Mohon tunggu...
Aufa Hardy
Aufa Hardy Mohon Tunggu... Freelancer - Suka Menulis

Mahasiswi psikologi yang suka menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Hanya Orangtua, Ini Dilema Anak-anak yang Ditinggal Bekerja ke Luar Negeri

1 Mei 2018   08:59 Diperbarui: 1 Mei 2018   09:35 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih membekas dalam ingatanku, saat kelas 6 SD dimana aku menghadapi Ujian Nasional tanpa dukungan langsung Orangtua di sisiku karena mereka harus bekerja yang jauh, di Arab Saudi.

Sementara aku tinggal dengan tante ku, yang meskipun mendukung ku untuk belajar, tapi rasanya tetap berbeda dan selalu ada yang hilang setiap aku pulang dari sekolah.

Sepi.

Dan kecemasan yang sedikit berlebihan.

Aku takut terjadi sesuatu yang buruk, atau jika mereka tidak menghubungiku lagi.. dan pertanyaan, karena untuk membiayai ku bahkan mereka harus pergi jauh? Ya, aku tahu dan ingin mengerti semua alasan itu, tapi.. sejujurnya aku tidak siap ditinggal saat itu.

Sesuatu yang baru kusadari setelah beberapa tahun berlalu adalah, jika aku menelpon Ibuku, meskipun beliau sudah kembali dan berada dekat denganku, aku selalu ingin menangis. Entah bagaimana ada rasa yang jauh, rasa yang mirip seperti saat dulu aku menelponnya dari Indonesia ke Arab.

Mungkinkah karena kecemasan itu masih ada padaku?

Dan mungkin ceritaku ini hanya sebagian kecil yang dirasakan anak-anak lain yang juga harus ditinggal bekerja oleh Orangtua mereka. Ya, harus. Bukan karena Orangtuaku ingin meninggalkanku, tapi mereka harus melakukannya saat itu. Dan kami, anak-anaknya juga harus mengerti itu.

Tapi.. untuk waktu yang lebih lama, seperti bertahun-tahun lagi? Kupikir aku tidak akan kuat jika harus seperti itu lebih lama.

Bahkan para ahli khawatir hal itu (anak yang ditinggal bekerja) dapat menyebabkan kesepian, kecemasan, dan pendidikan yang buruk bagi anak-anak yang kekurangan kontak dengan Orangtua.

Dan kira-kira setahun yang lalu, kebetulan aku bertemu dengan seorang anak usia 9 tahun-an. Dia manis, kalem, dan seolah tidak mengalami hal yang tak diduga; saat itu dia ditinggal bekerja oleh Ibunya ke Malaysia, sementara disini dia dilecehkan oleh Ayahnya sendiri. Hal itu baru diketahui belakangan oleh gurunya yang kemudian melaporkan apa yang dialami muridnya ke pihak berwenang. Beruntungnya, tak berapa lama kemudian sang Ayah ditangkap dan dipenjara. 

Ya Allah, gusti..

Ditinggal bekerja yang jauh oleh Orangtua rasanya sudah traumatis bagiku, apalagi dengan anak kecil itu yang bahkan mengalami pelecehan dan kekerasan juga.

Karena perlu diketahui, anak yang ditinggal bekerja jauh dari Orangtuanya, tidak hanya rentan terhadap kejahatan serius seperti pelecehan seksual dan kekerasan - pemisahan jangka panjang memiliki dampak emosional bagi anak-anak dan Orang tua. Bahkan mungkin si anak dapat merasa seperti beban dalam keluarganya.

Dari cerita-cerita pengalaman itu, sebaiknya anak-anak yang ditinggal bekerja yang jauh oleh Orangtuanya mendapat perhatian yang lebih dari keluarga dan lingkungan sekitar. Karena mereka menjadi rentan dengan rasa kesepian, kecemasan, dan resiko-resiko lainnya yang datang dari luar.

Selain itu, sebisa mungkin menciptakan rasa nyaman dan terbuka dengan si anak untuk saling bercerita dalam keluarga. Apa yang dirasakan dan apa yang dialaminya, sehingga interaksi anak dan Orangtuanya tidak terputus dan dapat membuat si anak merasa lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun