Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menumbuhkan Kebiasaan Bersedekah Sejak Dini

18 Maret 2024   05:23 Diperbarui: 18 Maret 2024   05:53 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW memperjuangkan ajaran Islam, konsep bersedekah sudah menjadi bagian integral dari kehidupan umat Muslim. Mulai dari bersedekah kepada ibu, berwakaf, hingga memberi dalam keadaan suka dan duka, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari prinsip-prinsip yang diajarkan dalam agama Islam. Sebagai konsekuensinya, seorang Muslim diharapkan untuk selalu siap memberi, baik dalam keadaan sempit maupun lapang.

Pentingnya bersedekah tidak hanya terbatas pada materi atau harta, namun juga mencakup pengamalan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan sehari-hari. Bahkan, dalam kondisi ketiadaan materi yang sama sekali, sebuah senyuman pun bisa dianggap sebagai bentuk sedekah. Memahami konteks ini, hari-hari seorang Muslim tidak pernah berlalu tanpa kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Islam Mengajarkan Bersedekah

Sejalan dengan prinsip Islam tentang pentingnya bersedekah, setiap tindakan kebaikan yang dilakukan oleh seorang Muslim dianggap sebagai bentuk sedekah. Mulai dari memberi senyuman kepada orang lain, memberi rasa senang, hingga memberi makanan kepada hewan, semuanya memiliki nilai sedekah di mata Allah SWT. Bahkan, tindakan sederhana seperti membiarkan burung hinggap di pohon yang kita tanam juga dianggap sebagai bentuk sedekah.

Dengan memahami konsep sedekah secara mendalam, setiap hari menjadi kesempatan bagi seorang Muslim untuk meraih kebaikan dan pahala yang berlipat. Dalam setiap tindakan kebaikan yang dilakukan, baik yang besar maupun yang kecil, tersimpan potensi besar untuk mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Oleh karena itu, bersedekah bukanlah sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian dan penghormatan kepada nilai-nilai agama yang mulia.

Sejak Mulai Kapan Anak Diajarkan Bersedekah 

Dalam menanggapi pertanyaan tentang kapan seorang Muslim mulai belajar bersedekah, kita bisa melihat bagaimana orang tua secara halus dan penuh kasih mengajarkan nilai-nilai ini kepada anak-anak mereka. Bahkan, proses pembelajaran ini dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibunya.

Sebagai contoh, seorang ibu yang lucu dan penyayang mungkin akan mengajarkan anak yang masih dalam kandungan untuk bersedekah. Mungkin ketika ia pulang dari salat, ia akan berbisik kepada janin yang ada dalam kandungannya, "Anakku, ibu bersedekah untukmu. Meskipun kamu belum lahir, kamu pasti akan mendengar dan merasakan kasih sayang ibumu. Bersedekahlah untuk tetangga, untukmu sendiri, dan untuk anak-anakmu kelak."

Sementara itu, seorang ayah juga bisa mengajarkan anaknya tentang bersedekah dengan cara yang kreatif. Misalnya, ia memberikan sejumlah uang kecil kepada bayinya untuk diserahkan kepada orang yang menyapanya, atau memberikan selembar uang kepada bayinya untuk dimasukkan ke dalam kotak infaq di masjid. Dengan cara ini, tangan kecil sang bayi pun turut berpartisipasi dalam berbagi rezeki kepada fakir miskin.

Dengan pendekatan yang lembut dan penuh cinta seperti ini, nilai-nilai bersedekah dan berbagi akan tertanam dalam diri anak sejak usia dini. Ini adalah langkah awal yang penting dalam membentuk karakter dan kepribadian yang baik, serta mengajarkan anak tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama dan penghargaan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Dengan pembiasaan seperti itu, tidaklah mengherankan jika seorang anak Muslim yang belum baligh dengan mudahnya berbagi makanannya dengan teman-temannya, atau dengan tulus menyerahkan apa yang dimilikinya kepada orang lain. Bahkan, kebiasaan yang dibentuk sejak dini ini dapat menjadi fondasi kuat bagi sikap dermawan dan kepedulian anak ketika dewasa nanti.

Meskipun dalam ajaran Islam seorang bayi, balita, atau anak yang belum baligh dan belum memiliki akal belum diwajibkan untuk bersedekah, berinfak, atau berwakaf, bahkan salat pun belum menjadi kewajiban bagi mereka. Namun, kebiasaan yang ditanamkan sejak dini, mulai dari dalam kandungan hingga masa kanak-kanak, untuk berbagi dan peduli kepada sesama, akan membentuk karakter yang kuat dan jiwa yang penuh dengan solidaritas di dalamnya.

Keterbiasaan berbagi dan peduli ini merupakan pencerminan dari keindahan dan kebahagiaan dalam bersedekah. Hal ini mengajarkan anak tentang arti pentingnya kebersamaan dan kebahagiaan yang timbul dari berbagi rezeki dengan orang lain. Dengan demikian, setiap tindakan sedekah akan menjadi ladang kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka dan juga bagi orang-orang di sekitarnya.

Sejak kapan seseorang bersedekah setelah baligh dan berakal? 

Pertanyaan ini sebenarnya tidak sulit untuk dijawab. Kita dapat melihat bahwa kebiasaan bersedekah telah ditanamkan sejak dini oleh orang tua yang mendidik, bahkan sebelum anak itu lahir. Seorang ibu, misalnya, mungkin telah mengajarkan nilai-nilai dermawan kepada bayinya bahkan sebelum ia lahir ke dunia ini.

Dalam banyak kasus, pembiasaan bersedekah dan berbagi telah menjadi bagian dari proses pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Bahkan, sebelum anak tersebut mencapai usia baligh dan memiliki akal yang matang, ia telah diajari arti pentingnya berbagi dan memberi kepada sesama.

Karakter Alamiah

Dengan demikian, seorang Muslim secara alami sudah memiliki kesadaran akan pentingnya bersedekah dan berbagi ketika ia mencapai usia baligh dan memiliki akal yang matang. Kebiasaan dan nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak dini akan membentuk karakternya dan menjadi panduan dalam berperilaku baik kepada sesama manusia.

Bahkan ketika mereka masih bergantung pada uang yang diberikan oleh orang tua mereka, mereka telah diajarkan untuk berbagi dan bersedekah kepada yang membutuhkan. Kebiasaan ini membentuk karakter mereka sehingga ketika mereka sudah memiliki penghasilan sendiri kelak, mereka akan terus melanjutkan praktek bersedekah.

Di banyak rumah tangga Muslim di Indonesia, bersedekah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, seperti makanan harian yang tidak dapat dihindari. Setiap kesempatan yang mereka dapatkan untuk memberi, mereka akan melakukannya dengan tulus dan ikhlas.

Indonesia Negara Paling Dermawan

Tidaklah mengherankan jika Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, juga menjadi salah satu negara yang paling dermawan di dunia. Semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama telah mengakar dalam budaya dan nilai-nilai masyarakat Indonesia, membuktikan bahwa bersedekah adalah panggilan hati yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang Muslim.

Betapa bahagianya menjadi bagian dari negara yang diakui sebagai salah satu negara paling dermawan di dunia. Bahkan, kebaikan hati dan kedermawanan masyarakat Indonesia menjadi buah bibir di seluruh dunia. Bahkan warga negara dari negara maju seperti Korea Selatan pun terkejut melihat tingkat kedermawanan yang tinggi di Indonesia, meskipun pendapatan bruto negara kita jauh di bawah negara-negara maju seperti Korea Selatan.

Hal ini membuktikan bahwa kemakmuran sebuah negara tidak selalu berkorelasi langsung dengan kemurahan hati dan kepedulian terhadap sesama. Meskipun Indonesia mungkin memiliki keterbatasan dalam hal kemakmuran materi, tetapi kemakmuran spiritual dan moral yang dimiliki oleh masyarakatnya jauh lebih berharga.

Penutup

Keberhasilan Indonesia dalam menjaga tradisi berbagi dan gotong royong telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama adalah salah satu kekayaan terbesar bangsa Indonesia, yang senantiasa membuat kita bangga sebagai bagian dari negara yang dipenuhi dengan kasih sayang dan kebaikan.

Bersedekah sudah menjadi nilai-nilai alami bagi bangsa Indonesia. Walaupun benar mayoritas rakyatnya adalah beragama Islam, tetapi kebiasaan bersedekah telah menular kepada hampir seluruh rakyatnya tanpa memandang suku dan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun