Jompo merupakan istilah yang sering digunakan sebagai sebutan bagi orang yang sudah tua atau lansia. Menurut KBBI, jompo memiliki arti tua sekali dan sudah lemah fisiknya. Orang jompo biasanya memiliki fisik yang lemah dan cepat lelah walaupun hanya melakukan sedikit aktivitas, seperti yang sering dialami para lansia karena usianya yang sudah renta.
Namun, belakangan ini istilah jompo ramai digunakan oleh kalangan remaja yang menjuluki diri mereka sebagai "remaja jompo". Fenomena ini muncul sebagai lelucon di kalangan remaja karena banyak remaja merasakan kondisi yang serupa dimana tubuh cepat lelah, letih, pegal-pegal, bahkan nyeri pada beberapa bagian tubuh setelah melakukan aktivitas sehari-hari layaknya orang jompo.
Seolah menjadi tren, banyak para remaja di TikTok yang membuat konten candaan berisikan curahan hati tentang kondisi fisiknya dengan hashtag #remajajompo. Misalnya, video unggahan akun TikTok @hii_bymax yang menunjukkan starter pack remaja jompo seperti minyak kayu putih, minyak angin, krim oles, koyo, dan lain-lain lengkap dengan keterangan "Persatuan Remaja Jompo Indonesia" di dalam videonya.Â
Ada pula konten yang baru-baru ini diunggah akun TikTok @ilfyox, di dalam video tersebut ia mengeluhkan kondisi fisiknya yang sekarang dirasa lebih cepat lelah dibandingkan dahulu disertai caption "remaja jompo qq". Komentar para netizen pun beragam, banyak netizen usia remaja yang terhibur dan mengaku relate dengan kondisi yang dialami remaja jompo lainnya.
Walaupun hanya sebagai candaan, fenomena remaja jompo di kalangan muda ini perlu ditindaklanjuti. Bisa jadi kondisi yang dirasakan para remaja jompo merupakan gejala anemia.
Memangnya, apa yang dimaksud dengan anemia?
Anemia atau kurang darah adalah keadaan yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin di dalam tubuh. Hemoglobin merupakan salah satu komponen dalam sel darah merah/ eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengedarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk menjalankan fungsinya. Jika kadar hemoglobin kurang, oksigen yang beredar di seluruh tubuh juga kurang sehingga daya tahan tubuh, kebugaran, ketangkasan, produktivitas, dan prestasi belajar dapat menurun.
Anemia dapat disebabkan oleh defisiensi zat gizi (zat besi, asam folat, dan vitamin B12), infeksi penyakit kronis, pendarahan, maupun hemolitik. Di Indonesia, umumnya anemia disebabkan oleh kurangnya konsumsi protein hewani sehingga terjadi defisiensi zat besi, dimana zat besi berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/ eritrosit.
Menurut data Riskesdas (2018), prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia sangat tinggi yaitu 48,9% dengan proporsi anemia pada kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Remaja putri lebih berisiko terkena anemia dibandingkan remaja putra karena setiap bulannya kehilangan darah melalui menstruasi. Selain itu, remaja putri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat untuk meningkatkan pertumbuhannya. Apalagi jika remaja putri melakukan diet keliru yang bertujuan untuk menurunkan berat badan, misalnya dengan mengurangi asupan protein hewani yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin darah, maka kemungkinan terjadinya anemia semakin tinggi.