Mohon tunggu...
Aulia Aning Tiaa
Aulia Aning Tiaa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Administrasi Publik UNY

Mahasiswa Kunang-Kunang (Kuliah Nangis-Kuliah Nangis)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengukuhan 8 Guru Besar Baru Universitas Negeri Yogyakarta

2 Januari 2023   07:25 Diperbarui: 2 Januari 2023   23:07 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 31 Desember 2022, UNY mengukuhkan delapan dosen dari tiga fakultas menjadi guru besar. Pengukuhan dilakukan di Auditorium UNY. Kedelapan guru besar yang dikukuhkan adalah:

  • Prof. Sujarwo sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Pemberdayaan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
  • Prof. Mami Hajaroh sebagai Guru Besar dalam Bidang Penelitian dan Evaluasi Kebijakan Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
  • Prof. Serafin Wisni Septiarti sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Nonformal pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
  • Prof. Kus Eddy Sartono sebagai Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
  • Prof. Wuri Wuryandani sebagai Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
  • Prof. I Ketut Sunarya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengkajian Kriya Tradisional pada Fakultas Bahasa dan Seni.
  • Prof. Antuni Wiyarsi sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
  • Prof. Sri Harti Widyastuti sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kajian Sastra dan Budaya Jawa pada Fakultas Bahasa dan Seni.

Rektor UNY, Prof. Sumaryanto mengatakan pengukuhan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan bagi para dosen yang telah berjuang untuk mendapatkan jabatan tertinggi. Menurutnya, pengukuhan adalah wadah akademis untuk mengemukakan ide, gagasan, dan informasi tentang bidang keilmuan yang ditekuni.

Dikutip dari laman UNY. Pada saat pengukuhan dilakukan, kedelapan guru besar memaparkan pidatonya masing-masing sesuai bidang keahliannya. Prof. Sujarwo yang melakukan pidato pertama mengatakan setiap anggota masyarakat memiliki potensi yang terbaik dalam dirinya dan siap untuk diberdayakan secara individu maupun kelompok. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan penyadaran, pemberian daya, pengelolaan daya dan optimalisasi daya. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu untuk memberikan kemudahan dan percepatan pelaksanaan program, yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi atau digitalisasi kegiatan dalam persiapan, pelaksanaan, evaluasi, publikasi sampai pada program tindak lanjut.

Disusul pidato kedua oleh Prof. Mami Hajaroh yang memaparkan Research, Development, dan Diffusion merupakan pendekatan penelitian yang berkelanjutan dari penelitian dasar, penelitian pengembangan dan penelitian difusi. Hal tersebut merupakan serangkaian tahapan penelitian untuk mengoptimalkan manfaat penelitian dengan diseminasi-difusi. Telah banyaknya kajian penelitian difusi yang digunakan, maka penelitian secara berkelanjutan dengan tahap Research, Development, dan Diffusion penting untuk dilakukan, sehingga bisa memastikan bahwa hasil riset telah memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pidato ketiga dilakukan oleh Prof. Serafin Wisni Septiarti yang mengatakan aksesibilitas pendidikan berkualitas bagi semua menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan keterlibatan anak-anak marginal berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sampai saat ini menjadi prioritas pembangunan. Pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan formal dan pendidikan nonformal mensyaratkan peran pendidik untuk berperspektif multikultural, memberi kesempatan yang sama bagi peserta didik supaya bisa berkembang sesuai dengan potensi, memberikan fasilitas belajar dengan berbagai perbedaan, minat, gaya belajar peserta didik.

Prof. Kus Eddy Sartono melakukan pidato keempat menjelaskan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik, sehingga memiliki pengetahuan politik serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat, negara dan bangsa. Pendidikan Multikultural diperlukan dalam Pendidikan Kewarganegaraan karena Pendidikan Multikultural dinilai strategis karena mengelola berbagai kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial.

Pidato kelima oleh Prof. Wuri Wuryandani menyebutkan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang tidak hanya pada pencapaian hasil belajar secara kognitif, namun juga sikap dan keterampilan. Upaya mengembangkan pembelajaran PKn dapat dilakukan guru dengan mendesain pembelajaran sebaik mungkin, kreatif, dan inovatif. Berbagai penelitian membuktikan bahwa melalui model pembelajaran yang inovatif dapat memberikan dampak pada penguatan karakter peserta didik.

Prof. I Ketut Sunarya pada pidatonya mengatakan bahwa memelihara dan melindungi kriya adiluhung merupakan kewajiban. Namun, membongkar dan menciptakan karya baru sebagai unggulan menjadi tugas generasi selanjutnya. Menciptakan karya baru tidak harus menghapus yang lama, karena karya lama digunakan sebagai pondasi untuk membangun karya baru sehingga diperlukannya langkah berkelanjutan dalam berkreativitas.

Prof. Antuni Wiyarsi dalam pidato guru besarnya memaparkan Socioscientific issues (SSI) dan kompetensi kejuruan menjadi salah satu masalah riil yang dapat digunakan untuk mendorong relevansi pendidikan kimia. Penerapan pembelajaran berbasis konteks terintegrasi SSI atau kompetensi kejuruan dapat mendorong kebiasaan berpikir ilmiah, kritis dan peduli terhadap masalah sosial-sains sehingga berdampak pada peningkatan transferable skills siswa. Selain itu, dengan mengembangkannya akan meningkatkan kemampuan guru yang akan berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran kimia.

Pidato terakhir pada pengukuhan guru besar dilakukan oleh Prof. Sri Harti Widyastuti mengatakan adanya transformasi eksplisit pada kata dan kalimat serta transformasi makna yang implisit dalam karya sastra wulang dan primbon dapat dibedakan. Pada Serat Kidungan Purwajati transformasi terlihat melalui untaian kata dan kalimat, dimana konsep Islam diadaptasi secara utuh dalam teks Jawa dengan pemaknaan yang dikreasikan dengan kebudayaan setempat yaitu kebudayaan Jawa.

Referensi

https://www.uny.ac.id/id/berita/uny-tambah-guru-besar-baru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun