Mohon tunggu...
Aufa Rahmani
Aufa Rahmani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Program Studi Pendidikan Kimia

hobi saya adalah membaca,sebab membaca adalah jendela dunia.Dalam membaca bisa meningkatkan lagi dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bagaimana Meningkatkan Keterlibatan Warga dalam Politik dan Mengatasi Masalah Golput Pemilu?

16 Juni 2023   19:11 Diperbarui: 16 Juni 2023   19:16 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input suIlustrasi Pemilu. Sumber: Istockphoto.com mber gambar

Pemilu adalah salah satu momen penting dalam kehidupan demokrasi sebuah negara. Pada saat yang bersamaan, Indonesia juga menghadapi tantangan serius terkait partisipasi politik warga negaranya. 

Salah satu permasalahan spesifik yang perlu diperhatikan adalah tingginya tingkat golput dalam pemilu. Dapat diuraikan mengapa permasalahan ini penting untuk dibahas dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi golput. 

Partisipasi politik merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Melalui partisipasi politik, warga negara dapat menyuarakan aspirasinya dan turut berperan dalam menentukan arah pembangunan negara. 

Sayangnya, tingkat golput di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut data yang diperoleh dari lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, pada pemilihan presiden tahun 2019, persentase golput mencapai 19,24 persen dari total penduduk yakni 192,83 juta jiwa, lebih rendah daripada tahun 2014. 

Namun, pada pemilihan legislatif tahun 2019, persentase golput malah naik menjadi 29,68 persen, angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan presiden. Fenomena golput yang semakin meningkat ini perlu menjadi perhatian serius. 

Kesadaran generasi Z yang semakin meningkatnya golput pada pemilu 2019 lalu juga.Menurut data survei UMN Consulting mengenai alasan golput Gen Z pada Pemilu 2019, alasan teknis seperti berhalangan hadir karena alasan pribadi (35,9%), berada di luar wilayah DPT (23,08%), dan tidak/belum mendapatkan kartu pemilih (15,38%) berada di tiga urutan pertama.

Lain daripada itu, alasan politis dengan alasan tidak percaya bahwa pemilu bisa membawa perubahan ada di posisi keempat (12,82%) dan visi-misi paslon tidak sesuai dengan ideologi diri di posisi kelima (10,26%). 

Ilustrasi Golput. Foto: .jawapos.com
Ilustrasi Golput. Foto: .jawapos.com

Beberapa alasan mengapa sebagai warga negara tidak boleh golput. Pertama, partisipasi politik adalah hak dan kewajiban setiap warga negara. Dalam sebuah negara demokratis, setiap suara warga negara memiliki nilai penting dalam menentukan arah kebijakan dan masa depan negara. Jika banyak warga negara yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya, maka hal ini dapat mengurangi kualitas demokrasi dan mengabaikan aspirasi rakyat. 

Kedua, tingginya tingkat golput menandakan rendahnya kesadaran politik dan kurangnya rasa tanggung jawab warga negara terhadap masa depan negara. Memilih adalah bentuk partisipasi politik yang paling mendasar dan efektif. Dengan menggunakan hak pilih, warga negara dapat berkontribusi dalam memilih pemimpin yang terbaik dan mewakili aspirasi mereka. Dengan demikian, golput dapat menghambat terwujudnya perubahan dan kemajuan yang diinginkan oleh rakyat. 

Ketiga, golput dapat memberikan kesempatan bagi kekuatan politik yang kurang baik untuk mendominasi pemilihan. Dengan tingkat partisipasi yang rendah, pemilih yang tetap hadir cenderung berasal dari kelompok-kelompok tertentu dengan agenda atau kepentingan khusus. Hal ini dapat mengakibatkan distorsi dalam representasi politik dan mencegah terwujudnya kepentingan umum. 

Untuk mengatasi masalah golput, diperlukan upaya yang terintegrasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan politik yang lebih baik perlu diberikan kepada warga negara, baik di tingkat pendidikan formal maupun informal. Pentingnya pemahaman tentang pentingnya partisipasi politik harus ditanamkan sejak dini.

Selain itu, penyelenggara pemilu juga perlu memperbaiki sistem dan mekanisme pemilihan agar lebih mudah diakses dan transparan. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran pemilu juga menjadi langkah penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilihan. 

Dalam rangka mengatasi masalah golput, partisipasi aktif masyarakat juga sangat diperlukan. Masyarakat perlu saling mengingatkan dan membantu dalam memastikan bahwa setiap warga negara telah terdaftar sebagai pemilih dan memiliki kesadaran untuk menggunakan hak pilihnya. 

Selain itu, sosialisasi yang efektif mengenai pentingnya partisipasi politik dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti kampanye publik dan debat terbuka antara calon pemimpin. 

Masalah golput merupakan permasalahan yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Partisipasi politik adalah hak dan kewajiban setiap warga negara, dan golput dapat menghambat terwujudnya demokrasi yang berkualitas. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait untuk meningkatkan kesadaran politik, memperbaiki sistem pemilihan, dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat. 

Dengan demikian, diharapkan partisipasi politik warga negara dalam pemilu dapat meningkat dan terwujudnya masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun