Mohon tunggu...
Aulia RahmawatiP
Aulia RahmawatiP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Istirahatlah Luka

22 November 2021   11:06 Diperbarui: 22 November 2021   11:51 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


   

  Judul Buku: Saddha

  Penulis : Syahid Muhammad

  Penerbit: Gradien Mediatama, Yogyakarta

  Tahun Terbit   : Februari 2019 (Cetakan Pertama)

  Jumlah Halaman : 272 Halaman

  Harga Buku: Rp.77.000,-

  Peresensi : Aulia Rahmawati P *)/Farmasi

Buku yang berjudul “Saddha” merupakan buku ke lima karya Syahid Muhammad. Sebelumnya Syahid Muhammad juga menulis beberapa buku, yaitu “KALA”, “AMOR FATI”, “EGOSENTRIS”, “PARADIGMA”. Buku ini bercerita tentang perjalanan cinta dari sang penulis. Bukan perjalanan cinta yang biasa saja tentunya. Namun, perjalaan cinta yang penuh dengan konflik dan rintangan. 

Di dalam buku ini penulis menceritakan bagaimana dia bertemu dengan kekasihnya dan kemudian menjalin sebuah hubungan yang spesial. Namun, sayangnya hubungan spesial tersebut harus usai karena perbedaaan pandangan dan pendapat dari keduanya. Di dalam buku ini penulis tidak hanya menceritakan tentang kisah cintanya saja. 

Tetepi penulis juga menceritakan bagaimana hubungan dia dengan sang pencipta. Meskipun pada buku ini tidak banyak membahas tentang hal tersebut. Namun, tetap porsi yang dia tuangkan di dalam buku ini cukup menjelaskan jika tokoh utama di dalam cerita ini adalah seseorang yang cukup religious. 

Pada bagian pertama yang berjudul “Musim Ramai”, secara umum penulis membahas tentang pertama kali penulis bertemu dengan kekasihnya, di bab ini juga penulis menuliskan tentang masa lalu penulis saat masih di masa pendeketatan dengan kekasihnya, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan sampai akhirnya mereka memiliki hubungan yang spesial. Pada bab ini penulis menceritakan tentang hal-hal bahagia yang mereka alami juga. Kemudian bagian “Penghujung Musim Ramai”. Pada bagian ini penulis menyeritakan tentang cobaan pada hubungan yang mereka jalani, banyaknya perdebatan dan pertengkaran karena perbedaan pendapat. Dan sampailah mereka dipuncak perdebatan hubungan tersebut karena ego dan rasa tak ingin kalah satu sama lain. Dan pada akhirnya berakhirlah hubungan yang mereka jalani.

     Perbedaan pola pikir dengan orang lain ternyata bisa merusak hubungan. Sebagai contoh, ketika berada disebuah hubungan, seringkali adanya perdebatan dan pertengkaran. Dari sinilah penulis membuat pembaca menjadi sadar, bahwa perbedaan pola pikir itu wajar, dan apa yang dianggap benar, belum tentu dianggap benar, bisa saja ketika pembaca meyakini nilai yang dianggap benar, ternyata bagi orang lain itu adalah anggapan yang salah atau dianggap tidak benar. Dan penulis membuat pembaca sadar juga, apabila ada masalah sebaiknya diselesaikan secara baik-baik dan apabila masih emosi, redahkan dulu emosinya daripada harus melepaskan atau menyelesaikan hubungan tersebut hanya karena emosi yang menggebu-gebu tersebut. Selanjutnya di bagian ketiga yang berjudul “Musim sepi”, penulis menceritkan perbedaan bagaimana rasanya pada saat bersama dengan kekasihnya dan pada saat usai dengan kekasihnya. Disini penulis membuat pembaca menjadi berpikir, apa yang dilakukan di masa lalu maupun sekarang, baik dan buruknya masa lalu akan menjadi sejarah di masa depan. Meskipun tidak semua sejarah bisa dikenang oleh semua orang.

Selanjutnya di bagian keempat yang berjudul “Penghujung Musim Sepi”, pada bagian ini penulis menceritakan bahwa dia berharap bisa kembali dengan kekasihnya dan memperbaiki hubungan yang lalu. 

Dia juga merenungkan kejadian - kejadian lalu yang membuat hubungan mereka berakhir dan seharusnya hubungan tersebut bisa berlanjut apabila pada saat itu mereka menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan tidak egois satu sama lain. Selanjutnya di bagian kelima yang berjudul “Musim Renung”, pada bagian ini penulis menuliskan tentang kenanga-kenangan pada hubungan yang lalu. 

Dan dia juga menuliskan sebuah kata-kata yang berjudul “Doa” untuk masa lalunya, di dalam kata-kata tersebut penulis menuliskan tentang doa yang ia harapkan untuk masa lalunya. Selanjutnya di bagian terakhir yang berjudul “Penghujung Musim Renung”, pada bagian ini penulis menuliskan tentang bagaimana cara ia berdamai dengan masa lalunya dan mulai menerima masa lalu yang telah berlalu.

     Meski tidak setiap tulisan disertai dengan pemikiran yang sangat dalam, tetapi ada kehangatan tersendiri setiap kali kita membaca setiap tulisan di buku ini. Kita bisa membaca buku ini secara berurutan dari depan ke belakang, bisa juga membacanya secara acak sesuai dengan judul yang kita inginkan. Bahkan kita bisa mendapat impresi yang berbeda dari setiap tulisan yang sama. Sesuaikan dengan suasana hati, maka ada ketenangan yang bisa kita peroleh dari buku ini. Sekaligus membuat kita kembali merenungkan hidup kita sendiri dan lebih bersyukur dengan hidup kita yang sekarang.

     Yang saya suka dari buku ini adalah penulis benar-benar menggunakan diksi - diksi yang sangat indah dan menarik pembaca, sehingga mampu membuat para pembaca masuk dan terlibat di dalam cerita tersebut. 

Dan di beberapa bagian cerita tersebut penulis juga menggunakan kata - kata yang memiliki rima yang sama, sehingga menambah bagus bacaan cerita dari buku ini. Kelebihan dari buku ini ialah penulis menggunakan gaya bahasa yang mendalam sehingga kata-kata tersebut mudah untuk dipahami. Kemudian penulis seolah olah mengajak pembaca untuk jadi teman ceritanya, jadi pembaca merasa sedang berkomunikasi dengan si penulis. Selain itu, kata-kata tersebut juga sangat berhubungan dengan kehidupan nyata si pembaca. 

Dan di dalam buku ini juga ada banyak pesan yang dapat kita ambil agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan lebih bijak. Buku ini juga terdapat banyak kata penyemangat yang menyegarkan hati para pembaca. Kekurangan dari buku ini adalah ada beberapa kalimat yang cukup membingungkan dan terlalu berbobot. 

Kemudian alur dari cerita ini cukup membingungkan bagi pembaca. Dan buku ini lebih banyak mengandung kata - kata daripada cerita. Simpulan buku ini adalah cerita tentang sang penulis yang berusaha untuk hidup lebih baik, lebih bahagia, bijak dalam memilih pilihan, menerima kenyataan walaupun kenyataan tersebut pahit. Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang tenang dan jujur, penulis mencoba menyampaikan kehangatan, memberikan penghiburan, dan menumbuhkan kekuatan bagi pembaca untuk menjalani hidup,  mengatasi kekecewaan yang sedang kita alami dan berbagai perkara hidup sehari-hari.

*) Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Surabaya, 18 Oktober 2003

Perumahan Gading Fajar 1 B4/7, Sidoarjo, Jawa Timur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun