Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Baliho Politik: Puisi Kritik

25 Januari 2024   21:00 Diperbarui: 25 Januari 2024   21:13 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di kota di mana baliho berkibar tinggi,
Wajah-wajah politikus menghiasi angkasa,
Seolah mimpi indah, namun ironi terbuka,
Dalam bisikan angin, rahasia terkuak tajam.

Baliho, oh baliho, layarmu mencari perhatian,
Foto senyummu, slogan penuh janji,
Namun di balikmu tersimpan kekecewaan,
Politikus, apakah kau hanyalah bayangan semu?

Dalam pandemi, di tengah derita rakyat,
Baliho-baliho bertanya, ke mana arahmu?
Biaya melambung tinggi, sementara keluh kesah tumbuh,
Demi demokrasi, namun rakyat terlewat dalam rasa.

Pemandangan kota terhias baliho bertubi,
Biayanya tercatat, puluhan juta terbang,
Sementara kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur merana,
Baliho, apakah wujudmu bukan cermin keprihatinan?

Dalam estetika kota, kau merusak keindahan,
Baliho di jembatan, di pohon, di gedung,
Polusi visual tercipta, dan lingkungan terpangkas,
Politikus, adakah kau mendengar derap langkah kritis?

Hukum dan norma diabaikan dalam gebrakkanmu,
Baliho di luar kampanye, melanggar aturan,
Ketidaksetujuan menggelegar, konflik meluap,
Baliho, apakah kau tahu konsekuensi yang kau timbulkan?

Foto dan slogan, tanpa substansi dan makna,
Politikus, apakah ini semua hanya sandiwara?
Publik terbius, citra palsu terbentuk,
Baliho, apakah wujudmu benar-benar nyata?

Di zaman digital, kreativitas kau tinggalkan,
Baliho tua, di tengah dunia yang terhubung,
Media sosial tergusur, dialog sirna,
Politikus, apakah kau ketinggalan zaman?

Dalam kritik pedas, baliho politik terpapar,
Sebuah puisi menyentuh, memanggil kejujuran,
Demokrasi kita, suara rakyat yang terucap,
Politikus, baliho bukanlah satu-satunya jawaban.

Bimbinglah negara ini menuju cahaya kebenaran,
Bukan dalam bayangan baliho yang berlebihan,
Pandanglah rakyat, dengarlah jerit hati,
Demokrasi sejati, tercipta dalam tindakan nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun