Setelah pergelaran debat memukau dalam pertarungan gagasan dan visi, Indonesia menemukan penerangnya. Presiden Chair, sosok yang menyiratkan harapan dan semangat perubahan, diterima dengan tangan terbuka sebagai pemimpin tertinggi negeri.
Dalam sorotan publik, Presiden Chair dipandang sebagai titisan keberanian dan ketegasan. Ia bukan sekadar figur, melainkan manifestasi dari keberanian untuk mengejar perubahan yang sesungguhnya. Dengan suara yang menggelegar, rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin, bukan semata karena janji manis, namun karena keyakinan akan ketulusan visinya.
Presiden baru ini bukanlah sekadar penghuni istana, melainkan arsitek masa depan. Visinya yang visioner membawa angin segar, menyiratkan kemungkinan-kemungkinan baru yang menjanjikan. Ia bukanlah pemimpin yang bersembunyi di balik meja kerja, melainkan yang berani tampil di garis depan, menatap tantangan dengan mata penuh keyakinan.
Baca juga :
Cerbung Mimpi Membangun Pesawat Tempur (Bagian 14), Pak Chair, Sang Presiden
Cerbung Mimpi Membangun Pesawat Tempur (Bagian 13), Rahim dan Langkah Senyap Mr. Chair
*****
Banyak yang bertanya-tanya, memandang dengan keheranan yang tak terucap, siapa sebenarnya presiden Chair ini, bagaimana dia mampu melambung tinggi di atas debat politik yang mempertaruhkan nasib bangsa ini, dan bagaimana ia meraih simpati dan dukungan hati rakyat Indonesia. Seperti bintang timur yang menjelma dalam kegelapan malam, dia menyinari dengan pesonanya yang tak terlukiskan.
Presiden Chair, bukan sembarang tokoh. Dia adalah putra asli Minangkabau, lahir dan dibesarkan di sebuah negeri kecil yang menghampar indah di Limapuluh Kota, tanah leluhurnya yang dulu menjadi tempat berpijaknya Bung Hatta. Negeri itu, dengan penuh semangat, menyisipkan cahaya harapan dalam setiap butiran pasirnya, menghasilkan penghafal al-Quran yang tangguh dan membuka pintu bagi Nagari wisata Halal Religi yang dipimpin oleh semangat kebangsaan Bung Hatta. Batuhampar, begitu nama negerinya, yang kini bangkit dengan megah, menjadi pusat kearifan lokal yang menyulut semangat pencarian ilmu dan kehidupan, bukan hanya bagi penduduk sekitar, tetapi juga para pencari kebenaran dari ujung-ujung Nusantara, dari Bengkulu hingga Kerinci, dari Siak di Riau hingga ujung barat Sumatra.
Meskipun masih muda, dalam setiap langkahnya, Presiden Chair memeluk erat memori indah itu, menjadikannya sebagai sumber kekuatan yang tak tergoyahkan, memotivasi dirinya untuk mengulang kejayaan sejarah Bung Hatta yang pernah merangkak dari bawah sebagai Wakil Presiden.
Meskipun kedua orang tuanya hanyalah guru sekolah dasar, namun dari usia yang masih belia, Presiden Chair kecil telah mengukir namanya dalam catatan kecerdasan yang gemilang, hingga beberapa orang bahkan menggelarnya sebagai Buyung Jenius, sebuah panggilan yang melekat sebagai gelar kehebatannya.