"opa, tadi malam saya mimpi tentang tikus putih." Seru Patrik saat sarapan pagi.
"hahaha, kebiasaan kamu. Anggap saja itu biasa, kan kamu  biasa mengigau tentang cerita-cerita yang pernah opa tuturkan." Opa meremehkan omongan Patrik.
"Tapi opa, ini lain. Dalam mimpi, saya membayangkan kelanjutan cerita tentang tikur putih. Kisahnya sedikit aneh.Tikus putih itu bawa sial." Jelas Patrik Â
"Serius? Coba Patrik ceritakan mimpinya? Mungkin menarik untuk opa." Pinta opa kepada Patrik.
Patrik pun menceritakan mimpinya dengan aksen anak kecil. Sedikit terbata-bata menggunakan bahasa daerah.
"Saya berjalan menyusuri lorong menuju ke suatu kamar. Kamar itu tidak terkunci dan mengundang ingin tahu saya. Saya pun masuk, mengamat-amati nyamannya tempat itu. Di dalamnya dikemas dengan dekorasi yang indah. Sangat menawan.
Di situ terdapat lemari dengan pakain-pakaian indah, rak-rak dengan susunan buku, tempat tidur dengan bulu-bulu halus binatang, dan meja berdoa yang dipenuhi dengan pernak-pernik. Saya rasa belum ada tempat seperti itu di sini opa. Pokoknya buat kita betah.
Lama saya amati. Tiba-tiba muncul tikus putih dari pintu, badanya lebih besar dari ukuran anak-anak seperti saya. Tanpa memperhatikan saya di kamar, ia berubah menjadi sosok monster menakutkan. Dalam gendongannya, ada sosok gadis yang tak sadarkan diri. Tidak tahu, dia tidur atau pingsan?
Saya bersembunyi di dalam lemari pakaian. Tidak berisik sedikitpun, takut diketahui. Namun, mata saya tetap melihat sosok monster itu. Perhatikan apa yang ia perbuat. Dia pun baringkan gadis itu di atas tempat tidurnya dan melucuti pakaiannya."
"Patrik. Cukup. Cukup sudah. Dasar anak mesum." Opa berhentikan cerita mimpi Patrik.
"Tapi opa. Ceritanya belum selesai." Bela Patrik