Oleh Listyo Yudha Irawan, Siti Nur Farihah, Widodo Eko Prasetyo, Aulia Amatullah, Zunan Faruq Ardiansyah, Azril Chairil dan Febrian Eka Ardhiansyah.
Minggu 28 Juli 2024 bertempat di posko pengamatan lapangan Gunungapi Semeru di Desa Supiturang, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Malang yang diketuai oleh Listyo Yudha Irawan melakukan kegiatan PGIS (Participatory-GIS) untuk identifikasi ancaman bencana di lereng selatan dan tenggara. Kegiatan ini melibatkan Satgas lapangan Semeru yang dipimpin oleh Bapak Sugiono (Purn. TNI), beberapa orang relawan lapangan, warga sekitar serta pekerja di daerah tambang Curah Kobokan.
Erupsi dan aliran lahar hujan Gunungapi Semeru diketahui telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta kerugian harta benda bagi penduduk dan orang-orang yang beraktivitas di sekitar Kali Curah Kobokan. Peristiwa erupsi dan banjir lahar pada tahun 2021 dan 2022 di sisi tenggara Semeru merupakan bukti aktivitas kegunungapian Semeru yang aktif. Aktivitas kegunungapian yang tinggi harus dibarengi dengan tingkat kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggi pula.
Pada tahun 2021 terjadi perubahan medan lahar yang melintasi Sungai Curah Kobokan. Peristiwa ini diawali dengan turunnya awan panas dari puncak Gunungapi Semeru. Hal ini tidak langsung disadari oleh warga yang beraktivitas di sungai dan sekitarnya sehingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Bukan hanya awan panas, ancaman banjir lahar sewaktu-waktu dapat mengancam utamanya saat terjadi hujan lebat di kawasan puncak.
Sebagai upaya pengenalan ancaman bencana Gunungapi Semeru maka Pemetaan Partisipatif dari warga sangat diperlukan. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan warga tentang lokasi-lokasi rawan banjir lahar dan landaan awan panas. Pada umumnya warga telah mengenali lokasi rawan bencana, namun belum sepenuhnya yakin dan segera akan melakukan evakuasi saat ancaman bencana datang, demikian yang disampaikan.
Warga sekitar sangat percaya terhadap peringatan sirine bahaya dari pos pantau lapangan. Berdasarkan pernyataan Pak Sugiono sirine akan dinyalakan saat situasi darurat sehingga dapat mencegah jatuhnya korban jiwa.
kesadaran spasial dimana warga akan tahu saat ancaman datang mereka harus berbuat apa dan bagaimana. (aul)
Media peta yang disusun bersama dinilai akan mampu memberikan pengetahuan keruangan tentang ancaman bencana, lokasi rawan, dan lokasi evakuasi sementara. Hal ini akan menumbuhkanBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H