Mohon tunggu...
aufa ubaidillah
aufa ubaidillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - pecinta kuliner

hobi membaca menulis dan mengamati manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Jalan Pak Ali, Sedikit Kisah Ketika Masih di Tebuireng

29 April 2016   09:23 Diperbarui: 29 April 2016   09:39 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

batangkab.go.id

KH. Mustafa Ali Ya’qub tidak derdengar asing dikeluaga saya, bukan karena beliau adalah guru besar dan Imam besar Masjid Istiqlal, tetapi karena kedekatannya dengan Alm. Ayah saya. Ayah saya dan Pak Ali berteman semenjak menjadi santri di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Menurut penuturan Paklek saya (paman) saya biasa memanggilnya paklek Din karena namanya M. Sirojuddin yang juga satu pondok dengan ayah saya- tetapi angkatannya jauh dibawah ayah saya – pak Ali memang  dikenal sebagai sosok yang menonjol dan pintar. Ayah dan pak Ali adalah teman satu guthek’an (istilah pesantren tradisional yang berarti kamar) satu nampan.Kamarnya sebelah kompleks makam pendiri pondok Tebuireng yang juga menjadi tempat makam gus Dur, karena untuk perluasan dan renovasi akses menuju makam, kamar Lawas yang terbuat dari kayu sudah dibongkar dan diganti bangunan permanen.

Pak Ali ketika mondok juga aktif mengikuti kegiatan Bahstul Masail (diskusi ilmiah yang sering membahas berita teraktual) begitu pula ayah saya. Tetapi kecendrungan ayah dan pak Ali berbeda, Ayah lebih fan terhadap ilmu hukum sedangkan pak Ali lebih fan terhadap ilmu hadis. Tahun 1976 Pak Ali melanjutkan kuliah ke Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyad jurusan Syariah yang dilanjutkan S2 diuniversitas King Saud tetapi mengambil jurusan hadis, ditahun tersebut ayahanda masih di Tebuireng, baru pada tahun 1981 ayah melanjutkan studi S1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya mengambil fakultas Syariah jurusan Ahwal la- Syakhshiyah.

Ayah saya  meninggal jauh sebelum pak Ali dipanggil Allah, tepatnya pada tahun 1995 karena penyakit jantung, yang mewariskan ratusan koleksi kitab kuning dan buku kepada saya. Tepat 21 tahun setelah wafatnya ayah saya pada tanggal 28 April 2016 sahabat Ayahanda tercinta KH. Mustafa Ali Ya'qub dipanggil Allah SWT dengan puluhan buku karyanya dan ribuan pemikiran yang diwariskan untuk umat islam di Indonesia.

Doa saya, semoga mereka berdua dipertemukan dalam forum diskusi yang sama seperti ketika masih mondok, ditemani bercangkir cangkir ragam jenis minuman yang tidak hanya kopi, dan dilayani oleh pelayan terbaik yang selalu tersenyum ramah kepada mereka, dan mereka diberikan tempat yang paling layak di surga, amin.

 Selamat jalan pak Ali, ilmu, buku, pemikiranmu akan selalu menjadi pahala yang tiada Pernah terputus pahalanya.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun