Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ibu atau Ummi Sang Pahlawan Sahur

11 Maret 2024   11:18 Diperbarui: 11 Maret 2024   11:32 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi, Randang

Pengantar

Sahur, sebuah momen yang sakral bagi umat Muslim yang akan menjalankan ibadah puasa. Bagai sarapan di pagi hari, sahur menjadi asupan vital yang menemani kita dari fajar menyingsing hingga matahari terbenam. Di saat kita menahan lapar dan haus, energi yang kita serap saat sahurlah yang akan menjadi penopang kekuatan kita sepanjang hari.

Kualitas sahur yang baik, dengan nutrisi yang seimbang dan porsi yang tepat, menjadi kunci untuk menjaga stamina dan kesehatan selama berpuasa. Dan di tengah keheningan subuh, ada sosok yang menjadi pilar utama dalam persiapan sahur, yaitu seorang ibu atau istri dalam keluarga Minangkabau.

Penting seorang Ibu

Seorang ibu, yang dengan kasih sayangnya, telah memulai persiapan sahur jauh sebelum kita terjaga. Mereka adalah arsitek di balik lauk pauk yang tersaji, yang mungkin telah disiapkan sejak malam hari, disimpan di kulkas, dan kemudian dipanaskan, atau bahkan dimasak segar di saat subuh menjelang.

Ummi, panggilan akrab anak-anak untuk ibu di keluarga kami, adalah sosok yang bangun lebih dulu, memastikan segalanya siap sebelum adzan subuh berkumandang. Sejak pukul 03.30, Ummi telah sibuk di dapur, mengatur segalanya dengan penuh ketelitian, meski kadang dalam keadaan mengantuk.

Kerelaan dan kasih sayang Umi dalam menyiapkan sahur adalah catatan tak terlihat namun begitu penting dalam lembaran kehidupan keluarga. Tanpa kehadiran Umi, sahur mungkin akan terasa lebih berat dan kurang berwarna.

Setelah semuanya siap, barulah Ummi membangunkan seluruh anggota keluarga. Dengan lembut, Ummi memastikan bahwa setiap orang telah terjaga dan berkumpul di meja makan untuk sahur bersama. Kebahagiaan yang terpancar dari mata Umi saat melihat anak-anak dan suami tercinta menikmati sahur adalah gambaran nyata dari cinta yang tak terukur.

Ummi adalah Pahlawan Sejati

Ummi, di keluarga kami, adalah cerminan dari para wanita di Minangkabau, dan mungkin juga di seluruh dunia, yang menjadi pahlawan sahur tanpa pamrih. Mereka bangun di waktu yang masih sangat pagi, menahan kantuk, demi memastikan keluarga mereka mendapat asupan yang cukup untuk memulai hari puasa.

Pengorbanan dan Kebahagiaan seorang ummi

Sahur bagi seorang Ummi bukan sekadar tradisi, melainkan wujud nyata dari pengorbanan dan cinta yang diberikan tanpa mengharap balasan. Mereka adalah pahlawan yang tak selalu terlihat, namun keberadaannya menjadi tiang penyangga bagi keluarga yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh hikmah.

Kebahagiaan Ummi dalam menjalankan perannya sebagai pahlawan sahur dan pilar keluarga sering kali bersumber dari hal-hal sederhana namun berarti.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat memberikan kebahagiaan bagi Ummi:

Keharmonisan Keluarga

Ketika seluruh anggota keluarga berkumpul, berbagi tawa dan cerita saat sahur, itu menciptakan suasana keharmonisan yang mendalam. Umi merasa bahagia melihat keluarga yang dia cintai bersatu dan menikmati hasil kerja kerasnya.

Kesehatan dan Kebahagiaan Anggota Keluarga

Mengetahui bahwa sahur yang disiapkan dengan penuh kasih sayang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan keluarganya untuk menjalankan puasa, memberikan Ummi rasa puas dan bahagia.

Pengakuan dan Penghargaan

Meskipun Umi tidak mencari pengakuan, apresiasi sederhana dari suami dan anak-anak, seperti ucapan terima kasih atau pujian atas masakan yang lezat, dapat memberikan kebahagiaan yang besar bagi Ummi.

Pelestarian Tradisi

Dapat mempertahankan dan meneruskan tradisi sahur dan nilai-nilai keagamaan kepada generasi berikutnya memberikan Umi rasa bangga dan kepuasan batin.

Keteguhan Iman dan Spiritualitas

Melaksanakan peran ini juga merupakan bagian dari ibadah dan keteguhan iman Ummi. Menyediakan sahur sebagai persiapan ibadah puasa adalah wujud nyata dari kepatuhan dan cinta Ummi kepada Tuhan, yang memberikan kedamaian dan kebahagiaan spiritual.

Kebahagiaan Ummi tidak hanya terletak pada tindakan fisik menyiapkan sahur, tetapi juga pada dampak emosional dan spiritual yang ditimbulkannya, baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Kebahagiaan itu terpancar dari rasa cinta, pengabdian, dan kepuasan dalam menjalankan peran yang dianggap sakral dan penting bagi keluarga dan komunitasnya.

Menu Sahur Kami

Sahur adalah momen yang menggabungkan kehangatan dan kebersamaan keluarga kami. Di meja sahur, terhidang nasi sebagai simbol kebersamaan, lauk pauk yang menggugah selera, dan secangkir kopi yang menemani pagi yang masih hening. Saya memulai hari dengan satu sendok madu, yang manisnya mengingatkan pada kelembutan kasih sayang keluarga, serta dua butir telur, baik itu ceplok atau rebus, yang menjadi simbol kekuatan untuk menghadapi hari.

Keragaman sayur mayur dan buah-buahan seperti jeruk, mangga, anggur, dan kurma, jika tersedia, menambah warna pada palet sahur kami. Kadang-kadang, pepaya, pisang, dan mangga juga bergabung, memberikan variasi rasa dan nutrisi. Saya, yang bertanggung jawab atas pemilihan buah, selalu berusaha mengatur agar setiap hari ada kejutan baru yang menyegarkan dari keranjang buah kami.

Saya makan dengan porsi yang tidak terlalu besar, cukup untuk memberi energi tanpa membuat perut terasa terlalu penuh, dan saya selalu menutup sahur dengan satu atau dua gelas air putih yang besar, sebagai persiapan untuk menghadapi hari tanpa rasa haus yang mengganggu. Umi, istri saya, dengan bijaksana menakar minumannya, memastikan bahwa dia mendapatkan hidrasi yang cukup tanpa berlebihan, mencerminkan pemahaman yang dalam tentang kebutuhan tubuhnya.

Anak gadis kami, yang masih duduk di bangku SMP, memilih porsi yang lebih kecil dan kadang kala enggan menyantap sayur. Namun, kami selalu mendorongnya untuk mencoba, walaupun hanya sedikit, karena kami tahu pentingnya nutrisi dari sayur untuk pertumbuhannya. Untuk lauk pauk, dia tidak memiliki masalah, dan kami bersyukur atas hal itu.

Menu lauk pauk kami untuk sahur kali ini adalah rendang yang telah kami masak sehari sebelumnya, yang kelezatannya semakin matang seiring waktu. Rendang, dengan cita rasa yang kaya, menjadi favorit keluarga dan selalu berhasil mengundang selera. Sebagai tambahan, kami menyertakan telur, yang sederhana namun penuh protein. Saya dan anak gadis kami memilih nasi putih, sementara Umi memilih nasi merah, yang lebih kaya serat.

Menu sahur kami mungkin terlihat sederhana, namun setiap komponennya dipilih dengan cinta dan perhatian. Ini bukan hanya tentang makanan yang kami santap, tetapi tentang nilai-nilai yang kami bagikan: kesehatan, kebersamaan, dan kebahagiaan. Sahur kami adalah cermin dari kehidupan kami: sederhana, namun kaya akan cinta dan kehangatan.

Momen Sahur yang Mengingatkan kepada Amak

Sahur, momen yang selalu mengingatkan saya kepada Amak, ibu saya. Kisah ini mungkin serupa dengan kisah ribuan, bahkan jutaan wanita yang dipanggil Umi, namun bak setiap lukisan kehidupan memiliki nuansa yang berbeda.

Lukisan yang saya gambarkan ini adalah versi ulang dari kanvas masa kecil saya, di mana Amak adalah pelukis utamanya.

Amak, yang bangun sebelum fajar menyingsing, telah menyiapkan sahur kami dengan penuh kasih. Lauk pauk, yang biasanya sudah disiapkan sejak sore hari, baik itu bersamaan dengan makan malam atau menu berbuka, selalu siap menemani nasi yang dimasak hangat.

Kami tinggal di Payakumbuh kala itu, yang kini dikenal sebagai Kecamatan Akabiluru, di mana udara pagi yang dingin membuat tiap hembusan nafas terlihat seperti asap yang menari di udara.

Apak, ayah saya, selalu menghargai nasi hangat yang disajikan. Kadang-kadang, beliau terlihat menemani Amak memasak, sambil menikmati secangkir kopi yang mengepul. Itu adalah pemandangan yang hangat dan mengesankan, sebuah momen kebersamaan yang sederhana namun penuh makna.

Sahur di rumah kami bukan sekadar ritual makan pagi, melainkan sebuah tradisi yang menghangatkan hati. Amak, dengan tangan-tangannya yang terampil, tidak hanya menyiapkan makanan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kekeluargaan dan keagamaan yang mendalam.

Setiap sajian yang Amak persiapkan adalah ekspresi dari cinta dan dedikasi yang tak terukur.

Saat ini, meskipun Amak telah tiada, beliau meninggal tahun 2002, dan saya memiliki keluarga sendiri dan juga jauh dari Payakumbuh, setiap kali sahur tiba, aroma masakan Amak, suara gemericik air, dan kehangatan suasana dapur kami, kembali membawa saya ke masa-masa itu.

Momen sahur menjadi jembatan waktu yang menghubungkan saya dengan Amak dan semua kenangan indah yang pernah kami bagi.

Momen sahur yang mengingatkan kepada Amak adalah tentang lebih dari sekadar makanan; itu tentang warisan, tentang keluarga, dan tentang cinta yang terjalin dalam setiap butir nasi dan setiap suapan lauk. Itu adalah lukisan hidup yang akan selalu saya kenang dan hargai, sebuah mahakarya yang tak lekang oleh waktu.

Penutup

Ummi adalah wanita hebat yang sebenarnya dalam keluarga. Dedikasi para ummi di seluruh dunia adalah sebuah kisah yang bisa dilukis ulang dengan indah. Bagi keluarga muslim, ummi menjadikan sahur lancar dan tepat waktu, sehingga anggota keluarga bisa cukup asupan dalam menjalankan puasa Ramadhan. Terimakasih istriku dan ummi anak-anak ku, dikau adalah pahlawan dalam keluarga kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun