Mohon tunggu...
Aulia Arafah
Aulia Arafah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

writing for enjoyment

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Memilih Metode Belajar yang Tepat

23 Oktober 2019   10:23 Diperbarui: 23 Oktober 2019   10:35 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Dan guru merupakan kunci dari pendidikan, disini guru berperan besar atas peningkatan pengetahuan peserta didiknya. Tentunya dalam pendidikan ada kegiatan belajar mengajar, dan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar tergantung dengan guru dan peserta didiknya. Guru diminta untuk bisa menciptakan suasana belajar yang nyaman, agar peserta didiknya dapat menerima pembelajaran dengan baik. Seorang pendidik haruslah bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan, dan menggunakan konsep belajar yang tepat dengan metode yang tepat juga.

Metode belajar yang digunakan nantinya akan sangat berpengaruh dalam perkembangan belajar peserta didik. Dalam proses belajar mengajar tidak hanya guru saja yang diminta untuk aktif dalam menyampaikan teori-teori, tetapi peserta didik juga di harapkan mampu mengikuti dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti adanya kurikulum 2013, yang meminta peran peserta didik lebih aktif daripada pendidik sendiri. Metode yang seperti ini mengharapkan kepada peserta didik untuk bisa lebih aktif dalam kegiatan belajar dan mampu memahami teori dengan baik.

Tapi kenyataan dalam penerapan kurikulum 2013 ini masih menuai kontra, banyak sekali peserta didik yang justru kesulitan dengan metode belajar tersebut. Permasalahan seperti itulah yang harusnya bisa diselesaikan, dan tidak terjadi lagi dalam pendidikan di Indonesia. Tidak hanya pemerintah saja tetapi guru juga memiliki peran penting dalam masalah seperti ini. Pemilihan metode belajar memanglah harus tepat, karena akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar nantinya.

Belajar sendiri merupakan suatu hal terpenting dalam hidup. Tanpa belajar, manusia tidak tahu akan ilmu pengetahuan. Belajar sendiri merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar (Suryabrata,2002). Oleh karena itu, belajar merupakan sesuatu yang penting demi terbentuknya peserta didik yang memiliki pengetahuan dan karakter yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas belajar sangat banyak sekali, karena sesungguhnya belajar tidak harus selalu berada di suatu agen pendidikan, seperti sekolah, bimbingan belajar dll. Kita juga bisa belajar dari keadaan lingkungan, masalah sekitar kita, seperti di keluarga, teman, atau masyarakat.

Karena luasnya pengartian belajar, maka beberapa ahli memberikan definisi belajar dengan arti yang berbeda-beda  seperti yang ditulis (Khodijah, 2014:47-50), diantaranya yang pertama menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) yang menyatakan "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)". Kedua menurut Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) yang mengemukakan "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atuau pengalaman". Sedangkan menurut Witherington, dalam buku Educational Psychology menyatakan "Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian".

Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli dengan artian yang berbeda-beda diatas, dapat disimpulkan bahwa arti belajar sangatlah luas. Akan tetapi jika diperhatikan lebih cermat, maka ditemukan beberapa kesamaan, dan dapat disimpulkan bahwa yang pertama, belajar yakni suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku seseorang, artinya seseorang yang mengikuti suatu proses belajar, tingkah dan perilakunya akan berbeda dengan orang yang tidak mengikuti proses belajar. 

eorang yang belajar maka tingkah lakunya lebih santun, karena dalam proses belajar mengajar seorang pendidik atau guru akan mengajarkan kepada anak didiknya bagaimana cara bertingkah laku yang baik, sopan, dan santun. Berbeda dengan yang tidak pernah mengikuti proses belajar, dapat dipastikan bahwa tingkah lakunya tidak sopan dan sesantun dengan peserta didik yang mengikuti proses belajar. Contohnya seperti anak yang bersekolah, dengan anak-anak jalanan. Jelas keduanya akan bertingkah laku yang berbeda.

Yang kedua disimpulkan bahwa belajar yakni proses dimana peserta didik akan dilatih keterampilan dan kemampuannya, artinya yaitu seorang peserta didik dalam proses belajar akan dilatih kemampuan yang dimilikinya, tidak hanya mengembangkan bakat yang dimilikinya tetapi juga membentuk kemampuan baru dan menggali potensi yang ada. Dalam proses belajar, seorang peserta didik akan mengalami peningkatan pengetahuan dalam setiap masanya. Contoh dalam kehidupan sekitar kita seperti orang berpendidik akan bekerja lebih baik daripada orang yang tidak berpendidik, itu membuktikan bahwa pendidikan atau proses belajar memang sangatlah berpengaruh besar dalam kehidupan seseorang.

Dalam psikologi pendidikan sendiri ada beberapa teori yang muncul tentang belajar. Karena dengan adanya perkembangan psikologi dalam pendidikan, muncul berbagai teori tentang belajar, diantaranya ada tiga teori yaitu teori belajar psikologi behavioristik, kognitif, dan humanistis. Teori belajar psikologi behavioristik sendiri dikemukakan oleh para psikologi behavioristik. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.

Dengan demikian dalam teori ini dijelaskan bahwa tingkah laku peserta didik dalam belajar ada hubungannya dengan latar belakangnya. Teori ini dikemukakan oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Sedangkan teori belajar psikologi kognitif dijelaskan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol dengan hadiah atau penguatan saja. Mereka para ahli kognitif menjelaskan bahwa tingkah laku manusia berdasar pada wawasan yang dimilikinya. Teori ini muncul dan berkembang ketikaadanya teori belajar "Gestalt", adapun beberapa ahli yang meneliti teori ini adalah Mex Wertheimer (1880-1983), Kurt Koffka (1886-1941), Kohler (1887-1959). Dan teori belajar psikologi yang terakhir yaitu humanistis, yakni proses belajar yang diyakini ada hubungannya dengan pengalaman yang didapat. Penyajian materi dalam teori ini haruslah dengan perasaan dan perhatian pada peserta didik. Adapun ahli psikologi yang mempelopori teori ini yaitu Combs, Maslov, dan Rogers.

Begitu banyak teori-teori tentang belajar yang dipaparkan oleh beberapa ahli dan mengandung pengertian yang berbeda-beda, tetapi tetap dengan makna yang sama, yakni merubah. Karena dalam proses belajar, tentunya aka nada perubahan, baik dari segi pemikiran, pengetahuan, tingkah laku, ataupun keterampilan. Walaupun nantinya setiap individu akan berbeda hasil perubahannya, tetapi tetap akan terjadi perubahan yang nyata. Misalnya saja dalam suatu kelas, tidak selalu semua peserta didik yang ada akan sama tingkatan kemampuannya, tentu akan berbeda-beda. Tetapi dengan adanya proses belajar peserta didik tersebut tetap akan mengalami peribahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

Dalam proses belajar, tentunya akan ada metode belajar yang diterapkan oleh pendidik. Dan setiap pendidik, tentu mempunyai metode-metode yang berbeda-beda untuk membangun situasi kelas atau proses belajar yang bisa membuat nyaman para peserta didiknya. Pendidik juga harus memperhatikan dalam pemilihan metode yang akan diterapkan. Seorang pendidik harus mengetahui dulu bagaimana latar belakang peserta didiknya agar bisa menerapkan metode yang pas sesuai porsinya. Hal ini bertujuan agar peserta didik juga bisa ikut nyaman dengan proses belajar yang ada dan bisa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Adapun bentuk atau metode belajar pada umumnya yaitu ada belajar abstrak, dimana dalam metode ini peserta didik diminta untuk menggambarkan dalam pikirannya secara abstrak. Tujuan dari metode ini yaitu agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang tidak nyata. Contohnya seperti, belajar astronomi, tentunya kita tidak tahu betul bagaiman wujud dari luar angkasa, bintang-bontang, dsb. Kedua ada belajar keterampilan, yakni pembelajaran dengan menggunakan gerakan motorik, biasa kita jumpai pada pembelajaran olahraga.

