Mohon tunggu...
Aufa Hilma S
Aufa Hilma S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Kopi Lanang (Coffea canephora) Sebagai Studi Awal Pengobatan Penyakit Anemia Bedasarkan Jumlah Sel Darah Merah Mencit (Mus musculus)

17 Desember 2024   22:09 Diperbarui: 17 Desember 2024   22:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak kopi lanang terhadap jumlah sel darah merah (RBC) mencit yang diinduksi dengan fenilhidrazin sebagai agen hemolitik. Empat kelompok perlakuan digunakan dalam penelitian ini, yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberikan fenilhidrazin), P1 (kopi lanang dosis 5% tanpa fenilhidrazin), dan P2 (kopi lanang dosis 20% dengan fenilhidrazin). Hasil pengamatan menunjukkan adanya variasi jumlah RBC di antara kelompok perlakuan, seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1 Data Hasil Jumlah RBC Setelah Pemberian Ekstrak Kopi Lanang (sumber dokumen pribadi)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam hematoanlyzer, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah sel darah merah (RBC) pada kelompok perlakuan, yang mencerminkan pengaruh dosis kopi lanang dan injeksi fenilhidrazin terhadap kondisi fisiologis mencit. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara pemberian kopi lanang dengan dosis tertentu dan induksi anemia hemolitik menggunakan fenilhidrazin.

Pada kelompok kontrol negatif, jumlah RBC sebesar 9,17 × 10⁶/µL menunjukkan kondisi baseline alami mencit yang sehat tanpa perlakuan apapun. Angka ini merepresentasikan produksi sel darah merah yang optimal, di mana proses hematopoiesis berlangsung normal dan sel darah merah tidak mengalami gangguan atau kerusakan. Kondisi ini menjadi acuan untuk mengevaluasi kelompok perlakuan lainnya. Kelompok kontrol positif, yang hanya diinjeksi dengan fenilhidrazin, mengalami penurunan jumlah RBC menjadi 6,23 × 10⁶/µL. Fenilhidrazin merupakan agen hemolitik yang dikenal mampu merusak membran sel darah merah melalui proses oksidasi hemoglobin, yang akhirnya menyebabkan anemia hemolitik. Mekanisme ini terjadi karena fenilhidrazin meningkatkan stres oksidatif yang mempercepat lisis sel darah merah, sehingga jumlah eritrosit menurun secara signifikan. Penurunan ini menunjukkan bahwa induksi hemolisis dengan fenilhidrazin berhasil dilakukan sebagai model anemia hemolitik dalam penelitian ini.

Pada kelompok P1, yang diberikan kopi lanang dosis 5% tanpa injeksi fenilhidrazin, jumlah RBC tercatat sebesar 8,26 × 10⁶/µL. Meskipun terjadi sedikit penurunan dibandingkan kontrol negatif, nilai ini masih berada dalam kisaran normal untuk mencit. Hal ini menunjukkan bahwa dosis kopi lanang 5% tidak menimbulkan efek toksik yang signifikan terhadap produksi atau pemeliharaan sel darah merah. Penurunan kecil ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh senyawa aktif dalam kopi, seperti kafein dan polifenol, yang dalam konsentrasi rendah dapat meningkatkan metabolisme tubuh atau memicu sedikit stres oksidatif, tetapi masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh mencit. Oleh karena itu, pemberian kopi lanang dosis rendah cenderung aman dan tidak menyebabkan anemia atau kerusakan eritrosit.

Perbedaan respons antara P1 dan P2 menegaskan adanya hubungan dosis-respons dalam efek pemberian kopi lanang. Pada dosis rendah (5%), kopi lanang masih dapat ditoleransi oleh tubuh mencit dan tidak menyebabkan efek toksik yang berarti. Namun, pada dosis tinggi (20%), kopi lanang menunjukkan sifat toksik yang signifikan, terutama ketika tubuh sudah berada dalam kondisi anemia hemolitik akibat fenilhidrazin. Penurunan drastis jumlah RBC pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa kopi lanang dosis tinggi dapat memperburuk kondisi anemia dan berpotensi menyebabkan efek negatif serius terhadap sistem hematologi.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kopi lanang memiliki efek yang bergantung pada dosis terhadap sel darah merah. Dosis rendah (5%) relatif aman, sedangkan dosis tinggi (20%) memiliki efek toksik yang memperparah anemia hemolitik yang diinduksi oleh fenilhidrazin. Oleh karena itu, konsumsi kopi lanang dalam dosis tinggi harus diwaspadai, terutama pada individu yang sudah memiliki kondisi anemia atau gangguan hematologi lainnya. Untuk memahami lebih mendalam mekanisme toksisitas kopi lanang, penelitian lanjutan diperlukan, seperti analisis parameter hematologi lainnya (hemoglobin, hematokrit), pengukuran kadar stres oksidatif, serta evaluasi histopatologi sumsum tulang untuk menilai dampaknya terhadap proses hematopoiesis.

