Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cerbung Mimpi Membangun Pesawat Tempur (Bagian 13), Rahim dan Langkah Senyap Mr. Chair

27 Januari 2024   06:00 Diperbarui: 27 Januari 2024   06:13 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Berkenalan dengan Rahim Ahli IoT

Rahim menatap ke langit biru dari jendela pesawat yang membawanya menuju Singapura, di mana ia akan menjadi salah satu pembicara dalam konferensi internasional tentang Internet of Things (IoT). Pikirannya terpaut pada presentasi yang akan ia bawakan, menggali detail-detail terakhir dalam presentasinya tentang pengembangan IoT untuk pesawat tempur. Baginya, pesawat adalah sebuah kanvas, dan IoT adalah kuas yang menggambarkan masa depan teknologi penerbangan.

Tiba di Singapura, Rahim dengan antusias menyampaikan presentasinya di hadapan para hadirin yang tertarik. Di antara mereka, ada seseorang yang mendekatinya dengan senyum ramah. Pria itu adalah seorang peneliti dari Indonesia, tertarik dengan ide-ide Rahim. Mereka berbincang tentang proyek-proyek yang sedang mereka jalani, terutama proyek pesawat tempur Garuda.

Rahim: Selamat siang, saya Rahim. Senang bertemu dengan Anda.

Aulia: Senang bertemu juga, saya Aulia, peneliti dari Indonesia. Saya sangat tertarik dengan presentasi Anda tadi.

Rahim: Terima kasih. Saya juga tertarik dengan proyek pesawat tempur Garuda yang Anda sebutkan. Bagaimana perkembangannya?

Aulia: Kami masih dalam tahap pengembangan, namun kami percaya bahwa integrasi IoT dapat menjadi langkah maju yang signifikan dalam proyek ini.

Rahim: Saya sepenuhnya setuju. IoT memiliki potensi besar dalam meningkatkan efisiensi dan kinerja pesawat tempur.

Rahim terkesan dengan semangat dan dedikasi peneliti Indonesia tersebut. Mereka sepakat untuk bekerja sama, dan Rahim berjanji untuk menyusul ke Indonesia setelah menyelesaikan beberapa urusan di Turki, tempat ia akan melakukan pekerjaan relawan di kemah pengungsian di perbatasan Turkiye dan Syria.

Terbunuhnya Rahim

Langit Istanbul yang cerah menjadi saksi bisu atas tragedi yang akan terjadi. Rahim, dikelilingi oleh suasananya yang riuh, tak menyadari bahaya yang mengintai di balik keramaian itu. Dia tenggelam dalam pikirannya, terpaku pada bayangan masa depan yang cerah untuk proyek pesawat tempur Garuda. Namun, takdir telah menulis kisah yang berbeda.

Di sudut jalan yang sepi, sekelompok orang yang tak dikenal mengamati Rahim dengan cermat. Mata-mata Israel, dipersenjatai dengan segala pengetahuan dan kelicikan mereka, mengintai setiap gerakannya. Mereka adalah bagian dari rencana yang lebih besar, sebuah konspirasi untuk menghentikan pesawat tempur Garuda sebelum proyek itu mencapai puncaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun