Mohon tunggu...
Aufa Riza
Aufa Riza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Islamic Communcation and Broadcasting Student STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh

Selanjutnya

Tutup

Book

Sadari Posisimu Lewat Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa (Alvi Syahrin)

2 Desember 2023   17:40 Diperbarui: 2 Desember 2023   20:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita terlalu sok tahu tentang hidup kita.

Mengira satu kondisi akan menyelesaikan masalah hidup.

Dan lihatlah

Tercapai satu kondisi. Rentetan masalah berdatangan.

Sekarang kita ingin mati.

Tetapi tak pernah mempersiapkan apa-apa.

Oh, betapa kita terlalu sok tahu tentang hidup kita."

Alvi Syahrin

Semua orang memiliki masa-masa frustasi dan sedih, hal itu wajar karena kita manusia. Manusia senantiasa merasa senang,sedih,cemas dan segala bentuk emosional yang dirasakan dan itu menandakan kita masih hidup dan waras.

buku ini berhasil membuat pembaca merefleksikan setiap emosional yang dirasakan setiap harinya, bagaimana mengelola sedih dan kecemasan, membawa pembaca seakan sedang membaca kisahnya yang dicoba di tuliskan oleh penulis. Dalam hal ini Alvi Syahrin salah satu penulis yang kukenal lewat podcastnya yang membahas setiap masalah pada anak muda yang ingin melangkah dari masalah-masalahnya dengan gaya bahasa seperti diajak curhat dan membuat aku sebagai komunikan yang mendengar pesan-pesannya itu tersentuh dengan setiap kalimat yang dikeluarkan baik dalam narasi dan juga tulisannya.

Kali ini dibuku Jika Kita tak Pernah Jadi Apa Apa yang aku jadikan sebagai pelipur lara ditengah padatnya deadline perkuliahan dan juga organisasi serta kehidupan sebagai seorang anak yang kujalani secara bersamaan. ternyata apa yang dikatakan dosen ku yang juga memotivasiku untuk mulai membaca, beliau berpesan membaca buku itu jangan ikutan trend, tapi bacalah buku yang memang kamu butuhkan. Ini sangat membantu ketika aku sedang merasa lemah dan pikiran ku terhenti dan tidak tahu ingin melakukan apa lagi, sudah sangat jenuh dan tidak memilki tempat untuk bercerita, buku ini seakan mengajak aku untuk mengeluarkan segala emosional yang kurasa saat ini.

Saking hausnya aku ingin mendapat motivasi, membaca buku 236 halaman ini dapat kuselesaikan dengan dua kali membaca, dan ini buku kedua yang ku baca karena memang aku kurang suka membaca, itupun karena terpotong tidur. ketika pertama kali aku membaca buku ini, saat itu pada malam hari dan aku sudah tidak bisa menahan rasa kantukku akhirnya akupun memutuskan untuk  tidur. Keesokan harinya aku mulai membacanya hingga halaman terakhir. Aku yakin jika bukan karena terjeda dengan waktu tidur aku bisa menghabiskan membaca buku ini sekali duduk karena memang sangat ringan saat membacanya, seakan kita sedang diajak curhat oleh sahabat kita sendiri dan sesekali merenungi nasib kita yang sepertinya sama dengan yang dituliskan dalam buku itu.

Akhir-akhir ini aku sangat sering merasa diri ku tidak berguna, banyak hal yang harusnya kuselesaikan tetapi tidak kunjung kuselesaikan. Bahkan ada banyak sekali deadline tugas yang menghantui walau sudah ku selesaikan satu persatu namun tugas itu tidak kunjung usai, ditambah lagi dengan kekhawatiran tentang masa depan yang datang dan sangat mengganggu, bisa diibaratkan seperti air hujan yang turun menerpaku, walau curahnya belum begitu deras tetapi ini sangat menguras emosional dan kondisi mentalku.

Aku sangat sering menyalahi diri sendiri, menganggap seperti yang paling bersalah dalam sebuah event yang mana hal itu sangat membuat pikiran ku lebih terkuras dan berakhir dengan over thingking. Ini sangat sering terjadi bahkan merasa takut dengan masa depan yang akan kujalani nantinya. Teman-temanku sudah mulai mendapatkan keinginannya, bahkan adik kelasku sudah memiliki keahlian yang mereka tekuni dan mereka sangat sungguh-sungguh dalam hal itu. Sangat berbeda denganku ketika di posisi mereka dulunya. Karena keaktifan dan semangat mereka membuat aku menjadi mendorog diriku untuk lebih berdaya dan kuharap bisa menjadi sedikit terlihat bisa mengayomi dan menjadi contoh walau pada kenyataannya akulah yang sedang belajar pada mereka.

Namun dalam menajalani itu semua akan ada masa dimana aku merasa jenuh, aku merasa sudah tidak bisa mengikuti keinginanku lagi, mulai dihadapkan dengan keadaan finansial yang mau tidak mau sudah harus membebani pikiranku, ditambah aku adalah anak pertama dalam keluarga, yang aku fikirkan adalah bagaimana aku bisa menjadi contoh bagi adik-adikku, dan harus mengambil peran jika sewaktu-waktu aku harus melepas keinginanku dan menjalankan kewajibanku sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orangtua, dan sebagai kakak yang bisa mengayomi adik-adikku, namun sampai saat ini sangat sulit untuk memantaskan diri untuk itu.

Tak jarang aku merasa ingin menyerah, karena membayangkannya saja itu sudah sangat melelahkan bagaimana jika nanti aku harus menjalaninya, rasa ingin cepat kembali pulang. Tetapi bukan rumah tempat biasa kupulang  yang di maksud, melainkan rumah keabadian. Ya, sangat konyol seakan aku menganggap mati adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah, beruntungnya aku di beri ilmu agama yang menurutku sangat membantu dan itu menjagaku untuk tidak pernah memilih mengakhiri hidup. melainkan hanya merasa lelah dan bertanya kepada Allah 

kapan aku akan pulang

kapan masalah ini selesai

apalagi setelah ini

kenapa begitu berat kali ini

semua kata-kata semacam itu yang selalu ada dalam pikiranku saat ini.

Lewat buku ini mengingatkanku kembali bahwa apa yang menurutku itu baik belum tentu di mata Allah itu baik, yang menurutku ini adalah masa terpuruk dan tidak sanggup menghadapinya.  Akan tetapi Allah tidak akan memberi ujian pada hambanya melewati batas kesanggupan hambanya itu sendiri. Allah tau yang terbaik untukku, Allah pasti sudah menyiapkan cerita untukku tinggal tunggu dan jalani saja proses ini untuk kita lalui.

Bahkan dalam buku ini kita dibuka pikiran dan cara pandang kita, mungkin saat ini aku sedang berada diposisi ini tetapi kedepan akan banyak masalah-masalah yang lebih besar yang akan menerpaku nantinya, jika aku menyerah pada masa awalku ini lalu bagaimana aku bisa melewati hal yang besar lainnya nanti. Umur kita memang tidak ada yang tahu, tetapi percaya akan Allah dengan segala rahmatnya dan Allah itu  Maha  segalanya merupakan keharusan kita sebagai hamba.

Putus asa atas rahmat-Nya dan mengutuk diri yang sudah jelas sebagai ciptaan-Nya merupakan bentuk kita tidak percaya akan adanya Allah, khawatir yang berlebihan dengan masa depan itu salah satu tanda kita tidak percaya dengan takdir Allah.

Kenapa kita terlalu mengharap sempurna padahal dunia sendiri itu tidak sempurna

Kita selalu mempersiapkan kehidupan yang baik didunia, tetapi lupa untuk mempersiapkan kehidupan yang baik di akhirat.

Ini hanya sedikit dari bahasan buku ini yang aku coba tuangkan dari kisahku setelah membacanya, akan ada banyak hal-hal baik lainnya yang akan kamu temui insya Allah ketika kamu membaca buku ini sendiri, sarannya buku ini dibaca pelan-pelan dan di resapi karena menurutku tidak hanya mengajak kita untuk bicara tentang masalah-masalah yang kita alami, tapi ada banyak cerita magic lainnya yang ada dalam buku ini.

Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa Apa/ Alvi Syahrin; editor, Tesara Rafiantika- cet 1- Jakarta : GagasMedia, 2019

Xii + 236 hlm; 13 x 19 cm

ISBN 978-979-780-948-5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun