Perjalanan Ke Bali
Baru saja satu tahun terlepas dari urusan Tugas Akhir, menulis tesis sudah terbayang di depan mata seperti onggokan batu besar yang menghalangi mata. Kalau TA ditulis dalam Bahasa Indonesia tetapi Tesis ditulis dalam Bahasa Inggris.
Setelah menikah pada bulan Februari 1998, persiapan untuk studi lanjut harus segera dilakukan. Langkah awal yang saya lakukan adalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggris hingga mencapai skor TOEFL 550 atau IELTS 6.0 rata-rata. Meskipun pernah kuliah di jurusan Sastra Inggris Unand selama 3 semester, rasanya tidak berarti apa-apa untuk mencapai skor yang dibutuhkan. Lagian sudah lebih 6 tahun, pasti sudah banyak yang hilang dan lupa.
Oleh karena itu, pergi ke IALF Bali merupakan suatu keharusan karena memang sudah termasuk dalam rancangan program melalui pendanaan Engineering Education Development Project (EEDP).
*****
Menjelang keberangkatan ke Bali, istri dan saya pulang kampung terlebih dahulu untuk memohn do'a restu dari orang tua. Pertama, kami mengunjungi kampung istri di Pasia Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, Batusangkar.Â
Di sana, kami menemui 'andeh' atau nenek serta 'mamak' atau paman dari pihak istri. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Batuhampar, kampung saya, untuk menemui 'amak' atau ibu serta 'apak' atau ayah.Â
Kami bermalam masing-masing satu malam di kedua tempat tersebut. Pagi harinya, kami berjalan kaki untuk menghirup udara segar, seperti kebiasaan saya setiap kali bermalam di kampung. Udara yang segar dan wangi harum bunga padi selalu memberi kenangan tersendiri dalam ingatan dan menambah keceriaan suasana. Sorenya kami kembali ke Padang dengan naik bus.
*****
Setelah semuanya rampung dan segala persiapan sudah siap, saya dan teman memilih naik bus menuju Bali. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Kami juga sempat menginap di pool bus yang kami tumpangi di Jakarta. Setibanya di Bali, kami langsung menuju tempat kursus IALF untuk melapor kepada panitia dan kemudian mencari penginapan. Alhamdulillah, kami mendapatkan penginapan yang cukup dekat, hanya memerlukan waktu 8 menit jika berjalan kaki.
Perjalanan ini mengajarkan saya tentang tekad, ketabahan, dan arti sebenarnya dari perjalanan hidup. Terkadang, apa yang tampak sebagai pengorbanan besar sebenarnya adalah investasi dalam diri kita sendiri. Pengalaman di Bali dan Manchester mungkin telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih bijaksana, berpengetahuan luas, dan siap menghadapi tantangan.