Beberapa tahun belakangan kata-kata tentang "mental health" mulai sering didengar dan dibicarakan, baik di platform media sosial maupun di lingkungan sekitar, para aktivis Kesehatan mental pun mulai bermunculan dan speak up tentang pentingnya Kesehatan mental.Â
Jika ditelusuri lebih dalam lagi ilmu tentang kajian Kesehatan mental sudah ada sejak abad-19 walaupun masih dalam bentuk sederhana. Pada abad ke-20 kajian mengenai Kesehatan mental sudah jauh berkembang dan maju dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern (Ramayulis 2002).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ini menjadi salah satu faktor meningkatnya kesadaran akan Kesehatan mental, dan juga didominasi oleh Gen-Z yang mana pada generasi ini Kesehatan mental menjadi hal yang sangat penting, mengingat pada generasi sebelumnya Kesehatan mental pada masyarakat cenderung di abaikan dan di pandang sebelah mata.
Pengaruh Covid-19 yang terjadi pada awal tahun 2020 juga menjadi salah satu pemicu kenapa pada saat ini Kesehatan mental menjadi topik penting di berbagai platform media sosial.Â
Sejak munculnya Covid-19 dua tahun lalu, banyak orang yang mengalami kemerosotan dari segi mental secara masif karena harus beradaptasi dengan gaya hidup baru yang berbeda 180 derajat dari kehidupan sebelum Covid-19, tidak hanya itu, pemicu gangguan mental bisa muncul dikarenakan berbagai aspek dalam kehidupan, seperti keluarga, perundungan, trauma di masa lalu, Cyberbullying dan faktor genetik.
Salah satu penyebab gangguan mental yang dialami remaja saat ini adalah karena perundungan yang dialami semasa sekolah dan melalui media sosial, penyebab terjadi nya perundungan dapat terjadi karena beberapa faktor seperti, rasisme, kebutuhan validasi atas rasa superioritas dari suatu individu atau kelompok, tumbuh di lingkungan yang mewajarkan kekerasan sehingga tumbuh menjadi anak yang kasar.
Pada salah satu studi menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara korban bully remaja perempuan dan laki-laki. Pada remaja laki-laki ditemukan bahwa penderita gangguan mental lebih sedikit dibanding korban bully pada remaja perempuan, hal yang sama pun terjadi pada kasus Cyberbullying, pengaruh terhadap mental jauh lebih besar pada remaja perempuan dibanding remaja laki-laki.
Berdasarkan studi dalam journal of medical internet research. Korban Cyberbullying lebih rentan untuk melakukan Tindakan menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri. Disebabkan oleh maraknya Tindakan Cyberbullying yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, maka gerakan tentang Kesehatan mental mulai di galak-an di  berbagai platform media sosial, agar tidak lagi memakan korban-korban selanjutnya.
Selain Cyberbully, gangguan mental lainnya juga dapat disebabkan oleh media sosial, salah satu yang sedang terjadi belakangan adalah isu tentang Body Image. Body Image sendiri adalah sebuah konsep yang dipahami sebagai cara seseorang dalam memandang ukuran dan bentuk tubuh. Â
Sayangnya banyak anak muda saat ini yang beranggapan bahwa tubuh yang indah adalah tubuh yang kurus, tidak jarang perempuan melakukan diet ekstrim untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal, hal tersebut juga dapat mempengaruhi Kesehatan mental. Gangguan mental yang dapat disebabkan oleh diet ekstrim yang dilakukan yaitu anoreksia nervosa, eating disorder, bulimia nervosa.Â
Tidak hanya gangguan makan ekstrim, pandangan akan body image yang tidak tepat pun akan membuat seseorang mengalami gangguan Kesehatan mental lain seperti, depresi dan gangguan kecemasan yang disebabkan oleh kekhawatiran, tentang pandangan banyak orang terhadap tubuh mereka yang tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
Dalam hal-hal yang sudah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa media sosial memiliki peran yang cukup besar dalam mempengaruhi kesehatan mental seseorang. pada era Gen-Z saat ini, mengapa banyak orang yang membicarakan perihal kesehatan mental adalah, karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada pada era ini, sehingga mudah bagi orang-orang untuk mencari tahu sebab dan akibat dari suatu gangguan, salah satunya gangguan mental dan menyebarkan awareness ke banyak orang melalui perantara media sosial sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjadi hal serupa.
Referensi :
Thompson, C. E., & Neville, H. A. (1999). Racism, Mental Health, and Mental Health Practice. The Counseling Psychologist, 27(2), 155--223. doi:10.1177/0011000099272001
Bannink, R., Broeren, S., van de Looij -- Jansen, P. M., de Waart, F. G., & Raat, H. (2014). Cyber and Traditional Bullying Victimization as a Risk Factor for Mental Health Problems and Suicidal Ideation in Adolescents. PLoS ONE, 9(4), e94026. doi:10.1371/journal.pone.0094026
https://www.halodoc.com/artikel/cyberbullying-bisa-sebabkan-depresi-hingga-bunuh-diri
https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-body-image-memengaruhi-remaja
https://www.halodoc.com/kesehatan/bulimia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H