Mohon tunggu...
Aulia Angel Brillian
Aulia Angel Brillian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Sains

angelauliab@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Slow Learner: Bimbing dan Yakinkan

1 Januari 2025   21:28 Diperbarui: 2 Januari 2025   07:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak slow learner (sumber: https://shorturl.asia/u2UrK)

Setiap anak memiliki keistimewaan tersendiri karena pada dasarnya setiap anak tentu berbeda. Anak yang memiliki kemampuan kognitif dibawah rata-rata normal tidak dapat disebut sebagai penyandang disabilitas atau kelainan cacat, melainkan disebut dengan slow learner atau lamban belajar. Anak slow learner dapat dikategorikan borderline intelligence dengan skor IQ (70-89) dalam skor tes Wechsler Intelligence Scale for Children. Anak slow learner merupakan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal, satu level diatas tunagrahita, tetapi tidak dianggap mengalami keterbelakangan mental. Rendahnya potensi intelektual slow learner ini menyebabkan gangguan konsentrasi, daya ingat buruk, masalah kognitif, dan sosial emosional. Beberapa penelitian menyatakan metode Contextual Teaching and Learning cukup membantu pembelajaran anak slow learner, tetapi guru perlu memperhatikan aspek-aspek lain yang lebih penting untuk menunjang proses pembelajaran anak slow learner itu sendiri.

Karakteristik anak slow learner:

1) Anak membutuhkan waktu lebih lama dan berulang dalam menguasai materi pembelajaran

2) Memiliki daya ingat yang rendah dalam pembelajaran

3) Anak perlu deskripsi menggunakan berbagai cara dan media yang menarik untuk memahami materi pembelajaran

4) Prestasi akademik selalu rendah

5) Sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dibandingkan teman seuisanya

6) Lebih senang bergaul dengan anak yang berusia dibawahnya

7) Anak slow learner biasanya menunjukkan emosi yang kurang terkendali

Anak slow learner mengalami permasalahan kognitif yang mempengaruhi kemampuan konsentrasi dan menyebabkan kesulitan dalam mengkoordinasikan kemampuan berpikir, penalaran, dan pemahaman. Secara akademik, anak slow learner lambat dalam menyerap pelajaran terutama pada kemampuan bahasa, angka, dan konsep karena keterbatasan kognitif.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk menunjang pembelajaran anak slow learner:

  • Pengembangan daya kognisi anak

Guru dapat memulai langkah dengan mengidentifikasi gaya belajar anak apakah visual, auditori, atau kinestetik. Setelah itu, guru mempelajari pengalaman belajar anak untuk mengetahui apa saja kendala yang menyebabkan anak lamban belajar

  • Pengembangan afektif anak

Anak slow learner biasanya memiliki emosi yang kurang terkontrol. Guru dapat mendampingi dan mengarahkan minat belajar anak dalam belajar, menanamkan nilai-nilai positif pada anak dalam bertingkah laku, mengajarkan pengelolaan emosi yang tepat. Sebagai contoh, guru dapat memberikan pelatihan empati, refleksi, dan mindfulness kepada anak:

- Pelatihan empati dapat memberikan stimulasi pertanyaan kepada anak "bagaimana perasaanmu jika temanmu sedang sakit?" atau mengajarkan anak untuk mengenali dan menyebutkan berbagai macam emosi melalui kartu emosi bergambar.

- Pelatihan refleksi dapat mengajak anak untuk membuat jurnal emosi, anak diminta untuk mencatat pengalaman harian dan menggambarkan ekspresi emosinya dibuku kecil.

- Pelatihan mindfulness sederhana dapat melalui mindful eating, berikan makanan biskuit kemudian ajari makan perlahan untuk merasakan tekstur, rasa, dan aroma. Tanyakan "apa rasanya?" "bagaimana teksturnya di mulutmu?"

  • Pengembangan fisik anak

Berikan pemahaman pada anak dalam menjaga kebersihan serta edukasi makanan bergizi dan bernutrisi yang dapat berkontribusi pada kemampuan otak anak.

  • Pengembangan intuisi anak

Pemberian stimulus dapat dilakukan seperti mengajarkan problem solving (keterampilan memecahkan masalah) anak, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian permainan edukatif, seperti permainan puzzle terbukti melatih anak berpikir intuitif.

  • Pengembangan ranah sosial anak

Anak slow learner cenderung menjauhkan diri dari interaksi soial. Guru dapat mengajarkan dengan langkah awal sederhana dengan mengajak pembelajaran secara langsung, keterampilan menyapa, berbicara dengan sopan dan santun, mendengarkan.

  • Guru dapat memberikan evaluasi dan pujian disetiap anak mampu menyelesaikan setiap tahap pengembangannya.

- Hargai setiap usaha yang dilakukan oleh anak meskipun hasilnya belum sempurna

- Fokus pada proses yang dilakukan anak bukan pada hasilnya

- Yakinkan anak dengan memberikan pujian "kamu hebat bisa menyelesaikan apa yang kamu kerjakan!"

KESIMPULAN

Lamban belajar merupakan suatu problem dalam pembelajaran yang dapat diamati melalui gejala yang tampak pada peserta didik. Anak-anak normal memungkinkan dapat mengalami kelambanan belajar. Akan tetapi, karakteristik lamban belajar yang dialami anak normal tidak sesulit yang dialami anak-anak tuna grahita umumnya. Problematika ini menjadi masalah tersendiri bagi pencapaian kualitas pembelajaran serta menjadi amanah guru memecahkannya. Langkah-langkah diatas merupakan upaya untuk menstimulasi aspek kognitif, afektif, fisik, dan intuisi sehingga dapat menunjang proses pembelajaran anak slow learner secara komprehensif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun