Mohon tunggu...
augessa anastasya
augessa anastasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bahaya Kurangnya Literasi terhadap Konten Dakwah yang Tersebar Luas di Media Sosial

22 Mei 2024   09:36 Diperbarui: 22 Mei 2024   09:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi sekarang, penggunaan gadget atau media sosial memanglah menjadi peristiwa yang sangat umum dan meluas dikalangan masyarakat. Hampir seluruh kalangan dari anak kecil hingga orang dewasa, memiliki dan menggunakan gadget. Hal ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif, Gadget yang kita miliki menyediakan akses tak terbatas ke berbagai aplikasi atau platform yang dapat membantu kita menemukan informasi atau menemukan sesuatu yang sedang kita cari.

Salah satu platform atau aplikasi yang memiliki minat terbanyak terutama di Indonesia adalah Tiktok, Tiktok memiliki potensi yang sangat besar untuk menjangkau audience yang luas, hal ini yang dapat memungkinkan konten dakwah islam untuk tersebar luas dengan sangat cepat dan dapat menarik perhatian para penggunanya. Namun sangat disayangkan kadang ada beberapa konten creator tiktok yang tidak memperhatikan aspek literasi atau kebenaran sumber dari konten yang dibawakan.

Masalah lain dari kurangnya literasi terhadap kebenaran sumber konten yang dibawakan adalah terletak pada masyarakat atau netizen yang menanggapi suatu konten tersebut, bukan hanya konten creator saja yang harus memperhatikan sebuah kebenaran dari suatu informasi dakwah yang dibawkan tetapi masyarakat atau netizen yang menerima konten tersebut juga harus pintar menyaring informasi yang diterima. Karena banyak sekali konten yang disampaikan tanpa didasari dengan pemahaman mendalam terhadap ajaran agama, sehingga dapat menimbulkan suatu keslahan pemahaman atau kekeliruan dalam penafsiran.

Di sisi lain, media sosial juga menjadi alat bagi oknum oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi palsu, atau menyebarkan ajaran sesat yang dapat menimbulkan terjadinya perpecah belahan umat, oknum oknum tersebut memanfaatkan kebebasan berekspresi atau berpendapat di media sosial untuk menyebarkan konten konten yang tidak bertanggung jawab, konten konten yang tidak jelas asal usul sumbernya dari mana, terkadang ada suatu oknum yang sengaja menggiring opini agar terjadi kericuhan.

Salah satu contoh konten oknum oknum yang tidak bertanggung jawab adalah ketika ada suatu ceramah yang sebenarnya materi yang dibawakan itu adalah benar adanya, sesuai dengan syariah dan didasarkan dengan sumber sumber yang jelas tetapi oknum tersebut reuploader ceramah tersebut dan memotong videonya menjadi bagian bagian, nah hal ini yang akan menjadikan misleading information karena kita tidak melihat full video ceramah tersebut karena sudah di cut menjadi berbagai macam bagian bagian. Masih banyak sekali oknum oknum yang melakukan tindakan ini.

Bayangkan saja jika kita sebagai masyarakat atau netizen yang kurang pandai dan langsung menerima informasi tersebut tanpa mencari tahu dulu kebenarannya maka yang terjadi adalah kita bisa saja menjadi seseorang yang harusnya menyebarkan suatu hal yang benar tetapi justru menyesatkan, kemudian dapat juga menimbulkan konlfik baik personal maupun interpersonal. Kemudian dapat juga membuat kita sebagai netizen rentan atau mudah dipengaruhi oleh kelompok kelompok yang menyebarkan agama yang menyesatkan bahkan menyebarkan paham radikalisme, yang akibatnya akan menjadikan perpecahan belah diantara masyarakat umat muslim.

Solusi atas kasus kurangnya literasi terhadap konten dakwah yang tersebar luas di media sosial adalah yang pertama kita sebagai masyarakat atau netizen harus meningkatkan pemahaman dasar tentang agama dengan cara mengikuti kelas kelas kajian atau mengikuti seminar seminar kajian, kemudian memastikan kembali suatu informasi sebelum memahaminya, jangan langsung menyimpulkan atau menyebarluaskan jika belum mencari tau kebenaran suatu informais tersebut. Kemudian kembangkan sikap berfikir kritis yang hal ini akan menjadikan kita dapat mengevaluasi sebuah konten dakwah secara objektif.
 

Pihak pihak lain, seperti ulama, tokoh tokoh masyarakat, pemerintahan disini sangatlah memiliki peran penting, mereka harus proaktif dalam memberikan suatu pemahaman yang benar dan komprehensif mengenai ajaran agama. Yang nantinya akan menjadi harapan konten dakwah di media sosial dapat menjadi sarana yang efektif dalam menyebarkan nila nilai yang positif dan menjadikan umat muslim semakin harmonis dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun