Mohon tunggu...
Aulia Putri Antika
Aulia Putri Antika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Sultan Agung

Saya Aulia Putri Antika, mahasiswi aktif Universitas Islam Sultan Agung Semarang dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Solusi Nilai Kemanusiaan, Sikapi Kasus Bullying di Tingkat Pendidikan

16 Oktober 2023   14:52 Diperbarui: 9 Desember 2023   08:02 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (disingkat KemenPPPA), perundungan atau bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai "penindasan/risak") merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus. Bullying dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu perundungan fisik, perundungan non fisik, perundungan verbal, perundungan non verbal langsung, perundungan non verbal tidak langsung, cyber bullying, dan pelecehan seksual.

Sejak Januari-Juli 2023, FSGI mencatat terdapat 16 kasus perundungan di Indonesia. Namun, berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) terkini, kasus perundungan atau bullying di satuan pendidikan mencapai 23 kasus hingga September 2023. Jumlah kasus perundungan paling banyak terjadi di jenjang SMP, yakni sebesar 50%, disusul SD sebanyak 23%, SMA mencapai 13,5% dan SMK 13,5%.

Bullying di tingkat pendidikan selalu menjadi sorotan dan kian memprihatinkan. Baru-baru ini telah terjadi aksi perundungan terhadap siswa SMP Negeri, FF (14), di Kecamatan Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. Korban dianiaya teman sekolah dari dipukul, diinjak, sampai diseret oleh pelaku meskipun alasannya sepele. Pelaku berinisial MK diketahui menjadi ketua dari geng bernama Barisan Siswa (Basis). MK tidak terima lantaran korban, FF (14), mengaku sebagai anggota kelompok Barisan Siswa.

Pada Agustus 2023, pelajar di jenjang SMP pun mendapatkan perlakuan yang sama. Siswi SMP berinisial S, di Kecamatan Gondang, Sragen, Jawa Tengah, mengalami perundungan dengan cara ditendang dan dipukul oleh siswi lain. Wakil Kepala Sekolah tempat korban belajar, Teguh Hartadi, mengonfirmasi bahwa korban merupakan muridnya dan saat ini duduk di bangku kelas 9. Sementara itu, pelaku diketahui sudah tak bersekolah lagi di SMP yang sama sejak kelas 8 semester satu.

Belakangan ini aksi bullying di jenjang SD pun viral di media sosial. Seorang siswi Sekolah Dasar di Kecamatan Menganti, Gresik, Jawa Timur, matanya ditusuk menggunakan tusuk bakso hingga buta oleh kakak kelasnya.

Dari pernyataan di atas, terlihat potret buram pendidikan di Indonesia. Nilai-nilai pancasila yang diajarkan guru di kelas luntur seketika. Aksi semacam itu tentu melanggar nilai Pancasila sila kedua yang berbunyi "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Menurut Kaelan (2014), nilai kemanusiaan yang adil memiliki makna bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang berbudaya, beradab, dan harus berkodrat adil. Sedangkan nilai kemanusiaan yang beradab berarti makhluk yang berbudaya, bermoral, dan beragama.

Nilai kemanusiaan berarti mengakui adanya harkat, martabat, dan keberadaan manusia sebagai makhluk paling mulia yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai bangsa Indonesia yang berideologi Pancasila, kita seharusnya mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dengan terbiasa berlaku adil terhadap sesama, bersikap tenggang rasa, dan tidak semena-mena terhadap orang lain.

Adanya pelanggaran terhadap nilai kemanusiaan menunjukkan bahwa masih ada pelajar yang tidak paham salah satu fungsi dasar negara Indonesia (Pancasila). Dalam praktiknya, Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa. Akan tetapi, para pelaku seolah buta dengan penjelasan guru. Bullying di jenjang sekolah merupakan cerminan pelajar yang tidak menghargai hak dan martabat manusia sebagai makhluk hidup. Salah satu dampaknya yaitu merosotnya kualitas pendidikan di Indonesia.

Bukan hanya di tingkat pendidikan bullying terjadi, melainkan juga kehidupan figur publik yang mengalami body shaming sebagai bentuk perundungan verbal.

Dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 11, bahkan Allah SWT berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ 

وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim."

Berdasarkan ayat tersebut, muncul pertanyaan di benak kita. Dari awal seruan Allah SWT sudah jelas “Wahai orang-orang yang beriman...”, lantas di manakah letak keimanan kita?

Seharusnya kita tidak menghina orang lain seburuk apa pun mereka karena kita dan mereka sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Mem-bully sesama manusia sama saja menghina ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sering kali kita tidak berpikir sampai sana karena rasa iri dan dengki terlanjur menjerumus ke dalam diri kita.

Pada dasarnya seluruh dunia dan isinya adalah ciptaan-Nya. Atas kuasa-Nya seluruh alam dan seisinya ada di Bumi. Mereka itulah orang-orang zalim atas perbuatan tercela akibat mengolok-olok kaum lain. Oleh karena itu, mari tingkatkan keimanan kita kepada Allah SWT dengan memperbaiki hubungan dengan-Nya, dengan sesama (makhluk ciptaan-Nya), dan tidak lupa hubungan dengan alam. Tanamkan dalam diri kita bahwa semua orang itu bersaudara. Sebagaimana firman Allah SWT :

 إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati." [Q. S. Al-Hujurat {49} : 10]

Tunggu apa lagi, mulailah dari diri sendiri untuk orang lain. Hentikan aksi bullying baik di kehidupan bermasyarakat, sosial, ekonomi, maupun di tingkat pendidikan.

Penulis Pertama : Aulia Putri Antika

Fakultas/Prodi : FKIP/PBSI

Penulis Kedua : Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun