*****
Mungkin aku adalah anak yang beruntung, bertemu Tuhan yang menentukan kelaminku. Mereka adalah Ibu dan ayahku yang menentukan aku menjadi lelaki atau perempuan. Dan Ibuku hanya pasrah kepada ayah. Ayahku adalah penentu masa depanku. Karena aku tidak mau menjadi waria. Tidak ada debat antara mereka. “Terserah ayah saja,laki-laki atau perempuan sama saja. Yang penting menjadi anak yang berbakti kepada orangtua , Negara dan agama”. Harapan klasik itu selalu saja terngiang di pendengaran. Sudah bisa kuduga, bahwa ayah pasti menginginkan anak lelaki. Karena kakakku perempuan. Lelaki adalah symbol. Lelaki adalah pemimpin,pejantan, pengayom keluarga dan simbol kekuatan. Tidak ada yang mampu mengubah simbol itu. Meskipun kadang pemimpin negara adalah perempuan. Sering juga yang menjadi pemimpin keluarga dan pencari nafkah adalah perempuan karena istri menjadi TKW dan suami sebagai penjaga rumah. Ternyata simbol tidak selalu benar. Kebanggan lelaki sebagai simbol kadang luntur oleh ulahnya sendiri.Apakah Ayah benar-benar ingin menjadikan aku sebagai pejantan tangguh ? “Maafkan aku, Yah. Mungkin selama kehamilan aku selalu dilanda kebingungan akut. Makanya anak kita juga bingung”, suara ibu lemah di depan ayah.“Sudahlah, anak adalah rezeki kita yang indah”, jawaban ayah kudengar sangat merdu . “Operasi di mana enaknya?”, tanya ibu. “Nanti aku cari dulu informasinya. Atau duit tabungan ini, kita pakai untuk membangun kamar dulu dilantai atas? Operasinya tahun depan saja. Gimana?”. “Apa?”, mata ibu melotot pada lelaki di depannya. “Jangan buang-buang waktu menyiksa anak kita . Mumpung masih belum genap setahun, Yah!”. Kemarahan ibu tak terbendung. “Kenapa jadi ayah yang bingung, sekarang? Ayo, sekarang juga pergilah ke dokter anak ! Cari info tentang operasi ganti kelamin !”. Lelaki itu diam tak berdaya. Kebingungan dan keraguan selalu melanda siapapun tanpa ampun. Sedangkan aku hanya tersenyum menatap mata mereka .
***selesai***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H