, banyak pekerja mengalami stres, kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya.

Kasus di Kota Kecil

Di kota-kota kecil, meskipun mungkin tidak ada masalah kemacetan seperti di Jakarta, pekerja sering kali menghadapi tantangan yang berbeda. Misalnya, kurangnya fasilitas dan peluang kerja dapat menyebabkan jam kerja yang lebih panjang dan tekanan untuk melakukan beberapa pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan, di mana pekerja tidak memiliki waktu yang cukup untuk kehidupan sosial atau pengembangan diri.

Beberapa Kasus Akibat Ketidak Seimbangan Hidup dan Pekerjaan

Kasus Bunuh Diri karena Tekanan Ekonomi

Di Malang, Jawa Timur, seorang guru mengakhiri hidupnya bersama istri dan kedua anaknya karena tekanan ekonomi. Diduga terjerat hutang, ia memilih jalan tragis ini sebagai solusi dari masalah finansial yang dihadapinya. Kasus ini menyoroti pentingnya akses ke layanan kesehatan mental dan bantuan finansial bagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.

Kasus Bunuh Diri Akibat Stres Belajar Online

Seorang siswa SMP di Tarakan, Kalimantan Utara, ditemukan tewas di kamar mandi rumahnya. Diduga, ia bunuh diri karena stres akibat tekanan belajar online selama pandemi COVID-19. Ini menunjukkan dampak psikologis yang dapat ditimbulkan oleh perubahan mendadak dalam metode pembelajaran dan pentingnya dukungan emosional bagi pelajar.

Kasus Bunuh Diri karena Gangguan Mental

Seorang pemuda di Sukabumi diduga bunuh diri karena mengalami gangguan mental. Kasus ini menunjukkan bahwa gangguan mental dapat mempengaruhi siapa saja, dan pentingnya kesadaran serta penghilangan stigma seputar masalah kesehatan mental.

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa keseimbangan kerja-hidup yang buruk dan tekanan yang terkait dapat berujung pada konsekuensi yang tragis. Mereka juga menyoroti pentingnya sistem pendukung yang kuat, baik dari keluarga, teman, maupun profesional kesehatan mental. Diperlukan upaya bersama untuk mengidentifikasi dan mengintervensi masalah sebelum mereka berujung pada tragedi.

Solusi dan Strategi

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Perusahaan dapat menerapkan kebijakan kerja fleksibel, menyediakan dukungan kesehatan mental, dan mendorong karyawan untuk mengambil cuti ketika diperlukan. Pemerintah dapat memperbaiki infrastruktur transportasi dan menyediakan ruang publik yang memadai untuk rekreasi. Individu sendiri perlu mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang baik dan menetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Keseimbangan kerja-hidup adalah masalah yang kompleks dan memerlukan kerjasama dari semua pihak. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan kehidupan pribadi yang lebih memuaskan, baik di kota besar maupun di kota kecil.

Perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka seperti Facebook dan Google telah menjadi contoh dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas dan kreativitas karyawan.

Mereka mengadopsi konsep yang mendekati ideal dengan menyediakan suasana kantor yang fleksibel dan gedung yang dirancang untuk menstimulasi alamiahnya proses kerja.

Google, misalnya, terkenal dengan budaya kerjanya yang luar biasa, di mana kursi bean bag digunakan sebagai kursi rapat, kafetaria menyajikan makanan gourmet secara gratis, dan karyawan dapat berkeliling menggunakan skuter.

Bukan hanya lingkungan kerja yang formal, tetapi tempat di mana kreativitas berkembang dan ide-ide brilian lahir dari sesi brainstorming.

Facebook, di sisi lain, meskipun memiliki pendekatan yang lebih ramping terhadap sumber daya yang berarti setiap karyawan membawa lebih banyak tanggung jawab, juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan karir dan tantangan pribadi.

Kedua perusahaan ini menunjukkan bahwa karyawan yang menikmati suasana kerja yang kondusif cenderung lebih produktif daripada mereka yang bekerja dalam suasana yang penuh tekanan. Banyak orang yang gagal menghadapi stres, tetapi ada juga yang menikmati kerja dengan tekanan tinggi dan tetap produktif karena lingkungan kerja yang dibangun menyenangkan. Bagi beberapa orang, bekerja tanpa memKitang waktu menjadi bagian dari kehidupan mereka, dan kehidupan mereka adalah bekerja.

Studi telah menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang positif dapat meningkatkan komitmen karyawan dan kemampuan untuk berusaha mencapai tujuan, yang pada gilirannya meningkatkan kinerja karyawan3. Lingkungan kerja yang sehat membantu meningkatkan kepuasan kerja, moral, produktivitas, dan kinerja, serta menurunkan angka absen dan menciptakan hubungan yang lebih baik antara majikan dan karyawan.

Dengan demikian, penting bagi perusahaan untuk memahami bahwa investasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang perusahaan itu sendiri.

 

google-office-interior-5.jpeg (936624) (home-designing.com) 
google-office-interior-5.jpeg (936624) (home-designing.com) 

Beberapa tips dalam menjaga Work-life Balance

Mengelola keseimbangan antara karier yang produktif dan kehidupan pribadi yang memuaskan seringkali merupakan tantangan bagi banyak orang. Namun, dengan beberapa strategi yang tepat, Kita dapat menciptakan keselarasan yang seimbang antara dua aspek penting dalam hidup Kita. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Kita dalam menjaga keseimbangan kerja-hidup:

Tetapkan Prioritas dengan Jelas: Langkah pertama untuk menciptakan keseimbangan kerja-hidup yang sehat adalah dengan menetapkan prioritas yang jelas. Tentukan apa yang paling penting bagi Kita baik dalam karier maupun kehidupan pribadi Kita, dan alokasikan waktu Kita sesuai dengan prioritas tersebut. Dengan cara ini, Kita dapat memastikan bahwa Kita memberikan perhatian yang cukup pada aspek-aspek penting dalam hidup Kita tanpa merasa terlalu terbebani.

Buat Batasan yang Jelas: Salah satu kunci utama dalam menjaga keseimbangan kerja-hidup adalah dengan membuat batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi Kita. Ini bisa berarti mematikan notifikasi pekerjaan setelah jam kerja berakhir, atau menetapkan waktu khusus untuk berkumpul bersama keluarga dan untuk relaksasi. Dengan cara ini, Kita dapat menghindari tekanan dari pekerjaan yang terus-menerus dan menikmati waktu berkualitas dengan orang-orang yang Kita cintai.

Pelajari untuk Mengatakan Tidak: Seringkali, kita merasa terbebani oleh tanggung jawab tambahan atau undangan sosial yang datang dari berbagai arah. Namun, penting untuk memahami bahwa tidak ada yang salah dengan menolak ketika Kita merasa bahwa itu akan mengganggu keseimbangan Kita. Belajar mengatakan tidak dengan tegas dan dengan sopan dapat membantu Kita menjaga fokus pada prioritas Kita dan mencegah kelelahan atau stres yang tidak perlu.

Jaga Kesehatan Kita: Kesehatan fisik dan mental Kita sangat penting dalam menjaga keseimbangan kerja-hidup yang sehat. Pastikan Kita rajin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, dan mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Dengan menjaga kesehatan Kita, Kita dapat memiliki energi yang cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dan menikmati waktu luang dengan keluarga dan teman-teman.

Cari Fleksibilitas dalam Pekerjaan Kita: Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk mencari peluang kerja yang menawarkan fleksibilitas jam kerja atau opsi untuk bekerja dari jarak jauh. Dengan demikian, Kita dapat memiliki lebih banyak kendali atas waktu Kita dan dapat menyesuaikan jadwal kerja Kita dengan kebutuhan dan preferensi pribadi Kita.

Penutup

Keseimbangan kerja-hidup adalah aspek penting dari kehidupan yang sehat dan memuaskan. Upaya bersama dari individu, perusahaan, dan masyarakat diperlukan untuk mencapainya. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan dan memungkinkan individu untuk berkembang baik dalam karir maupun kehidupan pribadi.

Keseimbangan kerja-hidup yang baik tidak hanya penting untuk kesejahteraan individu tetapi juga untuk mencegah konsekuensi yang lebih serius. Dengan meningkatkan kesadaran dan menyediakan sumber daya yang memadai, kita dapat membantu mencegah tragedi dan mempromosikan kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.

Untuk mencapai keseimbangan antara kerja dan kehidupan, semua para pihak terkait perlu melakukan kesepakatan dan merancang ulang konsep kerja dilingkungan masing-masing seperti yang diakukan oleh beberapa perusahaan kelas dunia seperti facebook dan google.

Untuk individu, penting untuk mengembangkan strategi manajemen stres, seperti meditasi, olahraga, dan waktu berkualitas dengan orang yang dicintai. Juga, mengelola keuangan dengan bijaksana dan menetapkan anggaran dapat membantu mencegah tekanan finansial yang tidak perlu.

Dengan menerapkan tips-tips ini dalam kehidupan sehari-hari Kita, Kita dapat menciptakan keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi Kita. Ingatlah bahwa keseimbangan kerja-hidup adalah tentang menciptakan harmoni dalam hidup Kita, dan bukan tentang mencoba untuk melakukan segalanya sekaligus. Dengan pendekatan yang tepat dan kesadaran yang baik akan kebutuhan Kita sendiri, Kita dapat menemukan keseimbangan yang tepat untuk mencapai kehidupan yang memuaskan dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun