Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerbung Mimpi Membangun Pesawat Tempur (Bagian 14), Pak Chair, Sang Presiden

29 Januari 2024   12:58 Diperbarui: 29 Januari 2024   13:25 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sorotan lampu panggung menyilaukan, memantulkan kilauan emas dari setiap sudut ruangan, saat Aulia dan Adam duduk di kursi penonton yang tegang. Hati mereka berdebar cepat, antusiasme yang meluap-luap, menyatu dengan kegembiraan dan kebanggaan yang memenuhi setiap pikiran. Di hadapan mata, panggung debat presiden 2024 menjadi arena epik di mana tak hanya visi politik yang dipertaruhkan, tetapi juga masa depan sebuah proyek besar: pesawat tempur Garuda.

Begitu kentalnya aroma harapan terpatri dalam udara, seolah-olah mimpi-mimpi bangsa ini berkumpul di satu tempat, menyatu dalam keheningan yang tegang namun penuh arti. Debat itu, dengan segala dinamikanya, tidak hanya sekadar pertarungan antara ideologi politik, tetapi juga pameran gagasan-gagasan cemerlang yang menyala-nyala dalam kegelapan kompleksitas dunia politik.

Ketika pertanyaan-pertanyaan yang kritis dilemparkan oleh Bu Dian, jurnalis senior yang menjadi moderator debat, suasana ruangan semakin terbakar oleh semangat perdebatan yang menyala-nyala. Tapi di balik gemuruh suara, ada kehadiran proyek pesawat tempur Garuda yang melintas sebagai benang merah, mengikat setiap kata dan gerak yang terucap.

Bagi Aulia dan Adam, debat itu adalah lebih dari sekadar pertarungan kata-kata. Itu adalah panggung di mana harapan-harapan dan mimpi-mimpi kita sebagai bangsa diuji, di mana kita dihadapkan pada tantangan untuk berpikir lebih jauh, untuk melampaui batas-batas keterbatasan yang mungkin telah kita ciptakan sendiri. Dan di tengah sorak sorai penonton, saya merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri Aulia dan Adam.

Dari sorotan tajam Bu Dian, ketiga calon presiden menghadirkan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai proyek pesawat tempur Garuda. Dari Pak Aman yang yakin dan tegas dalam dukungannya, hingga Pak Brabo yang skeptis dan kritis terhadap manfaatnya, serta Pak Chair bijaksana dan objektif dalam mencari solusi terbaik. Setiap jawaban, setiap argumen, membuka pintu bagi saya untuk merenung dan menyelami lebih dalam akan makna dan implikasi proyek tersebut.

Debat itu, dengan segala kegairahannya, memberi Aulia dan Adam pencerahan dan inspirasi yang mendalam. Itu bukan sekadar pertunjukan politik biasa, melainkan pameran kekuatan ide-ide dan komitmen yang melampaui batas-batas kepentingan pribadi. Dan di situlah, di tengah gemerlap lampu panggung dan riuh rendah penonton, saya merasa terhubung dengan semangat kemandirian dan kebanggaan akan prestasi bangsa ini.

Maka, saat Aulia dan Adam meninggalkan auditorium setelah debat itu usai, mereka membawa pulang lebih dari sekadar ingatan. Mereka membawa pulang semangat untuk berkontribusi, untuk berpartisipasi dalam perjalanan proyek pesawat tempur Garuda, dan untuk menjadi bagian dari cerita kebangkitan bangsa ini. Dan di tengah-tengah kegelapan malam yang semakin memadat, cahaya harapan tetap menyala di dalam hati mereka, mengarahkan langkah-langkah menuju masa depan yang lebih gemilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun