Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi Pak Chair sang Presiden

29 Januari 2024   16:05 Diperbarui: 29 Januari 2024   16:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pagi yang cerah tahun 2032 melangkah,
Aulia menatap layar, merenung dalam getarannya.
Proyek pesawat tempur Garuda telah delapan tahun tercipta,
Setiap detiknya, debat meriah memecah belah.

Kenangan akan momen penting, terpatri jelas dalam benak,
Debat memanas, memulai perjalanan panjang.
Pertikaian memuncak saat Qatar hendak jual pesawat lama,
Perdebatan melebar, merayap ke dalam masyarakat yang terpecah.

Medan perdebatan membentang, merangkai ragu dan harapan masa depan,
Argumentasi bergema, mempertaruhkan nasib prajurit TNI.
Namun, di tengah gelombang debat yang gemuruh,
Terbitlah bintang, keanggunan mempesona terpancar jelas.

Debat presiden 2024, panggung ketiga titisan kekuasaan bersaing,
Mengusung visi yang berbeda, menciptakan dinamika yang memukau.
Pak Aman, dengan keyakinan yang membara,
Suara gemuruh menegaskan dukungannya dengan megah.

Namun, di balik ketegasan, suara lain terdengar,
Suara pedas Pak Brabo menusuk, membawa kritik tajam.
Namun, di tengah pertarungan ideologi yang menggebu,
Pak Chair, sang akademisi muda, memancarkan cahaya kebijaksanaan.

Dalam matanya, kebijaksanaan dan kewaspadaan terpancar jelas,
Tiga figur mengeksplorasi perjalanan pesawat tempur Garuda,
Masing-masing dengan visi yang berbeda.
Namun, di tengah pertarungan itu, Pak Chair menawarkan solusi terarah.

Derap langkah Pak Chair tak terbendung,
Dukungan rakyat terus membumbung,
Membawa Pak Chair ke putaran yang menegangkan,
Namun MK telah tak goyang bagaikan karang, Pak jadi pemenang.

Dan dalam gemuruh panggung politik yang mempesona,
Cerita terus berlanjut, reaksi yang bervariasi tercipta.
Namun akhirnya, suara rakyat pun terdengar,
Menentukan arah perjalanan bangsa dalam cahaya politik yang tak pernah padam.

Di aliran waktu yang tak berhenti mengalir,
Cerita debat itu tertulis dalam sejarah proyek Garuda.
Catatan semangat dan harapan akan masa depan,
Terpatri jelas dalam ingatan, menerangi jalan yang terang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun