Keluar Diri Dari Penjara Mental
Oleh: August Munar., SKM, Msi
Jika manifestasi tulisan ini adalah tentang menetapkan niat sendirian, maka hidup kita akan terlihat sangat berbeda. Mungkin ada hal yang menarik perhatian kamu pada pekerjaan kali ini, yang merupakan kesepakatan nyata.
Melansir Vogue, meskipun kamu telah mengatakan semua hal yang benar kepada Semesta, ada bagian dari diri kamu yang tidak mau menerima apa yang disediakan. Cobalah keluar dari penjara mental Masing masing,.
Dapatkah ketidaklayakan menjadi alasan bagi kamu untuk melakukan hal yang tidak sehat? Bawa kesadaran kamu untuk membuat kesembuhan, ini adalah langkah pertama menuju transformasi.
Di sisi lain, mungkin sulit meyakinkan anggota keluarga tentang masalah rumah tangga. Penelitian online akan membantu kamu mempersempit beberapa pendapat, yang dapat kamu pertimbangkan sebelum membuat keputusan akhir.
Penting untuk mengesankan mereka di tempat kerja dan ini tidak akan sulit, karena kamu memiliki kemampuan. Kontrol diri akan menjadi kunci untuk menjaga kesehatan yang optimal.
Penjara yang umum kita kenal adalah tempat untuk mengurung seseorang, untuk periode waktu tertentu, yang telah berbuat kesalahan atau kejahatan. Selama seseorang berada di penjara maka ia kehilangan kebebasan dan sebagian hak-haknya sebagai warga negara. Narapidana menjalani hidup yang monoton dan terisolasi dari dunia luar sampai masa hukumannya habis.
Penjara bukanlah tempat yang diidamkan setiap orang. Bahkan, tempat ini seringkali terasa menyeramkan. Tentu saja yang terbayang adalah ke tidak nyamanan karena di dalamnya menjadi tempat berkumpul para penjahat. Tentu saja yang ada dalam bayangan banyak orang penjara itu sebagaimana neraka yang amat menyiksa. Namun mungkin untuk mereka yang merupakan penjahat kelas kakap, berada di penjara adalah hal biasa bahkan sudah seperti hunian mereka sendiri. Dan keluar masuk itu sudah menjadi sesuatu yang biasa untuk mereka. Itu adalah gambaran dari kehidupan penjara yang tentu saja membuat seseorang tidak dapat bergerak secara bebas.
Masing-masing individu tentu saja memiliki penjara mental. Seseorang yang sudah bebas dari yang namanya penjara mental merupakan orang gila. Sesungguhnya, ada kalanya penjara mental berdampak baik untuk seseorang. Karena pada dasarnya apapun yang ada di dalam pikiran seseorang tentu saja untuk menjadikan diri sebagai sosok yang bahagia dan terhindar dari yang namanya sengsara. Penjara mental mengenai tidak berhutang ataupun berhutang sesungguhnya termasuk ke dalam jenis penjara mental yang masih dalam taraf netral sehingga tidak perlu dibongkar. Yang perlu adalah bagaimana caranya Anda memanfaatkan penjara mental tersebut untuk kebaikan dan kemajuan kehidupan Anda.
Sebenarnya ada juga penjara mental yang tidak boleh dibuang, yaitu penjara mental yang berkaitan dengan kebaikan dan juga etika. Yang dimaksud adalah misalnya seseorang enggan untuk mencuri. Salah satu faktornya adalah karena adanya penjara mental dalam diri seseorang tersebut. Sehingga, jika ia melanggarnya, maka ia akan masuk penjara dan berdosa bahkan mendapatkan imbalan neraka.
Namun, ini tentu saja sangat berbeda dengan para koruptor yang telah memutuskan untuk mengancurkan penjara mentalnya sendiri. Sehingga, ia pun merasa biasa saja ketika sedang korupsi. Mereka sama sekali tidak merasa bersalah atas perbuatannya terlebih jika itu sudah biasa ia lakukan. Maka penjara bisa menjadi bak istana. Tidak hanya korupsi, ini sesungguhnya juga berlaku untuk berbagai tindakan yang ada di luar etika secara umum. Termasuk budaya untuk berlaku sopan santun.
Yang ingin disampaikan di sini adalah ada yang harus senantiasa dipenjara dan ada yang sebaiknya dibebaskan. Misalnya ketika ada kebiasaan menunda tugas, maka kata lakukan sekarang tentu harus segera dibebaskan. Karena sering kali itu diracuni oleh kata nanti sehingga tugas Anda tidak akan pernah selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H