Me time, adalah suatu istilah yang pastinya tidak asing di telinga pembaca. Pergi ke mall sendirian, membeli 1 tiket untuk menonton bioskop, memesan 1 minuman dan 1 makanan di café, adalah hal-hal yang biasa dilkukan bilamana seseorang sedang melakukan me time. Ada banyak alasan mengapa seseorang melakukan me time. Mungkin, jika ini kelas dan topik di blog ini ialah suatu pelajaran yang diajarkan seorang guru, seorang anak mungkin mengangkat tangan dan bertanya:
“Orang yang suka me time itu introvert ya?”
Nah, untuk pertanyaan ini, mungkin saya bisa menjawab iya, bisa tidak. Tapi kebanyakan orang di lingkungan saya sih, ya seperti itu. Jawaban ini bisa saja benar dan bisa saja salah, toh saya bukan guru di kelas imajiner tersebut, hehe.
Oke, jawaban serius, saya pikir yang bisa menikmati me time tidak harus seorang yang introvert. Toh, kita bukan berada di dunia distopia dengan pemerintah otoriter yang memiliki polisi di setiap tempat perbelanjaan, café, dan bioskop, yang kemudian akan menanyakan pada setiap orang yang berjalan sendirian sambil mengacungkan pentungan dan bertanya:
“Anda sepertinya sedang melakukan me time, iya atau tidak? Apakah anda introvert? Jika tidak, anda akan dihukum berdasarkan UU tahun 2890, No. …”
Waduh, bisa repot kita bila sistem hukum kita seperti itu. Saya pikir, bahkan extrovert pun perlu me-recharge energy mereka, dan tentu saja, bisa menikmati me time.
Oke, sekarang kita tahu apa itu me time, kegiatan-kegiatan me time, dan bahwasanya tidak selalu introvert yang bisa menikmati me time. Perlu di garisbawahi bahwa introvert tidak sama dengan pemalu! Entah orang mana yang memberikan stereotip bahwasanya introvert adalah pribadi yang kikuk dan sulit untuk bersosialisasi, namun 2 hal tersebut adalah hal yang berbeda! Satunya adalah istilah untuk orang yang energi sosial-nya cepat habis bilamana bersosialisasi dengan banyak orang, satunya adalah gangguan kecemasan yang bisa disembuhkan dengan cukupnya kemauan dari penderita, izin dari Tuhan dan bantuan dari professional! #JusticeforIntroverts >:(
Oke, kembali serius (kenapa penulis nulis oke, oke terus di awal paragraf? Apa penulis tidak tahu alternatif kata awalan yang lain selain ‘oke’?). Ada 1 masalah nih yang saya pikir membuat orang takut untuk me time, apaan tuh? (laki-laki dengan tangan kanan diangkat sampai sejajar dengan kepalanya, telapak tangan tertuju pada penonton, muncul)
Yakni, persepsi orang lain terhadap orang yang me time!
Memang, kita tidak bisa mengubah pikiran orang lain terhadap kita, kecuali kita adalah superhero dengan kekuatan pengendali pikiran. Namun bukan berarti, ketidak bisaan kita itu, membuat kita takut akan apa yang dipikirkan orang terhadap kita. Seperti, “Ah, anak itu duduk sendiri di café, apa tidak punya teman ya?” atau mungkin tatapan menyedihkan yang mbak bioskop berikan ke kita seraya memberikan 1 tiket kepada kita (“Nonton sendirian mas? Mau saya temani? Kebetulan shift saya selesai setelah ini.” dan ternyata mereka berjodoh, ciee.) atau pandangan kasihan seorang yang berjalan dengan teman-temannya di mall, ketikan melihat seseorang me time di mall, yang kemudian orang itu menunjuk si paling me time dan menggosipkan hal itu dengan circle-nya.
Tapi toh, hidup itu pendek! Untuk apa memikirkan apa yang orang lain pikirkan terhadap kita? Apa untungny kita mengedepankan persepsi orng yang bahkan tidak kita kenal terhadap kita dan menunda melakukan hal yang ternyata kita enjoy? Rugi besar loh.
Jadi, teriakkan ke pikiran kalian! Bahwasanya kalian tidak peduli pada persepsi orang lain, mau ia pikir serendah-rendahnya tentang kalian, toh kalau dia tidak berpengaruh buruk pada hidup kita secara langsung, kenapa perlu diambil pusing?
Mulailah meromantisasi menikmati waktu sendiri.
Meromantisasi kesendirian.
Loh, tapi kalau me time terus, kesepian dong? Jangan-jangan me time cuma kedok bahwasanya kamu ngga punya teman ya… ya, siapa yang suruh me time seminggu 7 kali, Jamal! Me time secukupnya, bersosialisasi dengan teman terdekatmu sesukamu, namun, bilamana muak dengan berisiknya dunia, silahkan recharge energimu dengan me time.
Karena sendirian dan kesepian itu 2 hal yang berbeda, kesepian itu sakit, dan saya akui, tidak seharusnya diromantisasi. Sedangkan sendirian, bisa jadi suatu pilihan yang seseorang pilih, dengan sengaja.
Tapi toh, saya pikir, semua orang pasti punya teman. Saya pikir bahkan seaneh apapun seseorang, se-kikuk apapun, se wibu apapun, eh- tolong jangan serang saya, saya juga wibu kok. Anime favorit saya, itu, anu, ehhh…. Dora The Explorer. Saya bercanda! Husbu saya Ayato! Ayato wangy wangy *mulai stress*, se-freak apapun orang tersebut, asal ia kepribadiannya tidak merugikan orang lain, pasti punya setidaknya satu atau satu teman.
Cheers!
Note: Halo! Maaf narasi-nya agak aneh, penulis lebih suka menulis fiksi hehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H