Menurut CNN Indonesia edisi Kamis, 03 Agustus 2023, "Komisioner KPU RI Idham Holik mengatakan bahwa pemilih pemula adalah mereka yang belum bisa menyalurkan hak suara di pemilu lima tahun sebelumnya. Syarat bagi orang yang menjadi pemilih dalam pemilu adalah berusia 17 tahun atau sudah menikah. Apabila saat pemilu dilaksanakan masih berusia 16 tahun, maka harus menunggu lima tahun lagi hingga bisa menggunakan hak suaranya.Syarat-syarat bagi seseorang memiliki hak pilih telah diatur secara lengkap dalam Pasal 4 PKPU Nomor 7 Tahun 2022.
Ketika telah mendekati tahun politik maka akan ada  banyak kampanye yang dilakukan oleh berbagai partai politik. Bahkan  yang awalnya tidak mengenal sama sekali tetapi ketika tahun politik seakan kita bersaudara, situasi seperti ini sudah sangat sering dijumpai. Dimulai dari pemberian barang-barang yang bisa dipakai sehari-hari seperti kain, mukena dan sebagainya, bahkan ada yang memberikan uang. Mengumbar berbagai janji demi medapatkan hati para pendengar.
Ada juga kampanye secara sembunyi-sembunyi dengan menghadiri kegiatan-kegiatan sosial mulai berbaur dengan publik, ikut menghadiri majelis-majelis untuk membangun citra diri kepada publik. Walau tidak beriming-iming dengan logo partai dan embel-embel partai, tetapi untuk membangun kepercayaan publik.
Ditambah lagi saat ini banyak publik figur seperti selebriti juga ikut terjun ke dunia politik. Tentu akan banyak penggemar yang akan memilih dan dasar mereka memilih bisa jadi yang mendominasi adalah karena kepopulerannya.
Hal menarik lainnya adalah jumlah pemilih pemula yang akan memberi hak suaranya untuk pemilu tahun 2024 ini diperkirakan sangat banyak. Banyaknya masa pemilih pemula ini akan sangat mempengaruhi pemilu nantinya.
Saat ini data yang dimiliki KPU pusat menunjukkan Aceh dengan jumlah pemilih yang akan memberikan hak suaranya di tahun 2024 ini ada sebanyak 3.742.037 pemilih, tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan jumlah pemilih yang ada di pulau Jawa. Namun suara pemilih di Aceh juga akan mempengaruhi pemilu 2024 nantinya yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu masyarakat terkhusus anak muda atau pemilih pemula ini harus lebih aktif dan berhati-hati dalam menyeleksi calon yang akan di pilih nantinya baik itu presiden, anggota DPR, DPD dan lain sebagainya. Anak muda harusnya dapat lebih banyak dan paham tentang teknologi yang berkembang saat ini. dengan kita diam saja dan tidak mau mencoba memahami politik akan berpengaruh pada kehidupan kita kedepan nantinya.
Mungkin memilih satu pasangan calon presiden saat ini untuk memenuhi semua keinginan kita tidak akan kita dapatkan, karena tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. oleh karena itu suara dan tindakan yang di berikan oleh anak muda dan juga masyarakat dapat menentukan arah Indonesia selanjutnya.
Seperti yang di bicarakan oleh Raymond Chin jangan mau dibodohi oleh media ataupun oknum-oknum tertentu. Menurutnya dalam channel Youtube miliknya yang mengangkat tema sisi gelap pemilu 2024. ia berpendapat bahwa untuk memenangkan pemilu capres harus memenangkan dua sisi yaitu pikiran dan hati, jika mereka memiliki itu kemungkinan mereka akan menang.
Menurutnya pikiran itu diukur berdasarkan fakta dan objektifitas dengan membaca visi misi capres dengan detail maka akan membangun sebuah pemikiran tertentu dalam pikiran masyarakat serta mereka akan memilih satu capres yang dapat menguntungkan bagi mereka. ini dilakukan secara pikiran atau rasional seseorang. Akan tetapi sebenarnya memenangkan dengan cara rasional saja itu masih susah didapatkan karena biasanya orang akan memilih dengan hati atau irasional. Semakin rendah pendidikan semakin irasional keputusan begitupun sebaliknya.
Berbicara tentang hati, anak muda saat ini atau yang sekarang disapa dengan generasi z yang sering di cap problematik baik itu dalam kerjaan, loyalitas, mental health, burnout, dikit-dikit butuh hiling dan mencari drama.
Padahal tanpa disadari gen z itu memiliki kebebasan dan juga banyak pilihan yang bisa mereka pilih dan juga mereka miliki yang akhirnya membuat mereka memilih keinginan mereka masing-masing dan juga dengan beragam sehigga mereka berpencar dan terbentuklah generasi yang merasa paling sendiri atau tidak punya siapa-siapa padahal mereka itu pintar dan mampu, selain itu juga biasanya lebih memperhatikan kebahagiaan dirinya daripada harus melakukan apa yang mereka tidak inginkan dan menurut Reymond ini berbahaya.
Seperti halnya kata-kata Soekarno yang sering kita dengar, berikan saya 10 pemuda maka akan kita guncangkan dunia. Peran anak muda itu berpengaruh besar dalam kehidupan. Kebiasaan malas dan enggan mencerna sesuatu yang sedikit lebih berat dari yang pernah di lewati akan membuat kita mundur, itu bukanlah satu jawaban yang tepat dilontarkan anak muda saat ini.
Berani bersuara, berani menyampaikan gagasan, memperkaya pemikiran dengan pendidikan dan informasi-informasi yang ada akan membantu kita untuk berproses dan membentuk sebuah kerangka berpikir baru dalam diri kita. Hal ini dianggap penting dilakukan dalam proses  menentukan pilihan.
Namun pada keyataannya Saat ini tidak semua anak muda melek politik, apalagi di daerah seperti di Aceh Barat. Tidak semua anak muda itu tertarik dengan isu politik, bagi mereka yang paham pasti sudah bisa menilai, tetapi bagaimana dengan orang-orang yang cuek bahkan ogah-ogahan untuk membahas isu politik.
Tingkat pengetahuan anak muda khususnya bagi anak-anak yang baru saja mengetahui dunia politik ini sangatlah menjadi bumerang bagi dirinya masing-masing. Karena apa yang diterimnya lewat sosial media itu sangat beragam dan sangat membuat bingung, jangankan bagi anak muda bagi orang-orang yang sudah berpengalaman mengikuti pemilu juga kewalahan untuk menerima informasi dan menentukan kandidat yang dipilih.
Bagi anak muda yang akan terus terlena dan merasa sepele dengan isu politik karena menurutnya sangat berat untuk dipikirkan, sehingga timbul pemikiran siapapun yang memimpin nasib kita juga sama. Ini bukannya tidak akan terjadi, tetapi pasti akan ada pemikiran seperti ini dan hal ini sangat mempengaruhi orang-orang khususnya anak muda yang baru bisa memilih untuk pertama kali agar dapat bijak menentukan pilihannya, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka tidak memilih atau menjadi golongan putih.
Sangat susah memilih pemimpin yang akan dipilih nantinya, ditambah lagi saat ini peran media sosial sangat memberi dampak kepada masyarakat. Bagi pemilih yang belum pernah mengenal dunia politik, Â ini akan sangat sulit untuk menentukan pilihan. Mereka cenderung memilih orang yang mereka anggap kenal dan populer, walau tidak semua orang memiliki cara pandang yang sama.
Kembali lagi kepada permasalahan yang ada di daerah yaitu tingkat pendidikan setiap orang itu berbeda-beda, oleh karena itu mempengaruhi pikiran dan juga hati merupakan salah satu aspek yang dapat di targetkan untuk membangunkan daya pikir kritis dan juga manajemen kontrol emosi yang baik pada masyarakat terkhusus bagi pemilih pemula.
Akan perlu banyak edukasi yang di berikan kepada pemilih pemula atau generasi z, dimana mereka ini sangat rentan dipengaruhi baik itu dari kalangan partai politik, masyarakat, pertemanan bahkan keluarga dapat mempengaruhi pilihan mereka.
Oleh karena itu hadirnya Komisi Independen (KIP) ini untuk dapat mensosialisasikan atau mengedukasi anak muda untuk paham apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ataupun diikuti oleh masyarakat.
Selama ini sosialisasi datang ke sekolah dan ke masyarakat sudah biasa dilakukan, namun tampaknya masih ada saja orang yang tidak memilih. Salah satu cara yang bisa di lakukan adalah dengan aktif di media sosial. Mengingat sasarannya adalah pemilih pemula yang di mayoritasi oleh generasi milenial dan generasi z yang jangkauan mainnya adalah lewat media sosial, sosialisasi atau edukasi lewat media sosial menjadi salah satu yang perlu dicoba dan dikembangkan.
Saat ini ada tiga kandidat Capres dan Cawapres yang telah ditetapkan akan bersaing dalam pemilu tahun 2024. Sangat banyak isu yang menyebar di media sosial terkait tiga kandidat ini. baik itu isu positif maupun negatif, apakah itu benar atau kebohongan. Bahkan ada yang namanya polarisasi penyampaian informasi atau dalam ilmu komunikasi ada juga yang namanya agenda setting, dimana pelaku media menciptkan kesadaran masyarakat dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca dan juga dipercaya.
Saat ini media sosial sangat dipenuhi dengan sistem seperti itu oleh karena itu sangat sulit membedakan kebenaran dan kebohongan jika kita berpaku di media sosial saja. Kenapa media sosial yang dibahas, karena memang saat ini anak muda itu sangat senang menggunakan media sosial, mereka bisa mendapatkan semua berita dan informasi dari media sosial mereka masing-masing.
Namun tidak lepas dari itu, hal ini juga butuh kontrol yang dilakukan lembaga tertentu untuk meminimalisir berita-berita hoax yang ada di media sosial seperti yang selama ini dilakukan oleh Kominfo contohnya. Setiap informasi yang beredar di media sosial itu sifatnya sangat mudah, cepat, serentak, luas dan beragam hal ini bisa di antisisapasi dengan pengenalan atau edukasi masyarakat terhadap menyeleksi pesan yang diterima oleh masyarakat.
Membuat konten-konten yang mengedukasi serta mempertontonkannya kepada masyarakat. Serta perkaya informasi terkini di media-media yang memang diakui oleh pemerintah seperti KPU,KIP dan lain sebagainya.
Maka dari itu sangat penting mengedukasi anak-anak muda ini untuk pintar dalam memilih dan melihat siapa yang akan dipilih, latar belakangnya, visi misinya, agar meminimalisir orang-orang yang cuek dengan politik. Cara mengedukasinya pun bukan hanya sekedar memberikan seminar saja, tapi coba beri ruang kepada mereka, contohnya dengan menciptakan sebuah forum yang mempertontonkan debat-debat para kandidat, buat diskusi dengan tema yang menarik, dengan gaya yang santai dan mudah dipahami. Karena anak muda pikirannya ingin yang sederhana, mudah tetapi bergaya.
Coba beri ruang bagi mereka untuk melakukan sebuah diskusi dengan menghadirkan beberapa pakar politik dan juga para mahasiswa serta masyarakat untuk membahas isu politik dan isu-isu serupa lainnya, sehingga dapat menambah minat masyarakat terkusus anak muda untuk menyampaikan aspirasinya terkait politik.Â
Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri, memperkaya pemikiran, memanagemen emosi serta menimbulkan keberanian dan juga rasa memilki. Rasa memiliki yang dimaksud adalah rasa yang timbul dalam benak dan pikiran masyarakat bahwa setiap orang memang harus menyuarakan pendapatnya dan memilki hak istimewa untuk memberi suara dalam pemilu nantinya.
Siapapun yang menang nantinya semua itu adalah hasil dari pilihan masyarakat itu sendiri. semua hal yang sudah dibahas diatas tidak akan terjadi apabila tidak ada kesadaran dalam diri individual masyarakat Indonesia itu sendiri.
Semua jawaban ada ditangan kita masing-masing, apakah kita ingin diam menyaksikan dengan tidak berusaha melakukan apa-apa atau kita berani mengambil langkah sesuai keinginan kita pribadi tanpa dicampuri tangan pihak lain. Jika kita mau sebuah perubahan maka lakukanlah mulai dari diri kita sendiri.
Penulis: Aufa Riza
*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H