Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di Indoneisa. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6% sedangkan prevalensi stunting standar WHO dibawah 20%. Secara nasional Kabupaten Pemalang menempati urutan ke-19 di Jawa Tengah dengan prevalensi stunting sebesar 19,8% pada tahun 2022. Penyebab dari kasus stunting adalah malnutrisi, kurangnya stimulasi gizi sejak dalam kandungan. Pencegahan stunting sangat penting dilakukan karena stunting dapat menghambat produktivitas dan kualitas SDM yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Sebagai langkah awal dalam pencegahan stunting, mahasiswa UNNES GIAT 5 Desa Danasari mengadakan sosialisasi pencegahan stunting. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting sedini mungkin. Sosialisasi yang dilaksanakan pada (17/7) dihadiri berbagai lapisan masyarakat, di antaranya Kepala Desa Danasari, ibu-ibu PKK, ibu kader posyandu, ibu hamil, dan masyarakat yang memiliki balita.Â
Dalam kegiatan ini terdapat dua tema, yaitu tumbuh kembang pada anak dan pencegahan-penanganan stunting. Materi tentang tumbuh kembang anak disampaikan oleh Bidan Desa, yaitu Ibu Anggi Tyas S.Tr.Keb beliau menuturkan bahwa orang tua perlu mengetahui pola tumbuh kembang anak dan memantau perkembangan mereka agar jika terjadi keterlambatan pertumbuhan dapat segera dikonsultasikan oleh bidan desa atau dokter anak. Pemenuhan gizi seimbang dan pengenalan MPASI untuk anak turut serta menjadi perhatian beliau "Pentingnya pengenalan MPASI pada bayi dapat mendukung perkembangan pengindraan, mengenalkan makanan dari warna tekstur rasa dan suhu, mendukung tumbuh kembang dan kematangan sistem otak. Sedangkan keterlambatan mengenalkan MPASI akan menyebabkan gangguan fungsi pencernaan pada mulut, kesulitan menghisap, mengunyah, menelan, sehingga waktu makan menjadi lama. Gangguan fungsi saraf terjadi terlambat dalam berbicara, kebiasaan suka pilih-pilih makanan, pengeluaran air liur secara berlebihan" pungkasnya.Â
Sedangkan materi pencegahan dan penanganan stunting disampaikan oleh ahli gizi dari puskesmas Mulyoharjo, Ibu Mutoharoh S.Gz dalam kegiatan tersebut beliau menuturkan bahwa lingkungan turut serta mempengaruhi masalah gizi .Â
"Lingkungan turut serta mempengaruhi masalah gizi pada anak seperti rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktek pemberian makan bayi dan anak, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih" tuturnya. Â
Menurutnya banyak sekali kekeliruan yang dilakukan dalam pemenuhan gizi anak seperti ajaran orang tua zaman dulu yang memberikan makanan berupa pisang kepada bayi yang baru berusia 3 bulan, padahal bayi usia 0-6 bulan hanya wajib diberikan ASI Eksklusif tanpa tambahan makanan kecuali vitamin. Sedangkan, pencegahan stunting dapat dilakukan dimulai dari pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri sebagai upaya mengatasi anemia, emesis gravidarum. Desa Danasari dicanangkan menjadi desa locus stunting pada 2024 untuk itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai lapisan masyarakat untuk menekan angka stunting di Desa Danasari.Â
"Dengan adanya sosialisasi pencegahan stunting diharapkan ibu-ibu lebih waspada terhadap stunting dan aware dengan tumbuh kembang anak, jangan sampai terlambat mendapatkan penanganan. Tidak adastunting diantara kita!" ujar Ibu Mutoharoh. Kegiatan diakhiri dengan sesi dokumentasi peserta, narasumber, dan tim KKN UNNES GIAT 5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H