Cacar monyet tidak hanya bisa menular dengan berhubungan seksual. Selama seseorang melakukan sentuhan kulit dengan pasien cacar monyet seperti bersalaman, potensi penularannya juga bisa terjadi. Jika orang tersebut pernah terkena cacar air, bukan berarti ia kebal terhadap cacar monyet atau monkeypox. Kalau masalah jenis virus, ini ortopox. Kalau misal ada yang sudah pernah kerna cacar air, dia masih bisa tertular cacar monyet.
Oleh karena itu, untuk bisa memutuskan mata rantai penularan dimbau agar masyarakat tetap menjaga jarak, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta rajin cuci tangan. Jika kita sebagai tenaga medis harus mengurus orang-orang dengan cacar monyet, bisa pakai handscoon atau sarung tangan latex, tidak bersentuhan kulit dengan kulit secara langsung. Setelah itu langsung cuci tangan.
Tingkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit dengam minum vitamin atau menjaga pola makan dan gaya hidup. Barang-barang tidak dipakai bersama, tidak tidur dan makan bersama.Â
Meski harus waspada, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dengan adanya kasus positif cacar monyet di Indonesia. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah masyarakat secara dini mengenali tanda dan kecurigaan cacar monyet. Kalau ada demam apalagi ada pembesaran kelenjar getah bening atau sesekeleun. Bisa dicari di belakang kuping, bawah rahang bawah, tulang selangka (di dada), dan di lipat paha.Â
Meski benjolannya hanya segede kacang, itu tetap diwaspadai. Lalu, jika sudah timbul lesi yang di dalamnya terdapat nanah, serta tengahnya ada titik seperti menyerupai donat. Maka, segera ke faskes terdekat. Ikuti terus perkembangan info mengenai monkeypox di channel resmi Kementerian Kesehatan. Jangan termakan hoaks. Nanti ada stigma dan diskriminasi. Takutnya pasien jadi tidak mau cek kesehatannya ke faskes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H