Ketiga ada belajar sosial, dasar dari metode ini yakni agar peserta didik dapat memahami masalah-masalah dan dapat memecahkan masalah tersebut, seperti dalam pembelajaran PPKN, peserta didik diminta untuk memahami masalah perbedaan antara ras, suku, budaya, adat dalam setiap daerah di Indonesia, dan diharap dapat memecahkan masalah tersebut. Kemudian ada belajar pengetahuan, dimana peserta didik akan belajar dengan melakukan penyelidikan dan pendalaman terhadap suatu objek. Contohnya dalam pembelajaran sains, dimana peserta didik akan dihadapkan pada penelitian menggunakan alat-alat laboratorium, tujuannya agar peserta didik dapat menyelesaikan atau memahami suatu pengetahuan dengan cara khusus.

Tidak hanya metode pendidik yang digunakan untuk bisa menciptkan suasana pembelajaran dengan nyaman dan sesuai harapan, peserta didik juga ikut berperan didalamnya. Peserta didik juga harus menempuh beberapa tahapan dalam belajar. Sesuai dengan apa yang dikatakan Albert Bandura (dalam Syah,2005) yaitu suatu proses perubahan atau aktivitas belajar mengandung tahapan-tahapan yang satu dengan yang lainnya berkaitan. Adapun tahapan yang dimaksud yakni ada empat tahapan, tahap perhatian (attentional phase), tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), tahap reproduksi (reproduction phase), tahap motivasi (motivation phase).

Pada tahap perhatian, peserta didik harus memfokuskan perhatiannya dalam teori yang disampaikan oleh pendidik. Jika peserta didik gagal dalam memberikan perhatianya maka teori yang disampaikan akan gagal. Oleh karena itu, seorang guru harus memberikan suatu metode yang menarik agar peserta didiknya dapat terfokus dan memperhatikan dengan baik. Pada tahap penyimpanan ingatan, peserta didik yang berperan besar pada tahap ini. Materi yang disampaikan oleh guru harus di ingat dan dipahamkan dengan baik, sehingga akan tertanam dalam ingatan. Tetapi pada masing-masing peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengingat, sehingga peserta didik harus mempunyai cara-cara tertentu untuk bisa mudah mengingat materi yang dismapaikan oleh guru.

Disini peran guru juga bisa di salurkan, seperti adanya evaluasi materi yang disampaikan. Sedangkan pada tahap reproduksi, dimaksudkan bahwa seorang peserta didik akan jauh lebih mudah mengingat suatu materi dengan adanya pengucapan simbolis. Sehingga guru bisa membuat isyarat pada suatu materi yang disampaikan agar peserta didk jauh lebih mudah dalam memahami dan mengingatnya. Dan tahap motivasi yakni tahap dimana akhir dari semua tahap. Agar peserta didik bersemangat dalam proses belajar, guru juga harus memberikan apresiasi atau reward pada peserta didik yang mampu menjalankan kegiatan belajar dengan baik, seperti pemberian pujian, hadiah, atau apresiasi nilai yang baik. Dan sebaliknya sikap yang diberikan oleh guru pada peserta didik yang kurang berprestasi mungkin bisa dengan memberikan pengertian atau nasehat, dan jika perlu seorang guru bisa memberikan suatu hukuman yang edukatif terhadap peserat didik. Hal ini bisa mendorong peserta didik agar lebih aktif dalam suatu proses pembelajaran.

Pada intinya, belajar adalah kegiatan atau proses dalam meningkatkan pola pikir dan memperbaiki perilaku manusia. Hakikatnya belajar tidak ada batasan umur. Semua manusia berhak dalam mengikuti proses belajar. Dan tidak hanya dalam lingkup sekolah saja, belajar juga bisa dilakukan dengan pengalaman yang ada.

Proses belajar sendiri di dalamnya terdapat hubungan guru dengan peserta didik yang harus dibangun dengan kekompakkan, agar prsoses belajar yang ada dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Seorang guru harus memiliki metode yang baik dan tepat dalam penggunaan pengajaran pada peserta didik, dan peserta didik harus melewati tahapan belajar dengan baik, yaitu bisa fokus dalam proses belajar dan mengingat materi yang sudah disampaikan, agar proses belajar yang dilakukan berhasil dengan baik.

Daftar Pustaka

Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Nidawati. (2013). Belajar dalam Perspektif Psikologi dan Agama. Jurnal Pionir. Volume 1 Nomor 1. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Pionir/article/view/153.

Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun