Semester ganjil tahun ini, memang mengambil rapor setelah liburan panjang selama dua minggu. Dikarenakan proses pengumpulan nilai masih belum selesai untuk kelas yang memakai sistem Kurikulum 2013. It's Okey, saat yang ditunggu tiba. Saya harus mengambil rapor anak perempuan saya yang duduk di kelas tiga SD.
Ada beberapa hal yang menjadi ganjalan saya, semoga saja bisa menjadi satu catatan (penting?) untuk Bapak dan Ibu Guru semua.
1. Â Nama-nama anak yang dipanggil, sesuai dengan peringkat/ rangking di kelas
Apakah (masih) penting tetap mengedepankan rangking di kelas? Jadi yang di panggil oleh Guru wali kelas adalah berdasarkan peringkat . Mulai rangking satu sampai terakhir dipanggil satu-satu. Bagaimana dengan perasaan orangtua? Sedih, malu atau jengkel ? Bukankah semua anak adalah spesial? Bukankah semua anak genius? Baru kali ini saya mendengar nama anak berdasarkan rangking. Bukankah semua anak punya kecerdasan masing-masing? Kenapa memanggil nama anak tidak di acak saja?
2. Tulisan / Catatan di dalam rapor hampir seragam
Coba lihat catatan yang ditulis oleh guru wali kelas. Rata-rata tulisannya sama. "Tingkatkan semangat belajarmu". Mengapa tidak ada kalimat spesifik yang memberikan satu perhatian khusus kepada anak? Bukankah setiap guru punya catatan pribadi masing-masing anak? Orangtua akan sangat berterima kasih kalau ada guru yang memberikan catatan positif untuk kemajuan anak. Misalnya :
- Belajar Bahasa Inggris lebih semangat lagi ya?
- Belajar Matematika harus lebih fokus dan konsentrasi .
- Jangan lupakan sarapan pagi ya , supaya semangat belajar di kelas.
dan masih banyak lagi contoh kalimat prositif yang bisa di tulis di rapor.
3. Orangtua bertanya pada Guru/ Wali kelas
Ketika ada kesempatan mengambil rapor, bertemu dengan guru Wali kelas, pastinya setiap orangtua berharap ada satu informasi yang membantu meningkatkan prestasi anak. Tapi kenyataannya , banyak orangtua yang sedikit kecewa, ketika bertanya : Bagaimana anak saya di sekolah, Bu/Pak? Apa kekurangan anak saya? Guru Wali kelas tidak bisa memberikan informasi sedikitpun. Saya yakin wali kelas punya catatan pribadi setiap anak. Si A suka mengganggu temannya, Si B suka ramai di kelas, atau Si C anak yang terlalu pendiam di kelas, dan sebagainya. Catatan tersebut sangat penting untuk orangtua, karena bisa jadi orangtua tidak paham, bagaimana kondisi anak di sekolah. Sukur-sukur wali kelas bisa memberikan jalan keluar pada permasalahan anak, atau ada Bimbingan Konseling yang disediakan di sekolah.
Okey, bisa jadi Guru Wali kelas memang terlalu banyak murid. Terlalu banyak catatan yang dibuat, jadi agak bingung memberikan satu informasi yang dibutuhkan kepada orangtua/ wali murid.
Selamat memandangi Rapor anak dan menemani mereka belajar :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H