Mohon tunggu...
Augmented Yen
Augmented Yen Mohon Tunggu... -

...ini dan itu...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

...Sebelum Berakhir...

4 Februari 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum berakhir, aku melihatmu laju tersungkur. Telak terbujur pada ia yang mengalungkan otoritas bermakna ganda. Gemeretakan sudah suara hati yang menggigil ngilu. Tak mampu untuk disumpal. Terengah-engah pada batas nisbi dan tak pasti. "Aku tahu, waktuku tak lebih lama dari yang pernah aku yakini".
Sebelum berakhir, aku mendengarmu meregang pedih. Terjungkal dan terjengkang pada ia yang memintal hidup dan mati atasmu. Mengiba pada sarkasme hidup yang ditentukan tidak olehmu. Memarut pasti mimpi-mimpi tentang kemarin, hari ini dan esok. "Aku tahu, kamu tak lagi mampu melewati apa yang pernah kamu yakini".
Maka, sebelum berakhir, biarkan aku mengisyaratkan damai untukmu. Mengamini lingkar waktu yang telah lalu.
"Tenang, tenanglah. Sebab Tuhan tengah memeluk kita".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun