"Ia mencari cara untuk memiliki semua yang ia lihat, dengar dan rasakan. Bukan dengan keluhnya, tapi dengan peluhnya" (Yorick)
Begitu dengar kalau novel "Yorick" ini akan difilmkan, jadinya pengen baca, karya penulis Kirana Kejora. Ini novel inspiratif yang lumayan tebal sekitar 321 halaman.
Mungkin memang sudah kelebihan penulis yang mengangkat novel Yorick based on true story, seperti Ayah Menyayangi Tanpa Akhir yang juga novel kisah nyata yang diangkat ke layar lebar. Dan kabarnya saat review ini saya tulis, syuting film "Yorick" sudah selesai dan sedang proses editing. Wah, makin penasaranlah saya. Tentu penasaran juga sama filmnya.
Menurut saya, ini novel rasa Biografi yang unik. Membaca lembar-lembar awal, sudah terasa biografinya. Bercerita tentang anak Panjalu (Ciamis) yang dibesarkan Neneknya dengan berbagai kisah yang menyentuh. Tentang kemiskinan, keterbatasan, dan bullying yang pernah dirasakan Yorick.
Kelebihan novel ini, ada 60 sub judul dengan cerita pendek-pendek yang bisa membuat pembaca tidak bosan baca. Ini trik menarik yang dibuat penulis cerdas, karena jujur baru pada pertengahan novel terasa gregetnya.
Terharu? Iya pasti, karena anak sekecil Yorick hidup sendiri tanpa seorangpun sampai menjadi anak jalanan. Tapi ada filosofi menarik di bab awal tentang peniti.
"Peniti akan menusuk bila tertekan, ia pemersatu yang terputus, perekat yang terpisah, lalu dia akan menutup tak menampakkan diri, setelah bisa menyambungkan sesuatu."
Itu wow banget sih. Yang menarik lagi, kita bisa tahu bagaimana seorang Yorick bisa menjadi sukses menjadi seorang ahli coding yang sudah mempunyai banyak perusahaan dimana-mana. Itu semua berkat semua kata-kata bijak sang Nenek yang mengukir karakter Yorick kecil hingga dewasa, "Tak pernah patah, tak akan menyerah, terus melangkah."
Untuk setting, Kirana Kejora tak perlu diragukan lagi. Semua tergambar dengan indah dan detail , mulai dari kelahiran Yorick di Panjalu, sampai di Saint Petersburg di Rusia yang memikat mata. Porsi cerita bersama Nenek memang lebih banyak dibanding dengan kisah bersama teman-teman semasa SMP dan SMA.
Ohya, hanya ada sedikit yang mengganggu saya. Sampai di bagian akhir, pembaca dibuat bertanya-tanya, bagaimana kabar Nevia selanjutnya? Nevia adalah salah satu perempuan yang pernah dekat dengan Yorick. Apakah Yorick membiarkan dia pergi begitu saja? Mana jiwa pejuang yang sudah melekat kuat itu?
Sebenarnya akan lebih menarik kalau ada konflik yang dikembangkan lagi antara Yorick dan Nevia dalam novel ini. Karena ini bukan biografi, kan? Nggak harus 100 persen kisah nyata, bukan? Dan foto-foto di bagian akhir itu sebenarnya nggak terlalu penting buat pembaca. Karena yang diinginkan pembaca ya foto 'the real' Yorick, bukan foto teman-temannya.
Wow! Over all, novel ini sangat menginspirasi, menjadi ajang introspeksi buat semua usia. Karena keterbatasan Yorick, tidak memutuskan harapan untuk sukses menggapai impiannya. Seorang anak yang hanya diasuh Neneknya, tetap bisa mendapatkan kebijaksanaan hidup yang luar biasa. Ini novel wajib dibaca buat remaja, untuk selalu bersemangat belajar walau kadang ada gagal yang menyapa. Karena novel ini punya 1001 kata inspiratif untuk direnungkan sejenak.
Satu lagi, salut untuk produser film Yorick ini, yang berani bikin film di luar trend. Faktanya trend film di Indonesia sekarang adalah film remaja (seragam abu-abu putih), film horror dan action. Tapi saya yakin genre film keluarga inspiratif, peluangnya masih ada. Udah ah, nggak sabar pengen nonton film Yorick!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H