Mohon tunggu...
Aulia Manaf
Aulia Manaf Mohon Tunggu... -

Terlahir di Pasuruan. Seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Tua Vs Anak Cerdas

13 Maret 2018   08:40 Diperbarui: 13 Maret 2018   10:44 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Saya nggak habis pikir alias prihatin mendengar ada seorang Ibu yang berteriak pada anaknya yang balita, "Kamu bisa jalan, gak? Dari tadi lari-lari terus!" Dia berteriak dengan lantang di depan saya, dan saya langsung kaget bukan main, saya lihat anaknya memang berlari dengan riang gembira tanpa merasa bersalah. Sekilas memang tidak ada yang salah, supaya anaknya tidak jatuh karena hobi lari. 

Kasus tersebut sama dengan ada orang tua yang berteriak pada anaknya ,"Kamu itu bisa santai nggak sih? Dari tadi baca buku terus, sampai lupa makan!" Dan satu lagi kasus lain , ada orangtua yang berteriak ,"Kamu bisa berhenti corat-coret nggak, sih? Dari tadi nggak belajar pelajaran sekolah, tapi corat-coret terus!"

Ada tiga kasus kisah nyata yang saya temui di atas. Semuanya hampir sama. Yang pertama, orangtua ingin anaknya sehat jiwa raga, tapi ternyata melarang anaknya lari-lari. Lebih sehat mana bermain gadget atau berlari-lari untuk anak balita? Tentu lebih sehat bermain fisik. Olahraga membuat badan sehat dan terhindar dari obesitas. Bukankah anak yang berlari menandakan dia sehat? Kalau tak bisa lari, artinya anak sedang sakit. Saya tahu, ibu itu belum pernah merasakan dia punya anak yang berkebutuhan khusus, tak bisa berjalan dan berlari.

Yang ke dua, banyak yang ingin anaknya pintar, tapi saat anak suka baca buku, malah diteriaki . Bahkan kadang dengan makian yang menyakitkan hati anak. Bukankah lebih baik orangtua berkata sopan tanpa berteriak? "Makan dulu, yuk. Terus baca buku lagi."

Kasus yang ke tiga, ada orangtua yang ingin anaknya menjadi arsitek. Dia tahu kalau anaknya suka corat-coret dan menggambar apa saja. Tapi kenapa anaknya dimarahi saat sedang asyik menggambar? Mengapa harus protes dengan passion nya? 

Sadarkah kita, tanpa kita berdoa pun, Yang Maha Pemurah sudah memberikan jalanNya yang indah. Kita sudah diberikan anak sehat, tapi masih protes. Tapi kenapa kita masih protes dengan berteriak tak sopan pada anak? Sadarkah kita , anak sudah berusaha untuk menggenggam passionnya, tapi kita sebagai orangtua yang menendang passion itu. Bisakah kita selalu berpikir positif? Anak yang suka lari, mungkin suatu saat dia akan menjadi Atlet Profesional. Anak yang suka menggambar, dia adalah calon Desainer dunia, anak yang suka membaca dia akan menjadi seorang Penulis dan Ilmuwan terkenal. Dalam kasus ini , siapa sebenarnya yang cerdas? Orangtua atau anak?

Stop berteriak pada anak. Berikan ruang yang seluas-luasnya untuk mereka mengembangkan dirinya tanpa takut di protes dan diteriaki lagi :)  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun