Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru dan Kalender di Berbagai Negara di Dunia, Masehi Tidak Sendiri

3 Januari 2024   08:23 Diperbarui: 3 Januari 2024   08:31 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun Baru Hogmanay. Tahun baru ini diperingati setiap tanggal 31 Desember dalam kalender Gregorian, yang menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Tahun baru ini dirayakan oleh Skotlandia dan beberapa negara di Eropa, dengan cara utama yaitu menyanyikan lagu Auld Lang Syne, membakar tong kayu, dan mengunjungi tetangga sambil membawa hadiah.

Tahun Baru Suku Maya. Suku Maya adalah salah satu peradaban kuno yang memiliki kemampuan astronomi yang hebat. Mereka juga memiliki sistem kalender yang kompleks dan berbeda dari kalender modern yang kita gunakan sekarang. Suku Maya menggunakan tiga jenis kalender, yaitu:

  • Kalender Tzolkin. Kalender ini berlangsung selama 260 hari dan kemudian dimulai lagi. Kalender ini penting untuk menjadwalkan upacara keagamaan. Kalender ini terdiri dari 20 nama hari yang dipadukan dengan 13 angka, sehingga membentuk siklus 260 hari. Misalnya, hari pertama adalah 1 Imix, hari kedua adalah 2 Ik, dan seterusnya hingga 13 Ben. Kemudian siklus berlanjut dengan 1 Ix, 2 Men, dan seterusnya hingga 13 Ahau. Setelah itu, siklus kembali ke 1 Imix, dan begitu seterusnya.
  • Kalender Haab. Kalender ini berlangsung selama 365 hari tetapi tidak memperhitungkan seperempat hari tambahan yang dibutuhkan Bumi untuk berputar mengelilingi Matahari. Kalender ini memiliki 18 bulan yang masing-masing terdiri dari 20 hari, ditambah 5 hari tambahan yang disebut Wayeb. Kalender ini digunakan untuk urusan sekuler, seperti pertanian dan perang. Kalender ini terdiri dari 19 nama bulan yang dipadukan dengan 20 angka, sehingga membentuk siklus 365 hari. Misalnya, hari pertama adalah 0 Pop, hari kedua adalah 1 Pop, dan seterusnya hingga 19 Pop. Kemudian siklus berlanjut dengan 0 Uo, 1 Uo, dan seterusnya hingga 19 Uo. Setelah itu, siklus kembali ke 0 Pop, dan begitu seterusnya.
  • Kalender Hitung Panjang. Kalender ini berlangsung selama 13 Baktun atau sekitar 5.126 tahun. Kalender ini menggunakan basis perhitungan 20, sedangkan kalender modern saat ini menggunakan basis perhitungan 10. Kalender ini digunakan untuk mencatat sejarah dan peristiwa penting. Kalender ini terdiri dari lima angka yang dipisahkan oleh empat titik, yang mewakili satuan waktu yang berbeda. Misalnya, 13.0.0.0.0 menunjukkan hari pertama dalam siklus 13 Baktun, yang dimulai pada tanggal 11 Agustus 3114 SM dalam kalender Gregorian, atau 6 September dalam kalender Julian. Hari berikutnya adalah 13.0.0.0.1, dan seterusnya hingga 13.0.0.1.0, dan begitu seterusnya.

Suku Maya merayakan tahun baru berdasarkan kalender Tzolkin dan Haab. Tahun baru terjadi ketika siklus kedua kalender ini bertemu, yaitu setiap 52 Haab atau sekitar 52 tahun. Tahun baru ini disebut Putaran Kalender. Pada saat itu, suku Maya melakukan upacara untuk memperbarui api suci dan memohon perlindungan kepada dewa-dewa. Tahun baru ini juga dianggap sebagai waktu yang berbahaya, karena ada kemungkinan dunia akan berakhir jika dewa-dewa tidak puas dengan persembahan manusia34. Meskipun peradaban mereka telah runtuh sejak abad ke-9, tetapi keturunan mereka tidak menghilang begitu saja. Saat ini, keturunan suku Maya umumnya tinggal di Meksiko Selatan, Guatemala, Belize, El Salvador, dan Honduras12. Pada awal abad ke-21, dipekirakan sebanyak tujuh juta orang Maya tinggal menyebar di daerah-daerah tersebut.

Suku Maya masih mempertahankan beberapa aspek budaya, bahasa, dan agama mereka yang berasal dari leluhur mereka. Namun, mereka juga mengalami adaptasi dan perubahan akibat pengaruh dari bangsa-bangsa lain yang datang ke wilayah mereka, seperti Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat12. Suku Maya saat ini menghadapi berbagai tantangan, seperti kemiskinan, diskriminasi, dan konflik politik12. Meskipun kalender Gregorian telah menjadi kalender resmi di banyak negara yang dihuni oleh keturunan suku Maya, tetapi beberapa komunitas suku Maya masih menggunakan kalender kuno mereka hingga hari ini untuk memandu musim pertanian mereka dan untuk menentukan waktu perayaan keagamaan. Anggota budaya mereka telah menghitung hari selama lebih dari dua ribu tahun3. Sistem kalender mereka merupakan salah satu contoh kemajuan peradaban Maya yang mencerminkan pengetahuan mereka tentang astronomi, matematika, dan siklus alam.

Dasar Perbedaan Perhitungan Sistem Kalender Dunia

  • Kalender solar dan lunar adalah dua jenis kalender yang berbeda dalam menentukan tanggal dan tahun. Kalender solar menggunakan pergerakan Matahari sebagai dasar perhitungan, sedangkan kalender lunar menggunakan pergerakan Bulan. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara kalender solar dan lunar:
  • Kalender solar memiliki jumlah hari yang tetap dalam setiap tahun, yaitu 365 atau 366 hari jika tahun kabisat. Kalender lunar memiliki jumlah hari yang berubah-ubah dalam setiap tahun, biasanya antara 354 atau 355 hari.
  • Kalender solar memiliki jumlah hari yang sama dalam setiap bulan, kecuali Februari yang bisa 28 atau 29 hari. Kalender lunar memiliki jumlah hari yang berbeda dalam setiap bulan, biasanya antara 29 atau 30 hari.
  • Kalender solar memiliki hubungan yang erat dengan musim, karena didasarkan pada peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Kalender lunar tidak memiliki hubungan yang erat dengan musim, karena didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi.
  • Kalender solar memiliki nama-nama bulan yang berasal dari bahasa Latin, seperti Januari, Februari, Maret, dan seterusnya. Kalender lunar memiliki nama-nama bulan yang berasal dari berbagai bahasa dan budaya, seperti Muharram, Shafar, Rabi'ul Awwal, dan seterusnya.

Negara Dengan Sistem Kalender Campuran

Ada beberapa negara yang menggunakan kedua jenis kalender, yaitu kalender solar dan kalender lunar, dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, mereka menggunakan kalender solar untuk urusan resmi, bisnis, atau pendidikan, dan menggunakan kalender lunar untuk urusan keagamaan, budaya, atau tradisional. Berikut ini adalah beberapa contoh negara yang menggunakan kedua jenis kalender12:

Indonesia. Indonesia menggunakan kalender Gregorian, yang merupakan kalender solar, sebagai kalender resmi. Namun, Indonesia juga menggunakan kalender Hijriah, yang merupakan kalender lunar, untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Islam, seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Selain itu, Indonesia juga mengakui kalender Imlek, yang merupakan kalender lunisolar, sebagai kalender budaya bagi etnis Tionghoa, dan kalender Saka, yang merupakan kalender solar, sebagai kalender budaya bagi umat Hindu.

Jepang. Jepang menggunakan kalender Gregorian, yang merupakan kalender solar, sebagai kalender resmi. Namun, Jepang juga menggunakan kalender Jepang, yang merupakan kalender lunisolar, untuk menentukan tahun keberadaan kaisar, yang disebut neng. Misalnya, tahun 2024 dalam kalender Gregorian adalah tahun ke-6 dari era Reiwa, yang dimulai pada tahun 2019 ketika Kaisar Naruhito naik tahta. Jepang juga menggunakan kalender Imlek, yang merupakan kalender lunisolar, untuk merayakan Tahun Baru Imlek, yang disebut Shgatsu.

Israel. Israel menggunakan kalender Gregorian, yang merupakan kalender solar, sebagai kalender resmi. Namun, Israel juga menggunakan kalender Yahudi, yang merupakan kalender lunisolar, untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Yahudi, seperti Rosh Hashanah, Yom Kippur, dan Hanukkah. Kalender Yahudi juga digunakan untuk menentukan hari libur nasional, hari kerja, dan hari istirahat, yang disebut Shabbat.

India memiliki kalender resmi yang berdasarkan kalender Gregorian, tetapi juga mengakui kalender-kalender lain yang digunakan oleh berbagai agama dan budaya di negara tersebut, seperti kalender Hindu, Islam, Sikh, Buddha, Jain, Parsi, dan lain-lain. India juga memiliki hari-hari besar nasional yang berbeda dari tahun baru Masehi, seperti Hari Kemerdekaan, Hari Republik, dan Hari Gandhi. Indonesia juga memiliki kalender resmi yang berdasarkan kalender Gregorian, tetapi juga mengakui kalender-kalender lain yang digunakan oleh berbagai agama dan budaya di negara tersebut, seperti kalender Hijriah, Saka, dan Imlek. Indonesia juga memiliki hari-hari besar nasional yang berbeda dari tahun baru Masehi, seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pendidikan Nasional, dan Hari Kesaktian Pancasila.

Beragam Nama Jenis Kalender

Beberapa kalender sudah tidak digunakan lagi sebagai kalender resmi, tetapi masih dihormati sebagai warisan budaya atau keagamaan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalender yang masih dipakai atau tidak oleh bangsa terkait :

  • Kalender Gregorian. Kalender ini masih dipakai oleh hampir semua negara di dunia sebagai kalender resmi, termasuk Indonesia. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Januari hingga Desember, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 28 hingga 31 hari. Kalender ini menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Imlek. Kalender ini masih dipakai oleh beberapa negara di Asia, terutama yang memiliki populasi etnis Tionghoa, seperti Tiongkok, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari bulan pertama hingga bulan kedua belas, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 29 hingga 30 hari. Kalender ini menggunakan sistem lunisolar atau qamariyah-syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Hijriah. Kalender ini masih dipakai oleh banyak negara dengan mayoritas muslim, termasuk Indonesia, untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Islam, seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Muharram hingga Zulhijah, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 29 hingga 30 hari. Kalender ini menggunakan sistem lunar atau kamariah, yang berbasis peredaran Bulan mengelilingi Bumi.
  • Kalender Siam. Kalender ini masih dipakai oleh Thailand sebagai kalender resmi, tetapi juga mengakui kalender Gregorian sebagai kalender internasional. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Januari hingga Desember, dengan jumlah hari yang sama dengan kalender Gregorian. Kalender ini menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Persia. Kalender ini masih dipakai oleh Iran dan Afghanistan sebagai kalender resmi, tetapi juga mengakui kalender Gregorian sebagai kalender internasional. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Farvardin hingga Esfand, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 29 hingga 31 hari. Kalender ini menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Ethiopia. Kalender ini masih dipakai oleh Ethiopia dan Eritrea sebagai kalender resmi, tetapi juga mengakui kalender Gregorian sebagai kalender internasional. Kalender ini memiliki 13 bulan yang dimulai dari Meskerem hingga Pagume, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 5 hingga 30 hari. Kalender ini menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Yahudi. Kalender ini masih dipakai oleh umat Yahudi di seluruh dunia untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Yahudi, seperti Rosh Hashanah, Yom Kippur, dan Hanukkah. Kalender ini memiliki 12 atau 13 bulan yang dimulai dari Tishrei hingga Elul, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 29 hingga 30 hari. Kalender ini menggunakan sistem lunisolar atau qamariyah-syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Saka. Kalender ini masih dipakai oleh umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali, untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Hindu, seperti Nyepi, Galungan, dan Kuningan. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Kasa hingga Dasa, dengan jumlah hari yang sama dengan kalender Gregorian. Kalender ini menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Inca. Kalender ini sudah tidak dipakai lagi oleh bangsa terkait, karena peradaban Inca telah runtuh sejak abad ke-16 akibat penjajahan Spanyol. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Pacha Pucuy hingga Aymoray Quilla, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 29 hingga 31 hari. Kalender ini menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.
  • Kalender Maya. Kalender ini sudah tidak dipakai lagi oleh bangsa terkait, karena peradaban Maya telah runtuh sejak abad ke-9. Kalender ini memiliki tiga jenis kalender, yaitu Tzolkin, Haab, dan Hitung Panjang, yang masing-masing memiliki sistem perhitungan yang berbeda. Kalender ini menggunakan sistem lunisolar atau qamariyah-syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari.

Penutup

Sistem kalender yang digunakan manusia mencerminkan kompleksitas dan keanekaragaman budaya di berbagai belahan dunia. Meskipun acuan utamanya adalah matahari dan bulan, setiap negara memiliki kebebasan untuk menentukan kalender tambahan yang sesuai dengan kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan mereka. Beberapa kalender tradisional masih digunakan secara luas dalam upacara keagamaan, festival, dan peristiwa budaya. Sebagai contoh, beberapa komunitas mengikuti kalender Hijriah untuk menentukan perayaan penting dalam agama Islam. Sementara itu, beberapa suku bangsa menggunakan kalender lunar untuk merayakan tradisi khusus mereka. Oleh karena itu, sementara kalender dan tahun baru Masehi mendominasi secara global, penggunaan kalender tambahan mencerminkan keragaman dan keunikan setiap komunitas di dunia. .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun