Tentang Batuhampar
Batuhampar adalah sebuah nagari (desa) yang terletak di Kecamatan Akabiluru (dulunya termasuk Kecamatan Payakumbuh), Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Nagari ini mempesona dengan kekayaan sejarah dan budayanya yang luar biasa.Â
Dikenal sebagai pusat pendidikan Islam Al-Manaar yang didirikan oleh keluarga Syekh Abdurrahman Batuhampar, nagari ini telah menorehkan jejak panjang dalam perjalanan sejarahnya.
Batuhampar memancarkan pesona sejarahnya melalui berbagai peninggalan budaya yang berharga. Situs Batuhampar, Rumah Gadang, Ninik Mamak, dan Upacara Adat menjadi saksi bisu dari kejayaan masa lalu nagari ini. Tidak hanya itu, Batuhampar juga membanggakan diri sebagai kampung halaman Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia, yang menambah kekayaan sejarahnya.
Nagari Batuhampar menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pendidikan dengan menyediakan berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SD hingga SLTA. Terdapat juga Pondok Pesantren Al-Manaar yang telah menjadi pusat pendidikan Islam yang penting di wilayah ini sejak tahun 1824. Pesantren ini telah melahirkan banyak tokoh penting di Indonesia, termasuk Mohammad Hatta sendiri yang pernah menimba ilmu di sana.
Dewasa ini Pondok Pesantren Al-Manaar telah mengembangkan kelas dan pondok tahfiz yang diminati lebih dari 300 orang anak. Mereka tinggal di bangunan asrama yang sudah dan sedang dibangun oleh pengelola pondok.
Mayoritas penduduk Batuhampar mencari nafkah sebagai petani, menghasilkan beragam komoditas seperti padi, kelapa, cabe, dan buah-buahan. Dan sebagian lagi bekerja sebagai ASN di berbagai guru, dosen dan pegawai kantoran pemerintah. Sebagian merantau ke Malaysia, Batam, Pekanbaru dan Jakarta.
Selain itu, potensi wisata nagari ini tidak bisa diabaikan. Wisata religi, alam, dan budaya menawarkan pengalaman yang memikat bagi para pengunjung.
Dewasa sedang dirintis dan dikembangkan wisata religi Kampung Bung Hatta yang lebih terintegrasi dengan potensi alam yang luar biasa. Beberapa diantaranya adalah Terbang Layang dari puncak Bukit Sulah dan mendarat di lapangan bola dekat Cek Dam. Cek Dam sendiri juga sedang dibenahi untuk dijadikan wisata air dan kuliner. Yang tidak kalah menantang adalah pengembangan wisata motor off road di pinggiran bukit Sulah.
Tentang Syekh Batuhampar
Syekh Batuhampar (1780-1864) adalah seorang pemimpin Sufi terkemuka di Minangkabau yang dikenal akan perannya yang luas dalam pengembangan Islam dan pendidikan di wilayah tersebut.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Lahir pada tahun 1780, Syekh Batuhampar tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai keagamaan di Minangkabau. Beliau menunjukkan minat yang besar dalam studi Islam sejak usia muda dan kemudian memperdalam pengetahuannya dengan belajar di berbagai tempat, termasuk Mekkah dan Madinah. Pengalaman pendidikan ini membentuk fondasi yang kokoh bagi kepemimpinannya di kemudian hari.
Ajaran dan Tindakan
Syekh Batuhampar memancarkan kepribadian karismatik yang memikat, menarik banyak pengikut dan murid. Ajarannya tidak hanya terfokus pada pengetahuan Islam yang luas, tetapi juga pada praktik tasawuf. Beliau percaya bahwa tasawuf adalah kunci untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan mengajarkan pentingnya toleransi serta persatuan antar umat beragama. Selain itu, beliau juga aktif dalam membantu orang miskin dan membutuhkan, mengamalkan nilai-nilai sosial dan kepedulian.
Dampak dan Warisan
Pengaruh Syekh Batuhampar terasa luas di Minangkabau. Beliau membantu meningkatkan pemahaman Islam di wilayah tersebut, memperkuat spiritualitas masyarakat, dan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan lokal.
Maulana Abdurrahman Al Khalidi An-Naqsyabandi
Selain Syekh Batuhampar, Maulana Abdurrahman Al Khalidi An-Naqsyabandi juga merupakan figur penting dalam sejarah intelektual dan spiritual Minangkabau. Keilmuannya yang mendalam dan pengaruhnya yang luas telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut.
Tokoh Berpengaruh dari Batuhampar
Di antara murid-murid dan penerus ajaran Syekh Batuhampar adalah tokoh-tokoh berpengaruh seperti Syekh Abdurrahman Batuhampar, Syekh Muhammad Jamil Jambek, dan Syekh Abbas Qadhi. Mereka meneruskan dakwah dan mendirikan lembaga-lembaga keagamaan untuk mempertahankan ajaran-ajaran yang telah ditanamkan oleh Syekh Batuhampar.
Desa Bersejarah Kampung Dagang dan Ulama-ulama Berpengaruhnya
Kampung Dagang merupakan titik pusat penting dalam sejarah Islam di Minangkabau, yang didirikan oleh Syekh Batuhampar. Desa ini tidak hanya terdiri dari surau utama dan rumah tradisional, tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya ulama-ulama terkemuka seperti Syeikh Abdurrahman Kumango, Muhammad Hatta, dan Syekh Sulaiman Arrasuli, yang turut memberikan kontribusi besar bagi pengembangan agama dan pendidikan di wilayah tersebut.
Tentang Mohammad Hatta, Cucu Syekh Batuhampar
Mohammad Hatta, yang dikenal sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Beliau adalah cucu dari Syekh Batuhampar dan menghabiskan masa kecilnya di Kampung Dagang. Masa kecilnya di Batuhampar memberikan pengaruh besar pada karakter dan pemikirannya, terutama dalam hal nilai-nilai agama, pendidikan, dan nasionalisme.
Hatta mengenyam pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School) di Padang dan kemudian melanjutkan studinya ke Hogere Burgerschool (HBS) di Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikannya di HBS, Hatta pergi ke Belanda untuk melanjutkan studinya di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam.
Di Belanda, Hatta aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Beliau menjadi ketua Perhimpunan Indonesia (PI) dan bersama dengan para pemuda lainnya, Hatta mempelopori Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1932, Hatta bersama dengan Soekarno mendirikan Gerakan Pendidikan Nasional Indonesia (GAPI) dan aktif dalam kegiatan politik lainnya. Pada tahun 1934, Hatta dan Soekarno ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Digul, Boven Digoel, Papua.
Pada masa penjajahan Jepang, Hatta dibebaskan dari pengasingan dan kemudian dilibatkan dalam berbagai kegiatan pemerintahan. Beliau bersama dengan Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Hatta kemudian menjadi Wakil Presiden pertama Indonesia mendampingi Soekarno. Beliau memainkan peran penting dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik, ekonomi, dan pendidikan.
Hatta pensiun dari jabatannya sebagai Wakil Presiden pada tahun 1956 dan kemudian aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik. Beliau wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Penutup
Syekh Batuhampar dan ulama-ulama lainnya dari Kampung Dagang telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan Islam dan pendidikan di Minangkabau. Ajaran dan tindakan mereka tidak hanya dihormati pada zamannya, tetapi juga terus dikenang dan diwarisi oleh masyarakat hingga saat ini, mencerminkan warisan berharga yang mereka tinggalkan bagi generasi-generasi mendatang.
Masa kecil Hatta di Batuhampar memberikan pengaruh besar pada pemikiran dan karakternya. Beliau belajar tentang nilai-nilai agama, pendidikan, dan nasionalisme dari Syekh Batuhampar dan para ulama lainnya di Kampung Dagang. Pengalaman ini membentuknya menjadi seorang pemimpin yang berintegritas, berdedikasi, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
Batuhampar bukan hanya sekadar nagari biasa. Dengan nilai-nilai sejarah, budaya, dan pendidikan yang tinggi, serta potensi wisata yang besar, Batuhampar menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang mengunjunginya. Dengan demikian, nagari ini berpotensi menjadi destinasi wisata yang menarik di Sumatera Barat yang patut dikunjungi dan dijelajahi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H