Mohon tunggu...
Aufa Nur Afidah
Aufa Nur Afidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Do the best and be the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memaknai Hadirnya Seorang Anak dari Kisah "Cinta Dushmanta Terpaut di Hutan"

24 Desember 2022   19:53 Diperbarui: 24 Desember 2022   20:14 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah menikah Ratih berniat tidak ingin memiliki seorang anak terlebih dahulu, karena dia berpikir jika dia sudah mengandung dia tidak bisa bekerja seperti sediakala, ditambah lagi beberapa hari yang akan datang dia akan melakukan sidang kenaikan jabatan. Saat hari itu tiba ternyata dia dinyatakan hamil, akibatnya kenaikan jabatan pun dibatalkan. Mendengar berita tersebut Ratih merasa sangat kesal, dan tidak terima akan kehadiran buah hati yang saat itu sudah ada dalam kandungannya. dia merasa karena kehadirannya membuat dia tidak jadi naik jabatan. Bahkan dia berniat untuk mengugurkan kandungannya. Namun hal tersebut tidak jadi dilakukan karena suami dan keluarganya memberikan beberapa pengertian terkait hal tersebut. Akhirnya Ratih pun menerima kehadiran sang buah hati tersebut. dia mengandung dan merawatnya dengan baik.

Sepenggal kisah di atas tidak jauh beda dengan kisah Dushmanta dan Syakuntala. Banyak hal menarik yang patut kita ambil dari cerita-cerita di atas. Disaat beberapa pasangan mengharapkan kehadiran seorang anak, di sisi lain ada pasangan yang tidak terima akan kehadiran seorang anak. Yang perlu kita ingat, anak adalah rezeki yang tidak terduga. Kita tidak bisa meminta kapan datangnya anak itu, kita tidak bisa memaksakannya agar datang dengan cepat dan kita juga tidak bisa melarang kapan dia akan datang. Yang patut kita pahami adalah kapan pun datangnya harus kita sambut dengan hati bahagia karena anak merupakan karunia terindah dalam kehidupan berkeluarga.

Sudah sewajarnya setiap pasangan yang menikah mengharapkan kehadiran anak yang menjadi buah hati bagi kedua orang tuanya. Dengannya orang tua akan tertawa bahagia dan terasa sejuk pandangan mata. Hilang rasa sakit yang tak terkatakan ketika ibu melahirkan, digantikan dengan perasaan bahagia tak terhingga. Juga bahagia sang ayah yang tidak pernah khawatir dengan tugas beratnya untuk mencari nafkah.

Perlu diingat untuk setiap pasangan yang akan menjadi orang tua, kehadiran seorang anak bisa menjadi sumber kebahagiaan, juga menjadi investasi dunia dan akhirat, namun juga berpotensi untuk menjadi sumber kesengsaraan dunia dan akhirat. Kebaikan dan keburukan mereka tergantung dari apa yang kita berikan dan ajarkan kepada mereka. Maka pendidikan yang baik dan benar, sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tetap menjaga fitrah mereka manusia. Mendidik seorang anak bagaikan membersihkan rumput dari tanaman yang mengganggu. Yakni menjaga fitrah anak agar tidak melenceng dari kebenaran. Karena di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawaban setiap orang tua tentang anaknya.

Kisah dalam cerita Mahabharata memberikan fakta bahwa hadirnya seorang anak merupakan karunia terindah yang patut disukuri, dan cerita tersebut juga banyak terjadi di sekeliling kita. Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dalam kisah tersebut, dan dijadikan bahan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun