Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Nama: Aulia Aryani
NIM: 43221010119
Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
Kampus: Universitas Mercu Buana
Socrates Lahir di Athena (sekitar 470 SM--399 SM) adalah salah seorang filsuf dari Yunani. Ia merupakan salah satu pemikir antroposentrisme yang hidup pada masa Yunani Klasik.Sebagai salah satu pendiri filsafat Barat. Ia tidak membuat sekolah atau karya seperti yang dilakukan murid-muridnya, tetapi Ia mengajukan pertanyaan yang menggugah pikiran. Pertanyaan-pertanyaan ini disebut metode dialektia.Â
Dengan konsep negara kotanya, Socrates sering mencari penjelasan untuk pemikiran politik sampai dia menjawab pertanyaan etis seperti keadilan alam. Socrates serius dan intensif untuk menjadikan manusia salah satu subjek utama pikirannya. Oleh karena itu, ia sering dianggap sebagai orang yang berhasil membawa filsafat dari surga ke bumi. Sebelumnya, manusia lebih bersemangat mengajukan pertanyaan metafisik di luar diri mereka sendiri.
Pemikiran filosofis Socrates memiliki tujuan dalam mengenalkan manusia dengan memahami alam semesta melalui teori.Perhatian utama pemikiran filosofis Socrates adalah hakikat kehidupan manusia. Dia mengubah perhatian filsafat dari filsafat alam ke filsafat manusia. Pendekatan yang digunakan adalah rasionalisme. Ia mengeksplorasi semua bidang pemikiran selama alasan dapat diterapkan pada studinya. Socrates memulai setiap pemikiran filosofis dengan rasa ingin tahu. Itu membuat rasa ingin tahu ini menjadi awal dari kebijaksanaan.
Dalam hal ini, Socrates menarik perhatian pada masalah-masalah praktis dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, Socrates lebih memperhatikan etika. Menurut Socrates, tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah membuat jiwa seseorang menjadi sebaik mungkin. Ingat, ketika kita berbuat baik, itu berarti kita berbuat baik untuk diri kita sendiri. Dan ketika kita melakukan kejahatan, kerugian kejahatan ada pada diri kita sendiri.
Kita sebagai manusia tentu tidak ingin melakukan kesalahan, bukan? Namun, Apakah ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya? Manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Walaupun ada manusia yang baik. Namun, ini tidak boleh digunakan sebagai pembenaran untuk selalu hidup dalam kesalahan.
Socrates mengatakan  tidak satupun dari mereka memiliki niat atau upaya untuk menyakiti dirinya sendiri, namun ketika berbuat kesalahan hal ini merupakan tindakan yang merugikan orang itu sendiri. Jika dicermati, kesalahan ini sebagai dasar dari ketidaktahuan, yang mana tidak mungkin orang melakukan kesalahan karena instingnya sendiri yang menolak. Faktanya, tidak ada orang yang mengorbankan dirinya dengan sengaja untuk melakukan kesalahan, dan orang yang melakukan kesalahan menyadari bahwa perilakunya salah.Mereka secara sadar mengetahui perbuatan-perbuatan yang sangat nyata yang dapat merugikan diri sendiri.maka manusia dapat melakukan kesalahan yang menyebabkan kerugian dengan alasan atas tujuan kesalahan yang mereka perbuat dalam mencari kebaikan,yaitu untuk menguntungkan diri sendiri.
Ketika kesalahan dibiarkan, itu menjadi kebiasaan. Manusia tidak lagi melihat itu sebagai kesalahan. Seorang pemikir Jerman yakni Hannah Arendt menyebut ini sebagai banalitas kejahatan(Banalitt des Bsen). Ketika sebuah kebiasaan telah menyebar, itu menjadi apa yang disebut oleh pemikir Inggris Anthony Giddens yakni sebagai bagian dari kesadaran praktis  (practical consciousness) masyarakat itu. Jadi ketika kesalahan dibiarkan, orang terbiasa dengan kesalahan satu demi satu dan manusia akan nyaman dengan kesalahan demi kesalahan, bahkan tidak menyadarinya. Hal ini adalah sebuah kesalahan yang menjadi tradisi, lebih parahnya kesalahan yang diproduksi menjadi legal atau aturan undang-undang.