"darimana datangnya sedih ini?"
Pertanyaan yang terus menghantui, ketika kita mulai lelah dan kebingungan dengan semua perasaan yang datang silih berganti, entah itu membuat senang ataupun sedih. Kata yang sering muncul ketika harapan mulai tidak sesuai dengan realita. Dalam keheningan, kegundahan datang mencekam, menguliti hati dan meninggalkan perih.
Mencoba menata kembali menepis segala perih, namun yang terjadi bukannya hati yang kembali pulih melainkan tubuh yang terus meringkih. Suara lirih mengusik sanubari dalam sepi mengutuk diri secara bertubi-tibu. Wahai hati sejauh mana kau bawa diri, sampai  kapan diri ini akan hilang kendali.
Kumpulan kata yang tersusun dengan rapi dapat menjadi obat dikala sepi. Tak ada yang dapat mendengar, tak ada sanggahan, tak ada makian. Hanya kau, sehelai kertas dan sebuah pena ditanganmu. Tuanglah kisahmu, biarkan kertas itu menjadi saksi perjalanmu.
Goresan pena itu kini telah memenuhi helaian kertas putih, kertas itu sudah tidak kosong saat ini. kau telah berhasil menyelesaikan satu tahap dari kisahmu. Iya, kau mungkin akan merasa lega. Namun sadarlah ada halaman berikutnya yang harus kau penuhi dengan tulisanmu, sampai nanti kumpulan kertas itu terbentuk menjadi sebuah buku yang menjadi pelipur disaat-saat kau butuh.
Seperti buku "ke mana ku bawa semua sendu ini ?" yang menjadi pelipur bahkan penyemangat untuk hariku saat ini. Febriawan Jauhari sebagai penulis buku ini, ia telah menyelesaikannya dan menerbitkannya pada 1 Februari 2024. Dan kini buku itu telah sampai pada tangan-tangan pembacanya, salah satunya adalah aku.
Buku yang menjadi perkumpulan kata indah yang dikarang oleh sang penulis berharap dapat dibaca dan disukai pembacanya.  Aku memilih buku ini diantara beberapa buku yang masuk kedalam daftar buku yang ingin kubeli waktu itu. Aku tertarik dengan judul dan cover buku tersebut, menurutku buku ini sangat penting  bagiku untuk mambacanya saat ini.
Dari judulnya saja,  aku dapat menafsirkan buku ini akan mewakili setiap kata yang tak dapat diungkapkan, rasa  yang hanya memenuhi pikiran dan membuat sesak dihati, dengan buku ini pasti rasa sedihku dapat diwakili, harapannya aku bisa membaca ini dengan mentafakuri diri sendiri dan menjadi media bagiku untuk menilik kembali tujuan hidupku.
Ternyata benar, tanpa disadari buku ini membuat tingkat keinginan membacaku terus maningkat. Saat ini aku sering membaca buku dengan tema pengembangan diri. kalian penasaran dengan harta karun apa yang kudapati setelah membaca buku ini?
Kalian harus tetap terus membaca tulisanku ini jawabannya!
Tentang apa yang terjadi pada diri coba kau pelajari lagi
Kamu sedang gelisah, atau mungkin kamu sedang berfikir bahwa kamu sedang kehilangan dirimu. Sedang merasa sedih, lelah dan ingin menjauh dari semua hal yang mebuatmu menjadi rapuh. Ingin beristirahat tapi tidak tahu istirahat seperti apa yang kamu butuhkan.
Kamu sudah mengusahakan semua yang terbaik dari dirimu, baik itu pendidikanmu, pekerjaanmu, keluargamu, pertemananmu, bahkan keberlangsungan dirimu sendiri. semua harapan, cita-cita, keinginan yang selama ini terus dikejar, lambat laun akan merasakan saat dimana kamu ingin mengambil jeda.
Jeda untuk beristirahat, walaupun hanya sekedar rebahan dikamar, makan dan jalan-jalan. Kamu  mulai menyusun kembali langkah yang akan diambil kedepan, menentukan pilihan, menetapkan prioritas dan memaksimalkannya.
Dari buku kemana ku bawa semua sendu ini milik Febriawan Jauhari dengan tebal 120 halaman, ada 3 poin menarik yang bisa ku ambil dan ini luput dari ingatan ku belakangan ini.
Yang pertama, merasa bisa melakukan semua hal dan bergantung pada diri sendiri. dibeberapa momen ini dapat bekerja dengan baik namun dimomen lainnya hal ini terasa berat dan sulit untuk di lalui. Bagaimana tidak, kita merupakan manusia dan setiap manusia pasti memiliki titik kelemahan .
Yang kedua, jika kamu merasa sendu dan buntu, tidak apa. Rasakan fase ini, tidak selamanya kita selalu merasa senang, begitu juga dengan kesedihan. Yang paling penting adalah jangan hilang harap. Karena sejatinya Islam tidak pernah mengajarkan untuk putus asa dijalan Allah. itulah iman, tetap berbaik sangka meski keadaan terlihat berantakan.
Yang ketiga,
"menurutmu apa kenikmatan tertinggi di dunia ini?" tanyaku pada pepohonan di depan rumah, "bertasbis kepada-Nya" jawab mereka"
Susunan kata ini merupakan salah satu kutipan dari buku kemana kubawa semua sendu ini. tidak adil rasanya jika kita tidak mengingat pada yang telah memberi kita segalanya. Bukankah kita mengingat semua kebaikan orang kepada kita. Lalu, kenapa kepada Allah yang Maha baik kita lupa.
Bukankan selama ini tuhan sudah sangat baik untukmu, ia tidak langsung menghukum dirimu ketika kau berbuat dosa, lalu kenapa kau tidak dapat bersabar ketika semua doa yang kau langitkan belum terkabul. Penantian ini yang membuatmu terus mengingat tuhanmu, bukankah selama ini yang menjadi prioritas dan kepercayaanmu adalah dirimu sendiri, lalu kenapa kau tidak bisa percaya dengan Dia yang menciptakanmu. Bukankan Allah yang maha segalanya atas dirimu.
Malu rasanya ingin mengeluh, bagaimana ingin meminta lebih ketika kewajibanmu belum kau lakukan dengan baik sampai saat ini. lantas apa yang perlu kau banggakan pada diri. ketika hati itu mati, maka disitulah segala punca masalah dalam hidupmu akan dimulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H