Namun, pada kelompok P2, pemberian kopi lanang dosis 20% dengan injeksi fenilhidrazin menghasilkan penurunan RBC yang sangat drastis hingga 0,01 × 10⁶/µL. Penurunan ini menunjukkan adanya efek sinergis negatif antara kopi lanang dosis tinggi dan fenilhidrazin yang memperparah kondisi anemia hemolitik. Fenilhidrazin meningkatkan stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan membran sel darah merah, sedangkan kopi lanang dosis tinggi dapat memperparah kondisi ini dengan menambah beban toksik pada tubuh mencit. Namun, perlu dicatat bahwa jika darah yang diambil terlalu sedikit pada kelompok P2, hal ini dapat memengaruhi pembacaan pada hematoanalyzer. Hematoanalyzer bekerja dengan prinsip menghitung jumlah sel darah dalam volume darah tertentu secara otomatis. Karena hematoanalyzer mengandalkan sampel dalam volume spesifik, sampel darah yang terlalu sedikit dapat menyebabkan perhitungan yang tidak akurat. Jumlah RBC yang sebenarnya mungkin lebih tinggi, tetapi karena volume sampel yang kurang, mesin akan memberikan hasil yang underestimated. Kondisi ini penting diperhatikan terutama untuk kelompok P2, di mana jumlah RBC tercatat sangat rendah (0,01 × 10⁶/µL). Penurunan drastis ini memang dapat disebabkan oleh efek sinergis toksik antara fenilhidrazin dan kopi lanang dosis tinggi. Akan tetapi, jika pengambilan sampel darah tidak mencukupi, maka hasil pengukuran pada hematoanalyzer dapat menjadi bias atau tidak valid. Dengan kata lain, volume sampel yang terlalu sedikit dapat memperparah kesan bahwa jumlah RBC lebih rendah dari nilai sebenarnya.

Dosis fenilhidrazin yang diberikan juga harus lebih diperhatikan. Pada penelitian ini terjadi kesalahan pemberian dosis fenilhidrazin yang seharusnya diberikan 0,08 ml tetapi yang diinjeksikan pada kenyataannya yaitu sebesar 0,25 ml. Karena kesalahan dosis fenilhidrazin yang digunakan adalah 3 kali lipat dari dosis yang seharusnya, maka hal ini dapat memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil penelitian. Fenilhidrazin dikenal sebagai agen hemolitik kuat yang bekerja dengan cara merusak hemoglobin melalui proses oksidasi dan merusak membran eritrosit, sehingga sel darah merah mengalami hemolisis. Dengan dosis yang berlebihan, seperti 3 kali lipat dari dosis standar, dampak yang ditimbulkan akan jauh lebih parah, di antaranya:

  1. Hemolisis Masif

Peningkatan signifikan dalam jumlah sel darah merah yang pecah akan menyebabkan penurunan tajam jumlah RBC. Fenomena ini terlihat jelas pada kelompok P2 dengan jumlah RBC hanya 0,01 × 10⁶/µL, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh dosis fenilhidrazin yang sangat tinggi.

  1. Stres Oksidatif Ekstrem

Dosis fenilhidrazin yang terlalu tinggi akan meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh, memicu stres oksidatif yang lebih berat. Stres oksidatif ini tidak hanya merusak sel darah merah, tetapi juga memengaruhi organ vital seperti hati dan ginjal, yang berperan dalam metabolisme dan detoksifikasi tubuh.

  1. Gangguan Hematopoiesis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun