Penulis : Aufa wulandari
Dosen pengampu : Avanti Vera Risti Pramudyani S.Pd, M.Pd.
Pembelajaran anak usia dini merupakan kegiatan belajar bagi anak usia dini yang memberikan pengalaman belajar melalui bermain, eksplorasi pengetahuan berbasis keterampilan, dan pengajaran kosakata. Anak usia dini sering disebut dengan Golden Age atau Masa Keemasan Anak. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan dunia pendidikan. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru terlebih dahulu harus melakukan persiapan dan perencanaan yang matang untuk menjamin keberhasilan pembelajaran, artinya guru juga harus menyiapkan bahan ajar. Pelaksanaan pembelajaran meliputi tahapan pendahuluan, tahapan inti,dan tahapan penutup yaitu dari awal guru membuka pelajaran sampai guru menutup pelajaran.Â
 Dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkat Low Order Thinking Skill (LOTS) yang meliputi aspek ingatan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3), hingga High Order Thinking Skill (HOTS), Hal ini meliputi aspek analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6) (Nursari et al., 2021). Pembelajaran HOTS memerlukan dukungan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Artinya pembelajaran yang efektif dapat tercipta melalui dukungan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di rumah memanfaatkan pembelajaran terhubung melalui teknologi sinkron atau asinkron, memungkinkan siswa berinteraksi dengan pendidik. Dalam kegiatan BDR PAUD pemanfaatan TPACK tercermin pada penggunaan media dan materi pendidikan, dan memanfaatkan dukungan teknis seperti penggunaan PPT bertema dan video pembelajaran (Handayani, 2021). Selain itu melalui pendekatan saintifik yaitu anak mengamati benda nyata yang langsung diberikan guru sebagai media pembelajaran. Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik memerlukan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menalar/menjelaskan (Monica & Yaswinda, 2021).
 Di penghujung tahun 2019, muncul virus baru bernama penyakit virus corona 2019 (Covid-19) di Wuhan, China, yang menggemparkan dunia internasional. Virus ini telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat dan pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menjadi perhatian seluruh dunia. Wabah virus Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia pada awal Maret 2020, setelah Presiden Jokowi mengumumkan infeksi virus Covid-19 yang pertama. Pesatnya penyebaran virus ini telah menyebabkan perubahan gaya hidup global, yang berdampak pada banyak bidang kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Keadaan darurat pandemi Covid-19 menjadi landasan bagi pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan dalam mencegah penyebaran virus Covid-19 (Anisa & Tirtayani, 2022).Â
Kebijakan yang diadopsi mencakup rekomendasi pembatasan sosial (social distance) yang berdampak signifikan terhadap berbagai aktivitas sehari-hari seperti sekolah dan pekerjaan. Kebijakan pemerintah terkait prosedur pencegahan penyebaran virus Covid-19 mengakibatkan semua kegiatan dilakukan dirumah. Pembelajaran berlangsung serentak melalui berbagai platform yang tersedia, antara lain media sosial dan aplikasi pembelajaran seperti WhatsApp, Telegram, Zoom, Google Meet, Google Classroom, Zenius, Teacher Room, dan aplikasi lainnya. Melaksanakan pembelajaran di rumah mencakup kegiatan dan tugas belajar yang berbeda-beda tergantung minat dan situasi masing-masing siswa. Penerapan kebijakan pembelajaran daring di masa pandemi dianggap sebagai salah satu solusi terbaik untuk mencegah penyebaran COVID-19 di sektor pendidikan (Mochamad Riyanto, 2022).Â
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebijakan pembelajaran daring cenderung menimbulkan tantangan mendadak bagi guru dan siswa. Meski banyak guru yang merasa kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran daring di masa pandemi, namun guru sebagai pendidik sudah sewajarnya harus mengambil tanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran. Penggunaan teknologi untuk menyampaikan pembelajaran mempunyai tantangan tersendiri, khususnya di lingkungan anak usia dini. Oleh karena itu, sekolah perlu beradaptasi dengan pembelajaran daring dan meningkatkan kualitas guru untuk memastikan pembelajaran efektif di masa pandemi Covid-19.Â
Sehingga ada beberapa kebijakan dari pemerintah berupa pembelajaran bisa dilakukan daring maupun luring. Pembelajaran luring di lakukan di sekolah dan di dalam kelas, akan tetapi tetap memiliki aturan dan kebijakan khusus ketika melaksanakan pembelajaran. Pada saat luring sekolah melakukan beberapa kebijakan, seperti ruang kelas dan lingkungan sekolah harus di Desinfektan terlebih dahulu, ruangan kelas kursi dan mejanya di tata berjarak atau tidak berdekatan, sekolah menyediakan sabun cuci tangan dan hand sanitizer sebagai fasilitas murid agar selalu menjaga kebersihan dan menghindari pemaparan kuman, murid juga diminta untuk selalu menggunakan masker, dan sekolah juga melakukan kegiatan vaksinasi agar daya imun di tubuh kuat dan virus.
 Analisis yang saya lakukan mengenai video pembelajaran luring di era pandemi di paud, konsep belajar yang terdapat di video dimana peserta belajar dan bermain. peserta didik diberikan tema pembelajaran tentang hewan laut contohnya gurita atau nama lainnya Octopoda, dari situ anak mendapatkan informasi mengenai hewan gurita. melalui belajar seseorang akan mengalami pertumbuhan, perkembangan dan perubahan dalam dirinya baik secara fisik maupun psikis. Heinich (1999) mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi pelajar dengan lingkungannya (Anisa & Tirtayani, 2022). Jika dikaitkan pada teori belajar kognitif, Menurut Piaget "Kognitif adalah cara anak-anak beradaptasi dan mendefinisikan objek dan peristiwa di lingkungannya. "Piaget mengatakan bahwa ketika anak-anak memainkan peran yang baik dalam merencanakan pengetahuan mereka tentang realitas, anak tidak menerima informasi begitu saja.". Setelah mendapatkannya informasi kemampuan berpikir anak pun akan meningkat dan pengetahuan anak akan lebih luas lagi (Istiqomah & Maemonah, 2021).
Pada pembelajaran di video, saya melihat pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, dimana disitu anak diminta untuk mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menalar/menjelaskan kembali. Anak diminta mendengarkan dan mengamati gurunya yang sedang membacakan buku cerita dan menjelaskan kepada peserta didiknya tentang hewan gurita, dimana gurita tersebut mirip dengan hewan cumi-cumi akan tetapi gurita lebih besar, dari situ anak mengetahui perbedaan gurita dan cumi-cumi. setelah itu anak juga mengetahui bahwa gurita bisa mempertahankan dirinya dari serangan hewan lain, seperti mengeluarkan tinta dari atas kepalanya, tinta gurita yang memiliki 5 warna seperti coklat,hitam,jingga,kuning, dan merah. Anak juga diminta menjelaskan kembali atas apa yang sudah dilihat dan didengar dari gurunya. Selain itu anak juga terlibat dalam aktivitas sains, anak diminta mencampurkan warna, setelah itu anak mengamati kembali apa yang sudah mereka lakukan/percobaan.Â
pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, yang berujung pada perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Tugas guru kemudian mengatur lingkungan yang mendukung perubahan perilaku bagi siswa tersebut. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator, memberikan fasilitas dan menciptakan kondisi yang mendukung keterampilan belajar siswa (Anisa & Tirtayani, 2022). Contohnya guru memberikan pertanyaan dan peserta didik mencari tahu sendiri cara agar memecahkan masalah, seperti guru menanyakan "agar air nya tidak tumpah kita perlu menggunakan apa, membutuhkan alat apa?" peserta didik mengidentifikasi sendiri alat yang ia perlukan agar air nya tidak tumpah. setelah anak mendapatkan jawabannya, guru akan meminta anak untuk mengamati lingkungan sekitarnya agar membantu anak menemukan alat yang diperlukan sebagai pengganti corong.Â